Pustaka
Bahasa Indonesia

Love Story of Professor Vampire

31.0K · Ongoing
Agneslovely2014
30
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Warning 21+ this story only for adult! Profesor Joshua Carson Siregar adalah manusia yang berubah menjadi vampire karena gigitan makhluk misterius. Dia mengalami kejadian supranatural di luar kehendaknya dan harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai vampire. Kekuatan magic vampire mulai bermunculan dari dalam dirinya; bisa terbang, membaca pikiran, tak kasat mata, bergerak cepat, berpindah tempat (teleportasi), tenaga besar, dan juga merayu lawan jenis bila sang profesor mau menggunakannya. Tanpa disadari, auranya sebagai seorang pria memancarkan pesona tak tertahankan bagi kaum Hawa. Profesor muda yang ganteng itu terlibat dalam berbagai kisah asmara dengan asisten laboratoriumnya yang diam-diam menyukainya, dosen baru cinta pertamanya, para mahasiswi yang tergila-gila kepadanya, dan juga alpha female werewolf. Di antara petualangan cinta Profesor Joshua yang tiada habisnya, siapa yang akan menjadi pasangan abadi pria luar biasa itu di akhir cerita takdirnya?

Pengembara WaktuSupernaturalCinta Pada Pandangan PertamaFantasiWanita CantikThrillerRomansaDosenpetarungDewasa

Bab.1. Menjadi Vampire

Suara burung hantu membuat bulu roma pria itu meremang. Hari sudah gelap ketika dia meninggalkan Gedung Pusat kampus UGM. Pria tampan itu berjalan cepat ke arah parkiran mobil belakang gedung yang tampak lengang. Pasalnya, hanya tersisa mobilnya saja di sana.

Sekelebat bayangan hitam menyergap tubuhnya dari atas. Pria itu pun jatuh terkulai lemas di aspal dingin lantai parkiran mobil.

"Oucchhh ...," rintih Joshua ketika tersadar dari pingsannya.

Dia terbaring di parkiran mobil belakang Gedung Pusat UGM. Tubuhnya menggigil kedinginan, tapi tenggorokannya serasa terbakar. Dia butuh air ... ya ... air yang sangat banyak untuk melegakan tenggorokannya.

Joshua berjalan sempoyongan ke arah mobil Pajero Sport hitamnya. Dia segera meraih sebotol air mineral di dashboard mobilnya lalu meneguknya hingga habis. Namun, rasa haus itu seolah tak kunjung hilang.

Pria itu meraba lehernya yang terasa perih dan panas seperti terbakar. Ada bekas darah di lehernya yang terluka dengan dua lubang tusukan, dia berpikir mungkin lehernya digigit sesuatu. Bayangan hitam tadi yang mungkin menggigit lehernya dan membuatnya pingsan.

Hari sudah pukul 23.15, Joshua melirik jam tangannya. Sepertinya dia pingsan sangat lama tadi hampir 4 jam. Joshua pun menstater mobilnya lalu berkendara pulang ke apartment papanya di Jasmine Park.

Setelah berkendara selama setengah jam, Joshua akhirnya sampai di Jasmine Park apartment. Dia segera naik ke lantai 8, tempat unit papanya berada.

Rasa panas di tenggorokannya begitu menyiksa, dia ingin terus minum air. Namun, air yang lewat di tenggorakannya seolah sia-sia saja, tak mampu mengobati dahaganya.

"Josh, kok baru pulang?" tanya Papa Reynold pada Joshua.

Reynold mendekati puteranya yang berjalan sempoyongan, seperti tidak sehat. "Kau kenapa, Josh?" tanya Reynold lagi karena Joshua tidak menjawab pertanyaannya sedari tadi.

"Paahhh, aku haussss ...," ucap Joshua dengan suara serak dan kering seperti robekan kertas.

Luka gigitan berdarah di leher Joshua membuat Reynold curiga. Dia menyibak kerah kemeja Joshua lalu mengamati bekas luka itu. 'Seperti gigitan vampire!' batin Reynold.

