
Ringkasan
Galang Andrian, harus menerima kenyataan pahit, di saat sang Ayah mengganti Sekretarisnya yang juga kekasihnya dengan seorang gadis culun yang bernama Lula Lailla. Lula adalah Sekretaris Galang, yang di pilih sendiri oleh Farhan Adrian yang merupakan ayah Galang. Kehidupan Lula yang datar dan membosankan berubah saat ia menjadi Sekretaris Galang.
Part 1
Galang Andrian. CEO muda yang baru enam bulan menggantikan posisi ayahnya Farhan Andrian, kini terlibat skandal dengan Sekretarisnya sendiri, Kikan Aprilia. Mereka di pergoki baru saja keluar dari hotel malam kemarin. Tentu saja kabar itu seperti angin yang cepat sampai ke telinga sang ayah. Farhan yang sudah hafal bagaimana sikap mantan Sekretarisnya itu menolak keras hubungan putranya.
"Kikan itu wanita penggoda, untung saja Ayah enggak tergoda sama dia dulu," ujar Farhan pada Ranti, istrinya.
Ranti memicing tajam pada Farhan. "Benar enggak tergoda?"
"Serius, Bun. Cinta Ayah kan cuma sama Bunda."
Galang yang duduk di hadapan Farhan dan Ranti memutar kedua bola matanya malas. Merasa heran sendiri sama kedua orang tuanya. Mereka menikah sudah lama, tapi seperti baru saja pacaran.
Salut sih. Ayah romantis banget sama Bunda. Tapi enggak segitunya juga, dong. Anaknya udah perjaka, nih. - batin Galang.
"Pokoknya Galang mau menikah sama Kikan. Titik! Enggak ada tanda seru, apa lagi tanda tanya."
"Ayah enggak setuju, pokoknya, Kikan bukan wanita yang baik."
"Galang cinta sama Kikan, Yah."
"Cinta, cinta!! Kamu mau jadi bangkrut karena menikah sama wanita pengeretan seperti dia?!"
"Galang enggak peduli. Pokoknya Galang mau nikah sama Kikan!" Setelah itu Galang pergi masuk ke kamarnya, sedangkan Farhan tampak murka pada putra semata wayangnya yang sulit di atur.
"Ya sudahlah, Yah. Setujui saja Galang dengan Kikan."
"Bun. Kikan bukan wanita yang baik. Ayah harus buat rencana biar Kikan meninggalkan Galang."
"Rencana apa?"
"Pokoknya Bunda harus bantu Ayah."
***
Cafe Kejora.
"Jadi apa yang mau Ayah calon mertua dan Ibu calon mertua bicarakan?" tanya Kikan yang saat ini duduk di hadapan Farhan dan Ranti sembari menyesap minumannya.
Ranti mengedikkan bahunya kecil, merasa muak pada wanita ular seperti Kikan. "Tinggalkan Galang!" ujar Farhan.
Kikan tersenyum sini. "Memangnya kalian mau kasih aku apa, kalau aku meninggalkan Galang?"
Farhan merogoh saku jasnya, kemudian mengeluarkan selembar kertas. "Ini cek, isi nominal uang yang kamu butuh kan, setelah itu kamu harus pergi meninggalkan Galang."
Wajah Kikan berubah ceria, dia segera menyambar kertas itu. "Aku akan meninggalkan Galang secepatnya," ujar Kikan.
"Secepatnya? Pokoknya, malam ini kamu harus pergi sejauh mungkin, jangan sampai Galang mendapatkanmu."
"Kalau Galang bisa menemukanku, bagaimana?" tanya Kikan dengan angkuhnya.
Ranti tersenyum. "Kamu tidak akan bisa."
Kikan merasa terancam saat melihat seringaian Ranti yang menyeramkan. "Aku akan meninggalkan Galang." Setelah itu Kikan pergi.
"Ayah, apa benar dia akan pergi?" tanya Ranti cemas.
"Jangan khawatir, aku akan menyuruh orang untuk mengikutinya."
"Lalu bagaimana dengan Sekretaris Galang?"
"Sudah Ayah siapkan semuanya, Sayang. Kamu tenang saja." Ranti mengangguk.
***
Galang tampak frustrasi saat berkali-kali ia menghubungi nomor Kikan, tapi tidak pernah menyambung. "Ke mana kamu, Kikan?"
Galang mengambil kunci mobilnya yang berada di atas nakas, setelah itu Ia keluar dari kamarnya.
Galang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Klakson mobil yang di tunjukan untuknya di abaikan oleh Galang. Galang benar-benar ingin bertemu dengan Kikan.
Wanita itu sudah mencuri hati Galang.
Bagi Galang. Kikan adalah wanita yang baik, walau pun ayahnya selalu sebaliknya.
Suara rem mobil berdecit, Galang segera turun dari mobilnya dan berlari ke arah rumah yang sudah beberapa hari ini ia datangi. Rumah itu tampak gelap dan sepi tak berpenghuni.
Galang mengetuk pintu kayu itu keras, kemudian ia mengintip dari jendela, keadaan di dalam rumah serupa dengan luarnya, gelap dan sepi.
"Di mana Kikan?" gumamnya.
Galang mengetuk sekali lagi, tapi hasilnya tetap sama. Tidak ada jawaban. Galang menendang pintu itu keras.
Bruk!
"Kamu ke mana, Kikan?"
***
Black Club Night.
00.00
Seperti biasanya, di saat Galang merasa frustrasi dan penat, dia akan datang ke tempat hiburan malam. Galang sudah tampak mabuk, berkali-kali dia mengucapkan nama Kikan.
"Kikan, aku mohon kembali...." lirihnya.
David yang merupakan sahabat satu-satunya Galang yang bertahan menghadapi sifat Galang di saat patah hati hanya bisa menggeleng kepalanya. "Lagi, lagi karena perempuan. Apa enggak ada lagi yang harus lo pikirin apa?"
"Kikan pergi." Ulang Galang. Tidak lama dari itu dia tidak sadarkan diri. David hanya bisa terdiam. Tidak mau terlalu ikut campuri urusan Galang. David yang merupakan pemilik klub malam itu pun hendak pergi meninggalkan Galang, bermaksud untuk menitah kaki kanannya membawa Galang ke kamar yang tersedia di tempat itu.
Namun, alangkah terkejutnya David, di saat ia menoleh, ada seorang wanita berkaca mata dengan rambut tergulung klimis menatapnya tajam.
"A-ada apa?" tanya David terbatas karena terkejut.
"Permisi, Tuan. Saya Sekretaris Pak Galang, ingin membawanya pulang," ujarnya.
"O-oh. Silakan, bawa saja yang jauh." Wanita itu menatap David sekilas, lalu memapah Galang untuk segera pergi.
"Saya permisi, selamat malam." David hanya mengangguk. Matanya tak henti-hentinya menatap Sekretaris-Nya Pak Galang.
"Dia sudah mengganti Sekretaris? Tapi dia mengambilnya dari gua mana? Kenapa pakaian dan penampilannya sangat kuno? Apa jangan-jangan wanita itu datang dari jaman dulu?" gumam David.
****
