Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Keponakan Cantik

Mark telah tiba di kota Sisilia, datang ke rumah kakak angkatnya guna untuk menemui keponakannya.

Terlihat rumah itu masih sama. Terakhir Mark datang 5 tahun yang lalu, sebelum masalah besar itu terjadi.

Kini ia kembali, dengan harapan kakaknya masih mau menerimanya dengan baik.

Mark melangkah untuk mengetuk pintu, namun bersamaan dengan itu pintu terbuka, menampilkan kakak iparnya- Sona.

“Sayang, cepat lihat siapa yang datang,” panggil Sona pada suaminya.

Mark benar benar gugup untuk bertemu kakaknya setelah sekian lama.

Bagaimana responnya kala ia datang setelah masalah bsar yang terjadi?

“Siapa yang datang?” Tanya Arden membuat jantung Mark semakin berdebar cepat saat ini.

Arden melebarkan kedua matanya kala melihat adiknya datang.

“MARK!” Pekiknya yang langsung memeluknya erat.

Mark membalas pelukan itu tak kalah eratnya. Benar benar merindukan sosok kakaknya.

“Dengan siapa kamu datang?’ tanya Arden sembari melihat ke sekeliling, berharap adiknya itu datang membawa pasangannya.

“Sendiri,” jawab Mark membuat Sona hanya tertawa kecil kala tebakannya benar.

Ketiganya langsung menoleh kala taksi datang.

“Itu keponakanmu,” kata Arden dengan tangan yang merangkul bahu Mark.

Mark tak mengalihkan tatapannya sedikit pun dari gadis cantik yang turun dari taksi tersebut.

Sungguh cantik dan sempurna.

“Paman Mark!” Seru Selva yang langsung berhambur ke pelukan Mark.

Mark yang dipeluk begitu saja oleh Selva, merasa tak siap, jantungnya berdebar lebih cepat saat ini.

“Kapan datang?” Tanya Selva dengan mata yang berbinar.

“Barusan,” jawab Mark yang mendadak gugup setelah 5 tahun lamanya ia tak bertemu dengan keponakannya tersebut.

“Ayo ke dalam, kebetulan kakakmu baru saja masak,” kata Arden merangkul bahu Mark untuk masuk ke dalam.

Mark tak mengira jika dirinya akan disambut baik oleh kakaknya setelah masalah besar tahun lalu terjadi yang mengakibatkan dirinya ditendang dari keluarga Dolton.

Arden benar benar setulus itu menyayangi dan menganggap Mark sebagai adiknya.

Itulah yang membuat Mark sangat menyayangi dan tulus menganggap Arden sebagai saudaranya meski ia hanya anak angkat yang dulu dijadikan pancingan untuk kelahirannya.

“Sudah lama kita lost kontak kukira kamu sudah tidak menganggapku sebagai kakakmu,” gurau Arden membuat Mark tertawa.

“Mana mungkin itu terjadi, aku memang kehilangan nomor kontakmu kak, tapi aku bisa datang kesini kapanpun aku mau, aku akan selalu menganggapmu sebagai kakakku, sampai kapanpun itu,” kata Mark memberitahu menegaskan jika dirinya sangat menyayangi Arden sebagai kakaknya.

Sona lalu bertanya, “Sudah lama kamu tidak datang kemari, mungkin ada 5 tahun lamanya, kenapa tiba tiba datang tanpa mengabari? Apa kamu memiliki kabar bahagia untuk kami? Misalnya pernikahanmu?” Goda Sona membuat Mark tertawa.

Selva yang mendengar hal itu mendadak badmood.

Kenapa aku tiba tiba merasa terganggu dengan pertanyaan ibu barusan? Bukankah bagus jika paman menikah? Batin Selva dalam hatinya.

“Aku masih tidak berniat untuk menikah kak, lagian usiaku juga masih muda,” katanya membuat Arden dan Sona tertawa.

Mark melirik Selva yang hanya diam saja, seperti sedang menahan kekesalan.

“Bagaimana denganmu Sel? Kamu akan lanjut kuliah atau bekerja?” Tanya Mark mengalihkan pertanyaannya pada Selva.

Selva menarik napas dalam dan menjawab, “Entah paman, pengumuman tes masuk perguruan tinggi masih kurang 2 minggu lagi.” Mark hanya manggut manggut dengan tatapan yang tak bisa berbohong jika ia sungguh terpesona dengan kecantikan keponakannya itu.

