1
"Papa mana, Ma?" tanya Lexi pada Zee, mamanya
"Biarlah, jangan ganggu papamu dulu Sayang, biarkan dia sendiri, dia ada di ruang kerjanya, nenekmu pergi terlalu cepat, semuanya tidak ada di sisinya saat dia pergi, hanya mama yang kebetulan tidak ke kantor saat nenekmu jatuh di kamar mandi, mama yang mendampingi sampai akhirnya nenekmu benar-benar tiada, papamu benar-benar terpukul, masih lebih kuat kakekmu Lexi, beliau hanya terlihat sedih saja, tapi papamu ah mama kasihan sekali, dia berteriak-teriak di rumah sakit, di pemakaman, dan sekarang dia diam seribu bahasa sudah dua hari ini, kamu makanlah dulu sayang," Zee menyuruh Lexi makan karena seharian Lexi sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk melanjutkan berkuliah.
"Mana adikmu, Lexi?" tanya Zee.
"Kayaknya Alexa ada di kamarnya deh Ma, dia tidur paling kecapean, banyak tamu banget dua hari ini ma," jawab Lexi mulai menikmati makan malamnya.
"Maaa jadinya Lexi ambil jurusan apa nih, ntar kuliah?" tanya Lexi.
"Loh kamunya mau kemana Sayang, terserah kalo mama, tapi kan perusahaan ntar butuh kamu, ambil jurusan yang sesuai lah," ujar Zee memberikan usul.
"Tuh kaaan, Lexi pengen ambil desain grafis ma," ujar Lexi.
"Ya nggak papa, itu aja, masalah perusahaan, ntar bisa belajar kapan-kapan," ujar Zee berdiri hendak menemui Roi, suaminya.
"Mama selalu terbaik, makasih Mama, jadi Lexi ambil jurusan itu aja," Lexi melanjutkan makannya dengan lahap.
***
"Maaa... Mamaaa," Lexi mengetuk pintu kamar Zee. Lexi buka perlahan tidak ada mamanya, ah pasti di kamar kerja papa, pikir Lexi.
Lexi buka perlahan, pintu kamar kerja Roi, terlihat mamanya yang memeluk papanya, dan mengusap pipinya perlahan, pemandangan seperti biasa Lexi saksikan setiap hari. Mama papanya selalu mesra.
"Mama, papa, Lexi ke luar bentaaar ya, ke rumah teman," ujar Lexi. Roi dan Zee menatap Lexi, dan mengangguk pelan.
"Jangan malam-malam Lexi," ujar Zee sambil menatap Roi yang masih saja melamun.
"Iya mama, bentar kok," Lexi menutup pintu kamar kerja papanya.
"Sayaaang, makan yuk, aku suapi yah, masa seharian cuman makan roti dikiiit sama lemon tea aja, mau ya?" tanya Zee perlahan, Roi menatap Zee, terlihat wajah Roi yang sedikit tirus.
"Aku mau makan kamu saja," Roi berusaha tersenyum. Zee memeluk Roi sekali lagi, ia mulai senang karena suaminya sudah mulai bergurau.
***
Lexi mulai menapaki rumah sahabatnya. Ia terbiasa keluar masuk rumah itu.
"Scott, di mana kamu, kok gelap sih," Lexi masuk rumah sahabatnya, menghidupkan lampu.
"Kemana tuh anak, tidur kayak orang mati mesti, aduh," tiba-tiba Lexi bertubrukan dengan seorang perempuan tinggi langsing, hanya menggunakan hotpans dan kaos tanpa lengan. Perempuan itu hampir jatuh, secepatnya Lexi memeluk pinggangnya dan wajah mereka berhadapan.
Oh mata amber yang memesona, sedetik Lexi terpana dan ada rasa hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Secepatnya ia lepaskan perempuan itu.
"Kamu siapa?" tanyanya dingin.
"Kamu siapa, aku sering ke sini baru kali ini lihat kamu?" tanya Lexi
"Aku sepupu Scott, dia ada di kamarnya," lalu perempuan itu berlalu entah kemana, sepertinya akan ke dapur.
Lexi naik ke lantai dua, ah benar, Scott sedang tidur.
"Heeeh banguuun, tidur apa mati?" Lexi mengguncang-guncang tubuh Scott. Scott membalikkan tubuhnya, menguap dan menggeliat seperti kucing.
"Ganggu aja, aku capek Lexi, setelah main game semalaman sama teman-teman di sini, ada apa?" tanya Scott masih sulit membuka matanya.
