Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

07. Amethys

Diamond terbangun dari tidur nyenyaknya pagi-pagi sekali, bahkan sebelum matahari terbit di ufuk timur. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul semua, dia memaksakan tubuh untuk bangkit dari ranjang yang nyaman, berjalan ke kamar mandi.

Mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin dari shower banyak-banyak. Untuk menghilangkan rasa kantuk serta mengembalikan kesadaran yang masih berserakan kemana-mana.

Kenapa Diamond harus mandi di pagi hari buta begini? Jawabnya tentu saja karena setelah kejadian waktu itu, kejadian duel gear itu. Dirinya dan Zircon diwajibkan untuk mengikuti latihan fisik setiap pagi bersama Jasper. Opal dengan semena-mena mendiagnosa penyakit mereka berdua sebagai penyakit ‘kurang latihan’.

"Bah! Penyakit apa itu? Dasar dokter sableng!"

"Berengsek kamu, Opal! Memang ya jenius dan idiot itu bedanya tipis banget."

Diamond mengerutu kesal jika mengingat tingkah Opal yang bahkan mengatakan bahwa baik Diamond ataupun Zircon mengalami penurunan stamina. Karena terlalu banyak bersantai selama liburan dan kurang latihan.

Diamond mau tak mau menjadi curiga bahwa Opal sengaja melakukan hal itu untuk membuat dirinya dan Zircon tidak bisa menikmati liburan. Membuat mereka ikut menderita sebagai bentuk solidaritas kepada Opal yang harus lembur bekerja. Bekerja untuk membantu sebagai tenaga medis di rumah sakit pusat selama liburannya akhir tahun ini.

"Sialan banget kan? Dasar Bajigur yang seenaknya sekali."

Setelah cukup lama membasahi dan membersihkan tubuh, Diamond akhirnya menyelesaikan ritual mandinya. Dia keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai selembar handuk putih yang diikatkan melingkari pinggang.

“KYAAAAAAAAA! Kak Diamond apa yang kau lakukan?” Saphir, adik perempuan Diamond yang entah sejak kapan berada di kamar berteriak, menjerit histeris sambil menutupi wajahnya. Menutup dengan kedua telapak tangan rapat-rapat, terlihat sangat malu.

“Lha kenapa kamu yang berteriak? Kan seharusnya aku yang malu? Aku yang rugi sudah kam lihat." Gerutu Diamond kepada adiknya itu.

"Enak aja! Justru kakak yang sudah menodai kesucian mataku tahu." Jawab Saphir tak mau kalah. Merasa sebagai korban perbuatan asusila kakaknya.

"Mau apa kamu sepagi ini ke kamarku?” Diamond mengambil sebuah yukata dari almari dan segera memakainya. Untuk menutupi tubuh agar lebih layak dilihat.

“Ada sambungan dari Kak Amethys.” Ujar Saphir mengatakan alasan kedatangan ke kamar kakaknya di pagi buta.

Jantung Diamond seakan berhenti berdetak untuk sejenak demi mendengar jawaban dari Saphir.

"Ada apa ini? Masa iya Amethys si ‘Miss Perfect’ itu menghubungiku sepagi ini? Gak salah? Buat apa coba?" Mau tak mau tanda tanya besar yang berkelebat di kepala Diamond.

Saphir menyerahkan sebuah holophone kepada kakaknya. Diamond menerima pemberian Saphir dan menekan tombol unhold pada pesawat holophone.

Kemudian muncul gambaran hologram seorang gadis dengan rambut hitamnya yang tersanggul rapi di atas kepala. Gadis itu sedang mengenakan jas dokter berwarna putih yang panjang melambai. Gadis itu sedang menata tumpukan berkas rekam medis di meja kerjanya.

“Halo!” Sapa Diamond kepada seseorang di sisi lain sambungan.

"Hush hush pergi sana kamu, Saphir" Dia juga menambahkan kepada Saphir. Sengaja aku mengusir adiknya itu untuk keluar kamar dengan kibasan tangan.

"Ogah, aku mau tetap di sini aja." tolak Saphir mentah-mentah. Jiwa keponya meronta untuk tahu kenapa kakaknya mendapatkan panggilan dari wanita tercantik di kerajaan sepagi ini.

"Pergi gak kamu?" Diamond Melempari Saphir dengan bantal pula. Karena gadis nakal itu tak kunjung mau pergi juga dari kamarnya.

"Iiihh apaan sih? Iya-iya aku pergi!" Gerutu Saphir akhirnya bersedia meninggalkan kamar kakaknya.

"Dasar adik durhaka! Gangguin urusan orang dewasa aja itu anak."