Hari sudah tengah malam, Reynold kebetulan sendirian di apartmentnya malam itu. James dan Laura sedang berkunjung ke Perth, Australia.

Dengan nekad, Reynold pergi ke dapur lalu menyayat telapak tangan kirinya lalu menampung darahnya di mangkuk. Rasanya begitu perih, tapi ini demi puteranya, Joshua. Darah menetes dengan deras ketika dia memencet tempat luka sayatan itu. Ketika dia merasa cukup, Reynold pun membawa mangkuk berisi darahnya ke Joshua yang terbaring lemas di sofa.

"Josh, minum ini. Tak usah kau tanya ... minum saja!" ujar Reynold menyerahkan mangkuk berisi darahnya itu pada Joshua.

Joshua pun meminum darah yang berada di dalam mangkuk itu hingga tandas. Anehnya tenggorokannya terasa begitu sejuk kali ini, tubuhnya yang tadinya lemas pun seperti begitu ringan seolah dia bisa terbang bila dia mau.

"Pa, apa yang kau berikan padaku tadi? Tubuhku mendadak terasa begitu sehat," ucap Joshua dengan penasaran.

Reynold pun yakin, puteranya telah berubah menjadi vampire. Astaga!

"Itu darah, Nak. Kau baru saja meminum darah Papa ...," jawab Reynold dengan galau lalu menghela napas dalam-dalam. "Coba ceritakan apa yang terjadi tadi sebelum kamu pulang!"

"Astaga, Pa! Maafkan aku, tangan Papa berdarah!" ujar Joshua panik dan terkejut bercampur aduk, dengan rasa aneh yang lain seperti rasa haus akan darah segar. "Kenapa gigi taringku seperti tumbuh lebih panjang?"

Joshua pun berlari ke kamar mandi untuk bercermin. Dia melihat dua gigi taring runcing yang tumbuh memanjang dari ukuran sebelumnya di gusinya. Ohh sial!

Dengan langkah gontai, Joshua mendekati papanya yang duduk di sofa menatapnya. Dia pun duduk di sebelah papanya.

"Tadi ketika aku ingin pulang dari Gedung Pusat UGM ada makhluk hitam yang menyerangku dan membuatku pingsan,sepertinya dia menggigit leherku. Kurasa, aku telah berubah menjadi vampire, Pa ... apa yang harus kulakukan?!" seru Joshua tidak dapat menerima kenyataan. Dia pun menopang kepalanya dengan kedua tangannya sambil menunduk, menangis tanpa suara.

Sambil menghela napas panjang, Reynold membelai punggung Joshua. "Kau harus menyesuaikan diri dan bertahan hidup, Nak."

"Bagaimana Papa tahu kalau aku butuh minum darah?" tanya Joshua penasaran.

Reynold tertawa seraya berkata, "Aku menebak-nebak saja, seperti film-film tentang vampire, mereka minum darah. Luka di lehermu seperti gigitan vampire."

"Apakah ada yang berubah pada dirimu sekarang?" tanya Reynold lagi pada Joshua.

Joshua berdiri dari sofa lalu menjejakkan kakinya kuat-kuat ke lantai. Tubuhnya melayang-layang di udara. Dia agak terkejut dengan kemampuan supranaturalnya yang baru dia miliki. Wow!

Papanya tertawa kagum melihatnya melayang-layang di udara. Joshua pun turun lagi menapakkan kakinya di lantai.

"Josh, satu yang Papa keberatan ... kalau kau harus menghisap darah manusia, itu yang tidak bagus. Bagaimana kalau kamu mencoba darah hewan ternak? Besok pagi kita ke pasar hewan untuk mencari makanan pengganti untukmu. Beristirahatlah!" ujar Reynold seraya merangkul bahu Joshua dan menggiringnya ke kamar tidur Joshua.

"Oke, Pa. Besok kita ke pasar hewan," sahut Joshua seraya tersenyum masam. Merasa takdirnya begitu aneh dan konyol.