"Nggak kenapa-kenapa cuman pengen ke sini saja, soalnya tadi teman-teman teriak-teriak di grup katanya main di sini, eh ternyata dah pada pulang," ujar Lexi terlihat menutup pintu kamar Scott.
"Eh tadi ada cewek, cantik Scott, aku kok baru liat?" tanya Lexi.
"Aaah nggak usah nanya-nanya, dia sepupuku, sejak tadi pagi dia di sini, kasian dia Lex, nggak jelas kemana ortunya, dia sudah kuliah, semester dua," ujat Scott kembali bergelung dengan gulingnya.
"Trus dia bakalan di sini terus dong?" tanya Lexi lagi.
"Mama maunya gitu, soalnya Biancanya males pindah-pindah ngikut mamanya, mamanya Bianca, adik mamaku," Scott masih saja ngoceh.
"Oh namanya Bianca," ujar Lexi lirih.
"Nggak usah sok penasaran, Diandramu mau dikemanain?" tanya Scott lagi.
"Aku udahan kok sama dia, males, dia manfaatin aku, mentang-mentang aku suka sama dia eh seenaknya minta ini itu, kalo dipikir-pikir, bodo amaaat aku dimanfaatin sama dia," ujar Lexi menggaruk kepalanya.
"Akhirnya sadar kamu, aku pikir kamu bodo terus," Scott mengaduh saat Lexi, memukul lengannya.
"Aku pulang aja deh Scott, kamu ngantuk terus dari tadi, eh Bianca tidurnya di kamar mana Scott?" tanya Lexi.
"Aku getok kepala kamu, kalo punya niat busuk sama sepupuku, kami semua sayang dia, dia menderita sejak kecil," Scott terlihat marah, sedangkan Lexi tertawa melihat sahabatnya yang akhirnya bangun dari tidurnya.
"Aku pulang Scott, besok ya kita lanjut main gamenya," Lexi berdiri dan berlalu dari hadapan Scott.
Berjalan melalui ruang tamu dan keluar lewat pintu utama, sesaat langkah Lexi terhenti, melihat sosok Bianca yang duduk di taman menatap lurus ke depan dan telinganya memakai headset. Kembali Lexi mengingat tatapan mata yang tajam milik Bianca, rasa hangat menjalar di tubuh Lexi. Tiba-tiba Bianca menoleh dan Lexi kaget setengah mati, mereka hanya saling tatap dan kesadaran Lexi sepenuhnya kembali, saat Bianca berdiri dari duduknya dan masuk ke dalam rumah Scott.
Lexi menghela napas, ia merasa tersihir melihat tatapan mata Bianca.
***
"Mau kemana lagi Lexiiii?" tanya Zee.
"Ke rumah Scott mama, kan udah nggak ada apa-apa juga tinggal nunggu tes masuk perguruan tinggi mama," ujar Lexi tersenyum dan mencium pipi mamanya.
***
"Ngapain tolah toleh Lex?" tanya Scott berteriak saat melihat Lexi yang menemani Scott makan, tapi matanya kemana-mana.
"Apa siiiih kok teriak-teriak?" mama Scott tiba-tiba muncul sambil tersenyum ke arah Lexi.
"Ayo sarapan sekalian Lex," mama Scott menawarkan dan terlihat mengambil sepotong sandwich.
"Nggak tante, udah kok tadi," Lexi menggeleng pelan. Dari arah samping Bianca muncul dan duduk tepat di depan Lexi.
"Sarapan sayang ya, tante berharap kamu betah di sini, tinggal di sini saja, jangan ke mana-mana," mama Scott terlihat mengusap rambut Bianca. Ia hanya mengangguk pelan, meneguk susunya sampai habis dan terlihat diam saja.
"Eh iya Lex, kenalkan ini keponakan tante, Bianca, ini Lexi, Bi, temannya Scott, dia dah biasa ke sini, dah kayak anak deh kalo sama tante, iya kan Lex?" mama Scott mengenalkan keduanya. Bianca hanya menatap Lexi yang terlihat salah tingkah.
Sial, baru kali ini aku dibikin grogi sama cewek, biasanya juga cewek yang aku bikin takluk. Lexi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Heh kenapa kamu kayak orang bingung, tumben, biasanya juga sok cool, ya maa, gak biasanya nih, ketua gank kehilangan suaranya," Scott tergelak dan mama Scott hanya tersenyum melihat Lexi yang wajahnya memerah, sementara Bianca hanya menatap gelas kosong ditangannya dengan tatapan datar.
"Lagi males ngomong aku, Scott, kamu juga nggak biasanya, jadi tambah cerewet, eh mana ya temen-temen katanya pada mau ngumpul di sini?" tanya Lexi pada Scott.