“Di mana? Palermo atau Milan?” Tanya Mark tentang kuliah Selva.

Selva menatap Mark sekilas dan kembali memainkan ponselnya, “Palermo!” Hati Mark langsung terasa bungah kala mendengar jawaban itu.

“Oh ya kak, jika aku menginap di sini selama beberapa hari, apa kau keberatan?” Selva langsung menatap Mark, ada sedikit rasa bahagia dan girang dalam hatinya saat ini.

Arden dan Sona saling melempar tatapan.

“Kau ini apa apaan Mark, ini rumahku sendiri, juga rumahmu, kau bisa datang dan tinggal kapanpun kamu mau, kenapa bertanya padaku?” Heran Arden membuat Mark tersenyum dengan bahagia dan lega.

Sona mengangguk dan menambahi, “Tinggallah sesukamu di sini, kami senang jika kamu bisa tinggal beberapa hari di sini untuk saat ini, pasalnya kami besok harus pergi keluar kota Mark. Kami selalu gelisah saat meninggalkan Selva sendiri di rumah. Jika kamu berkenan, tolong jaga Selva untuk kami sementara waktu, bagaimana?” Mark mengangguk dengan antusias tanpa berpikir.

Selva menelan salivanya, sekilas ia salah tingkah saat Mark menatapnya.

“Apa yang ibu katakan, aku baik baik saja meski di rumah sendiri,” katanya untuk menutupi rasa saltingnya saat ini.

Mark hanya tersenyum dan kembali melanjutkan obrolannya dengan Arden dan Sona.

—-

Keesokan paginya

Selva menggeliat panjang dan merasa malas untuk beranjak dari ranjangnya saat ini.

Rasa dingin dari sprei serta gulingnya sungguh menambah sensasi nikmat dari tidurnya saat ini.

Semakin membuatnya malas untuk beranjak dari tidurnya.

“Selva ayo sarapan,” kata Mark dari luar.

Selva kembali menggeliat dengan malas dan hanya beralih ke sisi kanan alih alih langsung bangun.

Tiba tiba pintu terbuka menampilkan Mark.

“Kamu tidak akan bangun?” Selva langsung membuka matanya kala ia baru menyadari jika ini bukan suara ayahnya.

Selva membuka selimutnya dan menoleh, alangkah terkejutnya ia kala melihat mark berdiri di sisi ujung ranjangnya.

Sesaat ia terpana dengan penampilan seksi pamannya.

Kaos hitam dengan celana putih sebatas paha.

Begitupun dengan Mark yang sesaat terpesona dengan penampilan Selva.

Kaos oversize putih dengan celana pendek bukan lebih ke mini karena sangat pendek sekali.

Selva langsung bangun dan menyugar rambutnya ke belakang, melihat pintunya yang terbuka seolah mencari seseorang.

“Ayah ibumu sudah berangkat tadi pagi, mereka berangkat lebih awal untuk menghindari macet, jadi paman sudah menyiapkan sarapan untukmu, ayo kita sarapan bersama, setelah itu ajak paman ke kebunmu,” kata Mark yang terlihat begitu antusias.

Selva hanya mengangguk dan langsung turun dari ranjangnya. Karena nyawanya belum benar benar terkumpul, langkahnya terhuyung karena kurang seimbang, Mark dengan cepat langsung menangkap tubuh ramping Selva.

“Perhatikan jalanmu,” kata mark langsung mendudukkan Selva di tepi ranjang, memeriksa kaki Selva.

“Apa sakit?” Selva menggeleng pelan membuat Mark menghela napas pelan.

Selva menelan salivanya kala mark memijit kakinya. Seperti ada gelenyar aneh kala tubuhnya bersentuhan dengan mark.

“Sudah, basuh mukamu setelah itu pergi keluar untuk sarapan,” Selva hanya mengangguk, begitu Mark keluar dari kamarnya ia langsung memegangi dadanya.

“Ada apa denganku ini?” Gumam Selva sembari mengusap pipinya yang mendadak hangat.

Selva bergegas pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa gugupnya yang entah timbul karena apa.

Namun Selva tahu saat ini, jika berdekatan dengan Mark, itu berkali kali lipat berbahayanya dibandingkan apapun. Dan kurang baik bagi kesehatan jantungnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel