Pustaka
Bahasa Indonesia

Invers Ceria, Ya Cerai

84.0K · Tamat
Ithanajla
46
Bab
7.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Swara Amaya, bertunangan selama delapan tahun dengan Jonathan Wirautama karena balas Budi pada kakek dan ayah pria yang jauh lebih tua sembilan tahun dengannya tersebut. Jonathan yang ternyata memiliki banyak sekali skandal dari pada Swara Amaya si artis yang famous karena sensasi dan skandal, tiba-tiba mulai memberikan perhatian pada si artis yang sudah satu tahun dinikahi. Tiba-tiba jadi terlalu royal dan mengabulkan semua permintaan Swara, padahal sedari awal terhitung pelit.Tidak hanya Romance Comedy yang terus saja mengocok perut pada tiap bagian part-nya. Suasana horor dan misteri, sedikit sentuhan fantasi juga bisa kamu nikmati pada novel ini. Maka jangan heran kalau nanti kamu bakal ketagihan membacanya. Selamat membaca....

RomansaAktorIstri

BAB 1

BAB I

Seseorang terdengar memasukkan kode untuk membuka pintu. Aku tau satu-satunya orang yang memiliki pas kode apartemen ini hanya orang itu. Karena asistenku atau orang lain tentu akan menekan bel terlebih dulu untuk bisa masuk ke dalam sini. Ku pikir selamanya bajingan itu tak akan menginjak apartemen ini lagi.

Pasalnya aku sudah mendengar bahwa dia sudah kembali dari ekspansi bisnisnya sejak sebulan yang lalu dan tidak pernah sekalipun menampakkan batang hidungnya di depanku. Kemudian untuk apa sekarang repot-repot datang, kalau bukan untuk menceraikan istri jahat macam diriku. Ah senangnya sebentar lagi aku akan jadi janda, artinya aku akan bebas yeay! jalan-jalan di pantai dengan bikini cantik, dan oh....pria-pria cantik, muda dan energik itu telah menungguku begitu lama.

Aku mencebik tatkala lintasan pikiran menyenangkan itu terganggu dengan kehadiran sebentuk wajah maskulin berhias cambang. Pria angkuh nan sombong itu mengenakan fantovel model kaku, sekaku wajahnya ketika bertemu muka denganku. Tapi sejahat apapun aku, tidak boleh memperlihatkannya di depan keluargaku secara langsung. Apalagi di hadapan pria yang disebut suami ini. Level jahat ku hanya sampai pada antisipasi tidak disakiti orang lain. Kalian pasti tahu, dunia entertainment itu begitu kejam.

"Jojo kamu pulang?" aku ingin muntah karena panggilan ini, ditambah suara centilku yang rasanya mampu melukai hati suci dan murni ku sendiri. Ya Tuhan kenapa aku harus terjebak bersamanya selama setahun ini.

Jonathan menatapku tanpa riak tanpa emosi, dia hanya berdehem sekilas sebelum berlalu begitu saja masuk ke dalam kamar kami. Jangan salah paham, kami tidak pernah menggunakannya bersama. Dia begitu jijik padaku, jangankan menghabiskan tidur di ranjang yang sama, menatapku lama saja bisa menyebabkan otot wajahnya kejang-kejang. Aku terus mengikutinya seperti istri sholeha.

"Jojo, apa kamu sudah makan. Aku masak sedikit shasimi" aku memeluk lengannya dengan gestur akrab padahal, alam semesta tahu betapa tersiksanya aku melakukan ini.

"Oh, aku lupa kamu tidak suka sajian mentah. Ku masakan yang lain sebentar ya" jelas kamu tidak akan sudi makan masakanku, cepat ambil apa yang kau butuhkan dan sana pergi, aku muak melihat wajah membosankan itu. Biarkan aku disini memupuk mimpi-mimpi ku sendiri tanpamu.

Dia menatapku lama seperti tengah mencari jawaban dari sesuatu yang mengganggunya sebelum menjawab singkat.

"Tidak." Aku berkedip beberapa kali menetralkan rasa basah di dadaku, tak menyangka efek suaranya masih mampu membuat jantung ini berdebar.

Tak hanya dalam bertutur kata pria berkepribadian rendah ini juga pelit uang belanja padaku. Setelah menikah kamu hanya memberiku satu kartu dengan nominal lima puluh juta, dan nominal itu tidak pernah bertambah. Nanti jika saatnya tiba, kartu jelek sedikit digit itu akan ku jejalkan ke bibir dan mulutmu, lihat saja.

Matanya memperlihatkan ketidaksukaan akan sentuhan yang ku lakukan, tapi mulutnya terkunci sampai aku bisa melihat bibir itu tidak memiliki celah sangking rapatnya. Tentu aku berpura-pura sedih, memasang wajah nelangsa karena lagi-lagi suami yang ku cintai menolak usahaku. Ada jejak kebingungan yang asing di mata pria itu. Tumben dia memperlihatkan emosi di depanku meski hanya sedikit.

"Kalau begitu, apa kamu ingin mandi. Ku siapkan air hangat ya?" Senyum paling manis ku pasang seharusnya orang lain akan merasa tak tega menolakku, sangking manisnya aku. Aku tidak berlebihan menyebut diriku manis, aku seorang artis yang sedang naik daun. Yah meski citra jahat yang ku buat selalu menambah jumlah haters ku setiap hari, aku tidak peduli, aku tidak makan dari mulut kejam mereka. Aku bisa makan dan hidup berkecukupan karena usahaku sendiri.

"Tidak usah. Tunggu di luar, akan ada yang datang sebentar lagi" bibir ku tersenyum mafhum, tapi di hati aku berdecih. Memangnya aku senang berlama-lama denganmu. Ngomong-ngomong apa pria sialan ini akhirnya mengundang pengacara dan menceraikanku. Apakah telah tiba waktunya untuk ku bisa menjadi diriku sendiri.

Jonathan menatap wajahku lebih lama, wajah tertutup kabutnya menampilkan sekilas emosi lain yang tak bisa ku prediksi apa itu. Sedikit bingung, dia kenapa. Heran banget sih, dia membuka topeng jeleknya di depanku, kesurupan mungkin dia kali ya. Aku mengendik diam-diam, tak peduli.

"Memangnya siapa yang akan bertamu ke rumah kita, Jojo?"

"Pengacara" jawabnya masih menatapku lamat-lamat. Mungkin dia baru sadar aku cantik. Ya ampun, apakah aku tidak salah dengar? Oh my good, aku akan berpesta tujuh hari tujuh malam kalau sampai pengacara itu akan mengatur perceraian kami.

Aku berkedip bingung "Suamiku, Jojo" sumpah aku eneg mendengar suaraku sendiri.

"Untuk apa pengacara datang?"

Jonathan menatapku aneh, kedua alisnya menukik tajam, seolah dengan begitu dia mampu menekan laser panas keluar dari matanya "Kita akan bercerai"

Aku berseru gembira, hore, hore! Yey yey! Akhirnya ya tuhan....! Pria sialan ini akhirnya mendapatkan pencerahan, dia akhirnya sadar bahwa bercerai dariku adalah jalan terbaik. Tapi ekspresi yang ku tampilkan di luar adalah kesedihan yang teramat sangat.

Aku sangat terpukul mendengar pernyataan itu. Mataku berkaca-kaca, "Jojo, semudah itu kah kamu menyerah dengan pernikahan kita?" Aku sangat mencintaimu, kamu tahu itu. Beri waktu sedikit saja untuk dirimu mengenalku lebih lama lagi"

Bilang jangan, aku sudah sangat muak padamu, setuju tidak setuju, kita akan tetap bercerai.

Aku tidak tahu kenapa setelah kalimat yang hanya mampu ku rapalkan dalam pikiranku menyebabkan mimik wajahnya jadi makin aneh begitu. Dia mirip seperti sedang sembelit berhari-hari.

Dia menggeramkan namaku dengan sadis, maksudku giginya terkatup rapat, hingga suara yang keluar seperti mendesis. "Cuwa!"

Marahlah, marah saja. Katakan aku ini perempuan rendahan bak benalu yang hanya memanfaatkan situasi dengan menikahimu demi karir artisku. Katakan juga bahwa sudah saatnya kamu tahu dimana posisimu, lepaskan rumah tangga kita yang sejak awal memang salah, cuwa!

Air mata tak lagi bisa ku tahan, semoga aktingku kali ini terlihat alami. Jauh-jauh sekolah akting ke Singapura seharusnya aku bisa membuatnya percaya kalau aku memang sedih.

"Aku mohon, jangan ceraikan aku"

Ku tarik untuk ku cengkeram kemeja bagian dadanya. Kepalaku menunduk pilu. Air mata mengaburkan pandanganku.

"Jojo... Bagaimana hidupku kalau tanpamu"

Tentu hidupku akan bahagia, cepat ceraikan aku, aku tak tahan denganmu, Tuan Jonathan si buta dari kota Jakarta. alih-alih pengidap sisters kompleks, si bodoh ini menyia-nyiakan wanita sebaik dan secantik aku hanya demi adik liciknya itu. Aku tahu sebentar lagi kamu akan melotot padaku lalu kamu akan mendorongku keluar dari kamar kita dan menutup pintu tepat di wajahku.

Jonathan menatapku dengan keterkejutan luar biasa. Selama bersamanya dalam sembilan tahun ini, delapan tahun bertunangan dan satu tahun menjadi istri diatas kertasnya aku memahami dan sangat terbiasa dengan sikap dinginnya, tapi tak pernah melihat jenis ekspresi lain selain marah kecuali hari ini. Dia kenapa?

"Cuwa!" katanya semakin marah. Iya benar, kamu harus semakin marah dan bertetap hati menceraikan ku. Dan aku melonjak dalam hati menari bagai dancer mengiringi simfoni merdu yang bergema di seluruh ruang di hatiku.

Pria-pria muda dan cantik, pantai dan bikini, wait me please. Pria jelek di depan ku, minggat sana.