"Baca tuh bacaaa, gagal fokus terus kamu sejak putus sama Diandra, ntar malem kumpulnya bos," ujar Scott beranjak ke kamarnya.
"Ealaaaah, masa sih, hahahah, nggak nyambung paling pas bacanya," Lexi membuka ponselnya.
"Ayolah Lex makan nih sandwich, nggak akan kekenyangan, ambillah satu, ayo Bi, kamu juga, ntar lagi berangkat kuliah, ambil yok satu nggak papa," mama Scott mendekatkan piring sandwich ke Lexi lalu Bianca, keduanya mengambil sepotong dan mulai makan. Mama Scott terlihat menuju dapur. Tinggal Lexi dan Bianca di ruang makan.
"Kamu kuliah di jurusan apa?" Lexi terdengar membuka pembicaraan.
"Sastra Perancis," jawaban pendek dari Bianca mulai terdengar. Tak lama mama Scott duduk lagi di ruang makan.
"Saya pamit pulang aja tante, ntar malam balik lagi," Lexi pamit pada mama Scott.
"Eh Bi, bareng Scott aja kalo mau kuliah, antar Bianca ya Lex, nggak papa kan?" tanya mama Scott.
"Nggak papa tante, nggak ada kegiatan juga saya," jawab Lexi terlihat senang.
"Nggak tante, saya sendiri aja," terdengar suara pelan Bianca.
"Nggak papa, Lexi udah kayak anak tante, dia baik, udah sana ambil tasmu Bi," mama Scott terlihat memaksa. Bianca melangkah pelan ke kamarnya.
"Kasihan dia Lex, sejak awal kehadirannya seperti tidak diinginkan, mamanya adik tante, sudah bertunangan saat ia tanpa sengaja melakukan hal terlarang dengan teman sekantornya, saat ketahuan hamil tunangannya memutuskan untuk meninggalkannya, teman sekantornya bertanggung jawab sebenarnya tapi begitu Bianca lahir, ia menceraikan mama Bianca, hmmm sejak itu, mama Bianca, jadi tak terkendali, ia berhubungan dengan banyak laki-laki, Bianca jadi sering ditinggal dan terasing sendiri," mata mama Scott berkaca-kaca.
Lexi menatap mama Scott dengan hati tak menentu, makanya mata Bianca seperti mata orang yang sangat terluka, Lexi segera tersadar saat Bianca ada di hadapannya.
"Kami berangkat dulu tante," Lexi pamit pada mama Scott.
"Ya Hati-hati, nanti pulang sendiri ya Bi?" ucap mama Scott yang dijawab oleh Bianca dengan anggukan.
Bianca tertegun saat berada di depan mobil Lexi, Lexi membukakan pintu Lamborghini Aventadornya...
"Iniii mobilmu?" tanyanya pelan.
"Bukan, mobil papaku, masuklah," Lexi menjawab, sambil memberi isyarat agar masuk. Bianca duduk dan Lexi menutup pintu dan berjalan memutar menuju kemudi. Saat akan menjalankan kemudi Lexi melihat Bianca yang melamun menatap jalan di depannya, ia pasangkan seatbelt Bianca kaget manun ia diam saja saat wajah Lexi tepat berada beberapa centi di depan wajahnya.
"Terima kasih," ucap Bianca pelan.
"Jangan selalu melamun, biasakanlah bicara tentang apa saja yang kamu rasakan," Lexi menatap Bianca yang beberapa centi berada di dekatnya. Bianca diam saja. Lexi mulai menjalankan kemudi dengan kecepatan sedang.
Saat telah sampai di kampus Bianca, Lexi membukakan pintu, Bianca menatap Lexi sesaat dan menatap lurus ke depan.
"Terima kasih," ucapnya pelan dan melangkah masuk ke kampus.
"Bianca," Lexi memanggil setengah berteriak. Bianca menoleh.
"Nanti mau aku jemput?" tanya Lexi hati-hati. Bianca hanya menggeleng dan melanjutkan langkahnya.
***
Pagi-pagi Lexi sudah di rumah Scott, ia melihat kepanikan di sana.
"Scott ada apa, mengapa mamamu menangis?" tanya Lexi bingung.
"Bianca, Lex, Bianca hilang...kemarin ia bertemu mamanya di sini, lalu entah apa yang terjadi..ia tidak di kamarnya...
Lexi berlari ke kamar Bianca.. Ia hanya melihat kamar yang kosong...tiba-tiba ada yang sakit di dadanya....
Kemana kamu Bi...kemana...
