Pustaka
Bahasa Indonesia

Istri Kedua Sang Penguasa (Season 2)

81.0K · Tamat
Mommy Agam
67
Bab
3.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Cerita ini merupakan lanjutan kisah dari Alvaro dan Aurora. Setelah bangun dari tidur panjangnya usia kandungan Aurora telah berjalan 6 bulan. Aurora di terima dengan baik oleh keluarga Ricolas bahkan wanita itu di jadikan ratu di mansion Ricolas. Semua permintaan bumil itu di turuti oleh Suami dan Mertuanya. Banyak drama yang terjadi di kehamilan Aurora hingga pada akhirnya Aurora melahirkan seorang bayi yang begitu tampan. Di tengah perjalanan kisah romantis mereka, sahabat Alvaro datang ke Indonesia dan berniat merebut Alvaro dari Aurora. Bagaimanakah perjalanan kisah Al dan Aurora dalam masa kehamilan hingga mengasuh anak mereka? Bagaimana Aurora dan Al mempertahankan hubungan pernikahan mereka di tengah kesalahpahaman yang terus terjadi akibat ulah sahabat Al? Nantikan kisah mereka di Istri Kedua Sang Penguasa Season 2.

PresdirTuan MudaBillionairePernikahanKeluargaIstriLove after MarriageDewasa

Bab 1 - Dua Bulan Kemudian

Dua bulan kemudian….

Usia kandungan Aurora telah masuk bulan ke delapan. Itu artinya tinggal beberapa hari lagi wanita itu akan berjuang untuk melahirkan buah hatinya bersama sang suami yang amat dicintainya. Selama bangun dari koma Aurora masih menjadi ratu di kediaman Ricolas. Apapun yang diinginkan wanita itu tentu saja akan di turuti oleh Al bahkan oleh kedua mertuanya dan juga adik iparnya. 

Seperti saat ini keluarga Ricolas ditambah dengan para pengawal yang berjenis kelamin lelaki semuanya sibuk di lapangan luas yang terdapat di belakang mansion megah itu. Mereka telah terbagi menjadi dua tim di mana masing masing tim terdiri dari 11 orang dan di tengah tengah para manusia itu terdapat sebuah benda yang bulat yaitu bola. 

Sedangkan wanita yang tengah membuat keadaan jadi ramai begini sedang berteduh dibawah payung yang sangat lebar dan berwarna warni ditambah dengan Dewi dan Putri. 

Aurora tak bisa menghentikan tawanya, pasalnya permainan sepak bola itu dilakukan dengan kostum yang tak biasa. Ya, permainan sepak bola itu terlaksana dengan memakai kostum daster dan itu sangat terlihat lucu dimata Aurora apalagi ketika melihat Al dan Ricolas.

"Lihatlah pi, dia sangat senang melihat kita tersiksa seperti  ini!" ucap Al memandang aneh daster yang dikenakan di tubuh kekarnya. Ini sangat terlihat aneh. 

Al dan Ricolas berada di tengah lapangan. Tim Ricolas kebagian pertama untuk menendang bola.

"Biarkan saja, menuruti keinginan ibu hamil itu hal yang mutlak. Tapi ini sepertinya cukup seru." Ricolas tersenyum tipis. 

Al memutar bola matanya jengah. Bagaimana tidak? Ia sama sekali tak menyukai olahraga yang cukup diminati oleh pria di seluruh penjuru bumi. Jika hanya disuruh menonton pertandingan sepak bola tentu saja ia sangat suka, tapi untuk menjadi pemain seperti saat ini, Al tidak menyukainya - sangat menguras tenaga, berlari mengelilingi lapangan yang sangat luas. Al lebih menyukai basket. 

"Aku akan mengalahkanmu bung," ucap Ricolas setengah mengejek. 

"Ck, jangan narsis dulu pak tua. Untuk kekuatan fisik tentu saja aku masih di atasmu," cibir Al yang tak terima dengan kesombongan sang papi - Ricolas. 

"Kalau begitu mari kita buktikan, siapa yang lebih unggul." Bunyi peluit pun menandakan berlangsungnya acara sepak bola yang diadakan di kediaman Ricolas. Tak ada komentator seperti di tv tv. Hanya ada suara sorakan dari para pelayan yang memang sengaja dikumpulkan untuk memeriahkan pertandingan yang jauh dari kata profesional itu. 

Bukan hanya para pelayan, beberapa petugas kesehatan pun juga diikut sertakan di acara tersebut guna dalam penanganan jika nantinya ada pemain yang cedera. Sungguh persiapan yang sangat sempurna. Jangan tanyakan apapun, suka suka merekalah. Orang kaya bisa melakukan apa yang mereka mau. 

Suara tawa menggema dari ketiga wanita yang sedang memakai topi lebarnya ala pantai. 

"Astaga, lihat mi," tunjuk Putri kelapangan. "Papi lucu banget, kak Al apalagi!" ujarnya setengah berteriak. 

"Mereka benar-benar lucu memakai daster seperti itu," tambah Dewi tatkala kerasnya. 

Bagaimana tidak, penampilan para pria dengan kostum daster yang beragam benar-benar menjadi hiburan saat ini.  Mereka yang selalu terlihat sangar kini berkamuflase menjadi seperti hello kitty. 

Sudut mata ketiga wanita yang berbeda usia itu terlihat berair karena tertawa. Aurora mengelus perutnya yang sudah sangat membuncit. Dengan postur tubuhnya yang seperti itu membuat ia sesekali merubah posisinya agar mendapatkan kenyamanan. 

"Ayo sayang, semangat!" teriak Aurora saat Al sedang menggiring bola menuju ke gawang lawan. 

Dewi pun tak mau kalah oleh sang menantu, ia bersorak menyemangati Ricolas yang sedang mengejar Al. 

"Ayo papi semangat. Ambil bolanya!" 

"Aku semangatin siapa?" tanya Putri bingung. 

"Kamu semangatin Wawan atau Hans saja tuh!" tunjuk Dewi asal melihat pengawal setia mereka.  

Putri merenggut kesal lalu kemudian berteriak, "Ayo kak Hans cepat kejar bolanya. Semangat!" 

Hans yang sementara berlari menghentikan pergerakannya sambil melongo mendengar teriakan majikannya. 

Benarkah dia menyemangatiku? Tunggu kenapa tengkuk ku terasa dingin yah! gumam Hans dalam hati seraya meraba tengkuknya.

Saat Hans berbalik ia sudah melihat Wawan berdiri menatapnya tajam. Hans hanya tersenyum kikuk lalu berkata. "Itu bukan salahku." Berlari meninggalkan Wawan yang berdiri diam dengan wajah dinginnya. 

Wawan kemudian melirik sekilas Putri lalu kembali berlari. 

"Aku tidak salah lihat kan?" gerutu Putri pelan. "Kenapa kak Wawan melihatku seperti itu?" Tak mengambil pusing, ia kembali berteriak memanggil nama Hans dan juga papinya. 

Tim Ricolas dan Al masing masing telah memasukkan 1 bola ke gawang lawan. Seruan pun kini semakin terdengar heboh. Masing masing pendukung meneriaki idolanya yang berlari di lapangan tanpa canggung. 

*****

Malam harinya.. 

Usai makan malam bersama dengan keadaan yang cukup heboh, pasalnya ejekan selalu tertuju ke Al yang kalah dalam pertandingan tadi, kini Al dan Aurora kembali ke kamar. Masuk ke dalam ruang ganti untuk mengganti baju mereka dengan baju tidur seperti biasanya dan dengan warna yang senada. 

Al menyandarkan badannya di pinggir ranjang, memainkan hpnya seraya menunggu Aurora yang tengah bergelut dengan berbagai macam skincarenya. Sesekali ia melirik istrinya yang terlihat seksi dengan balutan lingerie di tubuhnya. 

"Sayang, cepetan!" rengek manja Al setelah menyimpan ponselnya di dalam laci. 

Aurora menatap Al di pantulan cermin sembari menautkan alisnya. "Kenapa sayang?" 

"Mau peluk! Capek!" 

Aurora menahan tawa, mendengar rengekan manja dari bayi gedenya. 