“Hehehe," terdengar suara tawa yang serenyah keripik dari sisi sana. "Halo Diamond,” sapa gadis itu merdu setelah puas tertawa geli.

Gadis itu mendekati pesawat holophone diatas meja kerjanya. Menampakkan wajah cantik nan cerdas dengan rambut hitam yang tertata rapi diatas kepalanya. Dia mengembangkan senyuman manis untuk Diamond, sangat mempesona.

“Bisakah kamu menemui aku? Aku ingin sedikit bicara denganmu.” Tanya Amethys langsung to the point.

Entah mengapa pertanyaan standar yang mampu membuat Diamond melayang di angkasa selama sepersekian detik.

'Dia ingin bertemu denganku? ... Yes! Yes!'

“Soal apa ni?” Jantung Diamond kembali dag dig dug tak karuan. Namun dia masih berusaha memasang wajah sok cool dan berwibawa.

'Bisa-bisanya coba, aku yang dijuluki playboy kelas kakap berakhir seperti ini? Hanya karena mendengar dia ingin ketemu denganku?'

'Sial, aku pasti sudah gila! Seperti baru pertama kali menerima sambungan dari cewek saja?'

“Soal apa lagi kalau bukan soal pangeran Jasper?” Jawab Amethys ringan, gadis itu tersenyum lagi kepada Diamond.

Sebenarnya Diamond sudah bisa menebak maksud dari Amethys menghubunginya. Akan tetapi tetap saja hati Diamond mencelos demi mendengarnya langsung dari mulut Amethys. Ada rasa kecewa mendalam melandanya karena Amethys tidak mencarinya karena dirinya sendiri.

“Kenapa tidak langsung pada Jasper sendiri saja, atau Zircon dan Opal adikmu sendiri kan bisa?” Jawab Diamond tak bisa menahan wajahnya untuk tidak manyun.

“Tidak bisa, Jasper belum boleh untuk mengetahuinya. Opal sudah tahu dan Zircon kurang begitu bisa menyampaikan sesuatu dengan baik." Amethys memaparkan alasannya.

"Jadi hanya kamu yang bisa aku pikirkan sebagai solusi. Untuk nantinya bisa memberitahukan hasil dari pembicaraan kita secara perlahan kepada Jasper. Kau mau kan bertemu denganku?” lanjutnya memastikan kesanggupan Diamond.

“Kapan aku harus menemuimu?” Tanya Diamond tanpa bisa menolak permintaan Amethys. Yah sebagian juga demi Jasper juga sih.

“Usahakan secepatnya, Diamond.”

“Gimana kalau nanti malam?" Diamond menawarkan sebuah jadwal pertemuan.

"Malam?" Amethys bertanya sedikit ragu.

"Gara-gara diagnosa asal-asalan Opal soal penurunan stamina kami, aku dan Zircon jadi harus ikut latihan untuk menambah stamina. Ayahku memaksa untuk latihan fisik selama 5 jam dan latihan gear 3 jam dalam sehari ... Sungguh menyebalkan sekali kan" Diamond menjelaskan kekesalanku pada Opal, adik kandung dari Amethys.

"Hahaha, lucu sekali." jawab Amethys sambil memberikan tawanya yang terdengar sangat renyah di telinga Diamond.

"Adikmu yang brengsek itu merusak liburanku saja! Membuat aku baru memiliki waktu bebas setelah jam enam sore hari.” Jawab Diamond sambil sedikit mencuri-curi pandang pada sosok Amethys. Memandang wajah cantik dokter rupawan di hadapanku.

“OK, kalau begitu aku akan menjemput mu jam tujuh nanti malam ya." Amethys akhirnya membuat keputusan kapan harus bertemu. Setuju saja untuk menjadwalkan bertemu malam hari.

“Hei yang benar saja? Mana ada cowok yang dijemput sama cewek?... Aku saja yang akan menjemputmu. Bagaimana?” Protes Diamond tidak suka dengan ide dan gagasan dari Amethys untuk menjemput dirinya.

“Ahahaha Siap mister, gentleman!” Amethys tertawa renyah sekali lagi.

“Deal. Nanti malam jam tujuh ya, aku tunggu di paviliunku. Jangan terlambat ... Ehm, maaf Diamond, aku harus buru-buru pergi. Ada panggilan darurat dari pasien kepadaku. Sampai nanti.” Pamit Amethys sebelum memutuskan sambungan holophone kepada Diamond dengan terburu-buru.

Diamond tertegun beberapa saat setelah panggilan holophone berakhir. Masih sedikit tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi dan dia alami.

'Woah most wanted girl menghubungi aku? Akhirnya aku bisa berkencan dengan si ‘Miss perfect’ Amethys Sumeragi! Yeees, Yeees, Horeee!'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel