Pustaka
Bahasa Indonesia

ISTRI PILIHAN MOMMY

60.0K · Tamat
Dewa Amour
51
Bab
3.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21+ (sangsi berat buat yang coba plagiat) Beginilah kalo dijodohin sama cewek cakep. Awalnya aja kabur-kaburan. Tahu-tahu malah buchin kronis nggak ketulungan! Penasaran sama kebuchinan Jhoni dan Dara? Kuy baca selengkapnya dalam novel Istri Pilihan Mommy.

Cinta Pada Pandangan PertamaWanita CantikRomansaMetropolitanPernikahanIstriBaper

HMT 1 - TERTANGKAP DAN BASAH

"JHONI!"

Astaga, jam berapa sih? Kok Jackie udah manggil-manggil aja. Jackie itu burung beo cerdas yang sudah kupelihara sekitar 2 tahun. Pasti Juno nih, lupa bersihin kandang Jackie, makanya dia manggil-manggil terus. Sedangkan mataku ini males banget melek sekarang.

Secara tubuhku lemes banget pasca pertarungan nikmat semalam bersama Bella, kekasihku yang sekarang masih meringkuk di sisiku. Semalam aku dan Bella datang ke party temanku yang bernama Leo. Sepertinya di sana kami terlalu banyak minum vodka, sampai akhirnya kami mabuk parah.

Tapi jangan salah tebak dulu, aku dan Bella bertarung di atas ranjang bukan karena kami mabuk dan tidak sadar melakukan hal itu, seperti cerita novel-novel kebanyakan. Aku dan Bella sudah sering kali melakukan hubungan intim. Ya, kurang lebih sejak kami pertama jadian. Dan ternyata si Anabella Sahnaz, gadis manis, cantik, seksi dan populer di Jakarta itu, sudah bukan virgin lagi.

Kecewa sih, tapi ya, sudahlah. Lagi pula aku pun sudah bukan perjaka lagi. Perjakaku sudah aku lepaskan pada Madona, pacarku sewaktu aku kuliah di London. Madona gadis blasteran Ausie-Prancis. Wajahnya cantik mirip boneka barbie. Bentuk tubuhnya mirip aktris Indonesia Luna Maya. Bahenol deh pokonya! Tapi sayang, Madona kurang menyukai pria Indonesia. Dia selingkuhin aku dengan seorang bule asal Ingris bernama Jacob Grabbriel eh Gabriel. Susah banget namanya, masih kerenan Jhoni Alexander kalek! Karena kecewa, aku dan Madona akhirnya putus. Hh, menang banyak deh, tuh si Jacob Grabbriel eh Gabriel. Sampe muncrat dah mulutku.

"JHONI!!"

Astaga! Kedua mataku langsung melek akurat mendengar suara cetar itu. Tapi kok, nggak mirip suaranya Jackie, ya? Ini sih lebih mirip suaranya ...

"Mommy!" jeritku kaget bukan kepalang melihat seorang wanita cantik umur 47 sedang berkacak pinggang di seberang ranjangku. Sedangkan di belakangnya tampak Juno yang sedang terkikik geli melihatku tertangkap basah begini. Aku segera beranjak dengan jiwaku yang masih kabur.

"Mom ... ini ... Mom." aku mendadak terkena sindrom gagap akut. Bagaimana tidak? Wanita yang kupanggil "mommy" itu adalah ibuku. Wanita asal Seoul, Korea Selatan yang sudah melahirkanku 24 tahun yang lalu.

Sial! Kenapa Juno nggak bilang kalau Mommy akan pulang pagi ini. Mati! Sekarang bagaimana? Mommy sedang melotot ke arahku dan Bella yang masih terbungkus selimut tebal.

"Bangun kamu, Jhoni! Dan suruh pergi Jalang itu sekarang!" 

Mati! Mommy murka banget kayaknya. Sedangkan Juno malah tersenyum puas melihatku menderita begini.

Aku segera meraih kaus yang bereserakan di sekitar ranjangku. Tanganku mengguncang satu bahu Bella yang masih tertidur dengan pulasnya. Astaga, Bell ... kamu nggak denger apa suara terompet kiamat sedang dibunyikan. Masih enak tidur saja. Sedangkan Mommy pasti akan menggantung kami berdua.

"Bell, bangun. Buruan bangun!" aku berusaha membangunkan Bella yang masih asik mengorok.

"Apa'an sih? Aku masih ngantuk, tahu! Emangnya nggak capek apa puasin kamu semalaman," gerutu Bella membuatku mengangah mirip Jordy keselek bola bekel. Ekor mataku melirik ke arah Mommy yang sedang memberiku tatapan geram.

Mati! Mommy malah mendekat.

"Bangun kamu! Dan cepat pergi dari rumah saya!" 

Aku tak bisa berbuat apa-apa saat Mommy menyeret Bella dari ranjangku dengan kasar. Bella yang hanya mengenakan lingerie tipis berusaha meronta-ronta. Sedangkan si Juno malah senang melihat pacarku itu diseret oleh Mommy sampai keluar kamar. Aku segera mengenakan celana boxerku dan langsung menyusul mereka.

Aku curiga Mommy akan melempar Bella ke kolam ikan koi di belakang rumah, seperti kejadian sebulan yang lalu.

"Jangan Tante!"

KYAAA!

BYUUR!

Astaga! Aku terlambat menolong Bella. Mommy dan Juno sudah melempar pacarku itu ke kolam ikan. Aku segera berlari menghampiri Bella yang sedang mengerang kesal di kolam ikan koi kesayangan Mommy. Sedangkan Juno tertawa puas melihatnya. Sebagai laki-laki pasti si Juno seneng tuh, melihat Bella basah-basahan dengan lingerie tipisnya itu. Dasar Adik nggak ada akhlak emang tuh, si Juno!

"Sekarang juga Mommy minta, putuskan hubungan kamu sama si Bella Bella ini. Mommy nggak sudih punya menantu macem dia! Mengerti?!" Mommy menunjuk wajahku dengan kedua pupilnya yang hampir keluar.

Ya, Mommy memang tidak pernah menyukai Bella dari awal aku memperkenalkan gadis asal Bali itu padanya. Mommy bilang Bella bukan gadis yang pantas untukku.

Tapi aku cinta banget sama Bella. Terlebih Bella itu tahu banget gimana caranya nyenengin aku di atas ranjang. Tapi Mommy tetap menentang hubungan kami. Sebenarnya aku juga kaget melihat Mommy ada di rumah. Setahuku Mommy hanya akan pulang akhir bulan ini.

Hh, ini pasti kerjaan si Juno. Adik sialan itu emang harus diberi sianida! Hobi banget ngadu sama Mommy. Padahal aku sudah membelikan tiket VIP nonton konser BTS kemarin. Sial! Masih ngadu juga tuh, anak.

"Tapi, Mom. Apa yang Mommy lakuin sama Bella ini sudah keterlaluan!" ucapku kesal sembari meraih tubuh basah Bella ke tepi kolam. Tubuh Bella berbau amis. Perutku menjadi mual dibuatnya.

"Keterlaluan kata kamu? Kamu yang keterlaluan, Jhoni! Ngapain kamu bawa gadis ini ke rumah? Tidur sama dia layaknya sepasang suami-istri. Rumah ini bisa kena sial gegara ulah kalian itu!" lagi-lagi Mommy menunjuk batang hidungku sembari melotot.

"Tapi, Mom. Aku dan Bella saling mencintai. Aku nggak mau putus sama dia!" protesku pada wanita berpenampilan glamour di hadapanku itu, kemudian aku menoleh pada Bella,"aku antar kamu pulang, ya?" aku segera merangkul bahu Bella dan mengajaknya membersihkan diri di kamar mandi. Bella hanya mengangguk dengan tubuhnya yang menggigil keinginan.

"JHONI!"

Mommy mengerang kesal melihatku pergi bersama Bella. Aku tak perduli. Aku mencintai Bella. Terserah Mommy mau berbuat apa! Aku harus mengantar Bella pulang sekarang, sebelum Mommy mencakar wajahnya seperti sebulan yang lalu. Heran, Mommy asli Korsel apa keturunan singa sih? Kok suka nyakar gitu kaya kucing garong aja.

Bahkan Mommy bisa saja melempar Bella ke kandang harimau yang ada di belakang rumah kami. Ya, meskipun hanya ada kandangnya doang.

Dulu sih, Daddy pernah pelihara seekor Harimau Bengkala jantan, tapi karena tidak memiliki izin resmi untuk memelihara hewan langka, akhirnya harimau itu dijemput oleh petugas BKSDA, Balai konservasi sumber daya alam.

Lagi pula untuk mendapatkan surat izin memelihara hewan langka itu sulit juga. Seperti kandang, pawang hewan, sampai tempat pembuangan kotoran hewan pun menjadi pertimbangan besar petugas, sebelum memberi izin. Sedangkan Daddy yang super sibuk mana sempat urus-urus yang begituan. Akhirnya kembaran si Juno itu pun diserahkan pada petugas terkait.

"Kalau kamu nekad antar gadis itu, kamu nggak usah pulang dan semua fasilitas kamu akan Mommy bekukan!" hardik Mommy saat aku dan Bella tengah berjalan menuju mobilku di garasi.

Niatnya sih, aku mau mengantar Bella pulang. Tapi kok ucapan Mommy membuatku merinding, ya. Gimana kalau Mommy benar-benar membekukan semua fasilitasku? Gawat! Bisa jadi gembel aku.

"Mom ...," melasku sembari menatap wanita berwajah mirip Song Haekyo, yang kini sedang berdiri memasang wajah geram padaku.

"Lepaskan dia. Biarkan dia pulang sendiri. Lagi pula gadis ini yang mengantarkan tubuhnya buat kamu, kan?!" pedes banget ucapan Mommy. Aku melihat Bella sampai menitikan air matanya.

"Udah, Jhon. Kamu ikuti aja pinta Mommy kamu itu. Lagi pula bisa gawat kalo semua fasilitas kamu dibekukan." Bella melepaskan genggaman tanganku darinya. Sepasang netranya menatapku sangat  dalam.

Aku pun mengangguk lesu. Aku menyesal tak berdaya karena harta Mommy. Aku memang belum bisa berusaha sendiri sejauh ini. Ada pun perusahaan Daddy yang sedang aku kelola, aku tidak bisa serius bekerja sebagai CEO di perusahaan itu.

Aku tidak bisa meninggalkan dunia gemerlap-ku hanya untuk bergelut dengan tumpukkan berkas setiap harinya. Semua itu sangat membosankan bagiku.

"Aku pulang, ya!" tukas Bella padaku sebelum pergi dari teras luas rumahku. Bella mengusap kedua pipinya. Aku paham, pasti dia sangat sakit hati atas ucapan Mommy padanya.

"Jhoni, sekarang kamu siap-siap sana!" perintah Mommy tiba-tiba.

"Siap-siap ngapain?" tanyaku masih dengan wajah penuh rasa kesal padanya.

"Ikut Mommy ke Bandung sekarang!" jawab Mommy dengan sorot mata seperti singa betina ingin menerkam seekor tikus nying-nying.

"Ke Bandung ngapain?" aku masih penasaran. Karena seingatku kami tidak memiliki kerabat di kota kembang itu.

"Buat ketemu calon istri lo, Bang!"  Juno yang datang dari dalam rumah tiba-tiba mengoceh begitu.

"Hah, calon istri?!" tanyaku kaget bukan main. Sedangkan Mommy dan Juno malah saling pandang sambil tersenyum ngeselin.