"Iya, iya bentar." 

"Sekarang pokoknya." 

Mau tak mau Aurora pun menyelesaikan ritual skincarenya. Lalu merangkak pelan naik ke ranjang dan duduk di sebelah suaminya yang langsung memeluknya dari samping dengan kepala berada di bahunya. 

Aurora mengelus pipi Al dengan lembut. Sedangkan Al, bibirnya sudah menjalar ke mana-mana dengan tangan mengelus perut buncit Aurora. Pada saat bibir itu sampai di perut Aurora, Al merebahkan kepalanya di paha Aurora. Mengecup berulang kali perut buncit yang tampak bersih tanpa goresan sedikitpun. 

"Dia menendang Sayang," ucap spontan Al lalu mengecup sekali lagi. "Dia menendang lagi. Sepertinya baby A sangat menyukaiku," ujarnya tersenyum bangga. 

"Tentu saja Sayang, kamu kan Daddynya," balas Aurora dengan tangannya membelai surai hitam milik Al. Tersenyum tipis melihat kelakuan suaminya. 

"Sehat terus yah sayang. Love you baby A, love you mommy A." Al mengecup kembali perut buncit itu lalu duduk, menahan kepala Aurora dan mengecup bibirnya berulang kali. 

"Love you too Daddy A," balas Aurora, lalu keduanya kemudian tergelak bersama dengan lelucon yang mereka ciptakan sendiri.

Setelah puas tertawa Al duduk bersila menghadap ke Aurora. Tangannya terulur menggapai kedua tangan Aurora, menggenggam tangan mungil itu hingga tenggelam oleh tangan besarnya. Tak lupa kecupan di punggung tangan itu pun dia ikut sertakan, membuat Aurora tersenyum malu. Meski Al selalu melakukan hal tersebut tapi entah kenapa Aurora masih saja selalu merona tanpa bisa di tahan.

"Sayang, besok kamu harus nonton acara peresmian hotel yah!" Tatapan lembut Al tak lepas dari Aurora dengan jemarinya memainkan tangan istrinya tersebut.

"Disiarkan langsung di tv?" 

"Tentu saja. Jadi kau harus menontonnya besok. Pokoknya harus!"

"Kenapa?" 

"Yah, pokoknya harus nonton, karena aku akan ada disana," ucapnya tak ingin dibantah. 

"Baiklah sayang. Aku akan menonton besok!" Menangkup kedua pipi Al lalu memainkan pipi itu dengan telapak tangannya, sehingga wajah Al terlihat lucu. "Lucu banget sih!" Dengan gemas Aurora memencet hidung mancung Al. 

Al menangkap kedua tangan itu. Manik mereka terkunci cukup lama dengan senyuman yang mengembang.

"Sayang, mau jenguk baby A. Boleh kan?" Al memainkan tangan Aurora agar menepuk nepuk pipinya. 

"Tadi katanya capek!" tuding Aurora memainkan bola matanya. 

"Kalau soal itu, aku punya banyak stok tenaga. Tenang saja sayang, Suamimu ini masih sanggup untuk tiga ronde," ujarnya santai membuat Aurora membelalakkan mata seraya menepuk dada Al pelan. 

"Tiga ronde? Nggak.. Nggak!" tolaknya lalu berbalik dan membaringkan badannya memunggungi Al. 

"Dua ronde kalau gitu?" Al ikut, setengah berbaring, kepalanya bertumpu di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tengah sibuk menjelajah di tempat favoritnya. "Ya, ya.. Dua ronde kan sayang?" tanyanya kembali. 

"Nggak!" 

"Satu ronde deh yah, satu ronde. Oke sayang?!" rengeknya lagi dengan sangat manja. 

Aurora hanya menggelengkan kepalanya, sekalipun ia menolak ia tak mungkin lepas dari jeratan pria yang saat ini sudah sibuk menggerayangi tubuhnya meski belum mendapatkan izin. 

Pada akhirnya setelah mematikan lampu Al pun memulai kegiatan panasnya, melakukan penyatuannya bersama Aurora diiringi dengan suara rintihan dan derit ranjang yang memenuhi setiap sudut ruangan tersebut.