Pustaka
Bahasa Indonesia

Love doesn't End

43.0K · Tamat
Mikas4
37
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Cinta, salah paham, dan juga pengkhianatan semua dilalui oleh seorang wanita bernama Anya. Wanita yang membesarkan buah hati seorang diri hingga sampai pria itu kembali dan ingin menunjukkan kebahagiaannya bersama wanita lain, yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri.

DokterRomansaPernikahanRevengeKeluarga

Prolog

"Mama..."

Anya tersenyum lembut, membuka kedua tangannya untuk menyambut Putri kecilnya. Putri yang ia lahirkan 4 tahun lalu, hasil dari hubungannya bersama sang suami atau~ mungkin mantan suami.

"Halo sayang. Sudah bangun?" Anya tersenyum lembut. Mengecup pipi gembul putrinya.

"Anak Mama berantakan..." Ia merapikan rambut pirang putrinya. "Kita mandi yuk?"

Sasa mengedip lucu sebelum mengangguk. "Mandi-mandi..." Ujarnya cadel membuat Anya tersenyum manis dan membopong putrinya ke kamar mandi.

Memandikan putrinya hingga bersih, memberi shampoo bayi pada rambut yang di keramas. Kemudian, kembali mencucinya. Anya selesai memandikan sang Putri. Mengambil handuk lalu mengelap seluruh tubuh putrinya.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk!" Teriak Anya sambil menggendong putrinya yang masih berbalut handuk. Membuka pintu depan dan mendapati temannya Dela sedang tersenyum lebar lalu mengulurkan sekantong plastik makanan.

"Ini gue bawain makanan buat Sasa." Dela mencubit kedua pipi Sasa membuat gadis kecil itu nyaris menangis karena kesakitan. "Cup. Cup. Cup. Sayang, jangan nangis dong..."

"Lo sih!" Anya mendelik kemudian berbalik dan menyuruh Dela untuk masuk. "Duduk dulu, gue mau pakaiin baju Sasa."

"Kita ke Mall ya? Gue mau belanja bulanan."

Anya yang sedang mengambil pakaian Sasa tampak berpikir. "Boleh deh. Susu Sasa juga udah habis. Sekalian beli pampers dia."

Dela tersenyum dan bergumam, "Lagian Sasa juga udah lama kayanya nggak kita bawa jalan-jalan."

"Jalan-jalan?" Suara cadel membuat Anya menatap putrinya kemudian mengangguk.

"Iya sayang. Kita jalan-jalan." Ujarnya sambil memakaikan baju jeans terusan tali sejari dan sepatu kets seumurannya. Memakaikan bedak sebelum mengikat rambut ikalnya menjadi satu ke belakang.

Memakaikan bedak sebelum mengikat rambut ikalnya menjadi satu ke belakang

"Astaga... Sasanya Tante cantik banget sih..." Gumam Dela seraya menghampiri Sasa. Mencium pipi gembul gadis tersebut beberapa kali.

"Gue ganti baju dulu, La. Lo tunggu bentar disini."

"Iya, Nya."

Anya mengganti pakaian biasanya dengan baju yang lebih layak pergi ke Mall. Wajahnya hanya dilapisi bedak tipis dan rambutnya dibiarkan tergerai lurus. Ia memakai coat mengingat cuaca akhir-akhir ini sering hujan. Anya juga membawa jaket putrinya untuk berjaga-jaga.

Setelah selesai, Anya langsung menghampiri teman dan putrinya. Melihat Anya, Sasa kembali mengulurkan tangannya. Meminta digendong.

Wanita berumur 24 tahun itu segera menggendong putrinya. Mereka bertiga langsung melangkah ke arah mobil milik Dela yang di parkir depan rumah Anya. Ketiganya langsung meluncur ke Mall.

***

"Nya, kita ke rak buah-buahan dulu yuk?"

Anya mengangguk kemudian mengambil troli dan mendudukkan Sasa di sana. Gadis kecil itu tampak riang membuat Anya tersenyum lalu mengikuti langkah Dela yang lebih dulu beranjak ke tempat rak buah-buahan.

Seketika, Dela berbalik dan menghadang langkahnya. "Kita nyari susu lo dulu deh." Ujarnya sedikit gugup membuat Anya mengernyit.

"Lho, kenapa? Susu gampang. Yuk, cari buah-buahan lo dulu. Udah deket juga." Anya kembali mendorong troli namun langkahnya tertahan karena Dela kembali menghadang.

"Tapi, Nya..."

"Lo kenapa sih, huh?" Anya berdecak. "Udahlah, susu Sasa gampang. Yuk..." Anya mendorong sedikit tubuh Dela hingga tubuhnya menegang.

Jadi ini yang disembunyikan Dela. Jantung Anya berdetak kencang saat kembali melihat pria yang masih dicintainya walau sudah berkhianat. Dan parahnya~ pria itu bersama Kakaknya sendiri! Bergandengan tangan sambil tertawa.

"Wah, kalian serasi sekali." Gumam Ibu-ibu menghampiri keduanya yang masih jelas terdengar di telinga Anya. "Pengantin baru?"

Shela tersenyum malu-malu dan menggeleng pelan. Binaran kegembiraan jelas terlihat dari matanya. "Segera, Bu..."

"Semoga langgeng dan cepat punya anak ya?"

Kali ini, pria itu merangkul erat bahu Shela dan tersenyum. "Terimakasih do'anya, Bu."

"Sama-sama."

Napas Anya seketika tercekat. Menikah? Mereka hendak menikah? Air matanya nyaris mengalir sebelum gumaman Sasa menyadarkannya.

"Anya, lo nggak papa?" Tanya Dela khawatir.

Anya memejamkan matanya erat, menatap putrinya sambil tersenyum lalu mengecup kening putrinya lembut.

"Gue nggak papa, La. Selama ada Sasa, gue bakal baik-baik aja." Suaranya mendadak parau menahan getir.

Dela mengelus bahu Anya, seolah merasakan semua kesedihan yang dialami oleh sang sahabat. "Kakak lo bener-bener tega."

Saat Anya hendak menjawab, suara itu langsung membuat tubuh Anya membeku di tempat.

"Anya?"

Anya tersenyum kaku tanpa berani menoleh pada pria yang terus merangkul pinggang sang Kakak. "Hay, Kak."

Shela memeluk Anya erat. "Kamu kenapa nggak balik-balik ke rumah? Mama sama Papa kangen sama kamu."

"Aku.... Aku..."

"Nya, kamu tetap keluarga kami sekalipun bukan anak kandung Mama dan Papa." Shela memegang bahu adiknya. Menatap sang adik penuh kerinduan. "Pulang yaa, Nya?"

Anya menunduk, menatap putrinya yang sibuk mengulum permen lolipop. "Maaf, Kak. Aku nggak bisa." Kini ia memilih menengadah. "Kapan-kapan ya? Salam buat Mama dan Papa."

Shela menatap adiknya kecewa sebelum berusaha tersenyum, menarik pria yang sedari tadi tak henti menatap Anya. "Dek, kenalin ini calon suami Kakak." Shela menatap calon suaminya penuh Cinta. "Namanya Dirga. Ga, ini adik aku, Anya."

Anya menggigit pipi dalamnya berusaha untuk tidak terisak. Dela hanya bisa mengumpat kesal dalam hati karena tahu bagaimana bentuk hati sang sahabat sekarang.

Berusaha menahan perih di hatinya, Anya mengulurkan tangan. Menatap pria itu untuk yang pertama kali setelah empat tahun lamanya. "Alara Gevanya."

"Dirga Pradimus." Sahut pria itu sembari membalas uluran tangan Anya dan menggenggamnya erat bahkan terlalu erat hingga Anya merasa tulangnya retak jika ia tidak segera melepaskannya.

"Ini anak siapa?"

"Anak aku, Kak." Jawab Dela cepat sembari menyunggingkan senyumnya. "Kenalin, aku Dela."

"Hay, Dela. Saya Shela. Kakak Anya... Anak kamu cantik..."

"Terimakasih. Kakak juga bakal punya anak yang cakep." Dela tersenyum manis dibuat-buat. "Kalian serasi soalnya." Lanjutnya setengah menyindiri. Namun, Shela hanya tersenyum dan kembali menatap adiknya yang masih terdiam.

"Kamu datang ya pernikahan Kakak? Nanti undangannya kakak kabarin lagi. Sering telepon ke rumah ya, dek."

Anya mengangguk. "Iya, Kak. Langsung mau pergi?" Tanya Anya mengusir secara halus.

Shela mengangguk. "Iya nih. Kakak duluan ya? Dirga mau meeting sebentar lagi."

"Iya, Kak. Hati-hati di jalan."

"Hmm, kamu juga." Shela kembali menggandeng lengan Dirga. "Ayo, Sayang."

Belum jauh mereka melangkah, Sasa bergumam pelan,

"Mama..."