Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3 Aku Tidak Mau Bercerai

"Suamiku?" panggil Li Mei seraya menggoyang-goyangkan lengan Bai Changyi.

Bai Changyi kembali tersadar lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, "a-ah ya, ya. Kalau begitu ayo kita kembali ke kamar. Tubuhmu belum sepenuhnya pulih dan di luar sini sangat dingin. Ayo.."

Bai Changyi berdiri dan membantu Li Mei berdiri dengan lembut. Dia lalu menatap Nyonya Zhao dan Xiao Mimi, "Nyonya Zhao, saya pasti akan membayar hutang saya, tapi tidak sekarang. Sesuai dengan perjanjian awal, saya masih memiliki waktu beberapa hari lagi."

Bai Changyi terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya, "udara semakin dingin, saya harus membawa Li'er masuk untuk menghangatkan diri. Kalau tidak ada keperluan lagi, silahkan kalian pulang."

Nyonya Zhao dan Xiao Mimi hanya bisa ternganga melihat sikap keduanya. Xiao Mimi akhirnya sudah tidak tahan lagi, dia merasa marah dan cemburu melihat kemesraan kedua orang itu di depan matanya. Akhirnya, dia menghentakkan kakinya sekali, lalu berlari keluar dari halaman seraya menangis tersedu-sedu. Nyonya Zhao merasa panik ketika melihat anak kesayangannya yang berlari pergi, dia pun segera menyusulnya pergi.

Bai Changyi menggelengkan kepalanya pelan, dia lalu pergi untuk menutup pintu pagar yang terbuat dari bambu. Di mata Li Mei, pagar itu akan langsung rusak hanya dengan sekali tendang. Setelah itu, Bai Changyi berjalan kembali dan berdiri dengan canggung.

"Ayo, kita masuk," ajak Bai Changyi.

Li Mei menatapnya lalu bertanya dengan manja, "apa kamu tidak jadi memapahku?"

Bai Changyi merasa tidak terbiasa dengan perubahan sikap Li Mei. Li Mei dulu selalu bersikap kasar dan kata-katanya terdengar tajam. Namun sekarang…

Apakah dia boleh berharap sedikit saja?

"Baik, ayo aku bantu," gerakan Bai Changyi terlihat kaku. Dia sama sekali tidak melihat sudut bibir Li Mei yang sedikit terangkat.

Li Mei duduk di tepi tempat tidur dan menatap wajah Bai Changyi lekat-lekat, membuat Bai Changyi semakin canggung, bahkan terlihat sedikit rona merah di wajahnya yang berkulit kecoklatan.

"Suamiku.." panggil Li Mei.

"Ah, ya?" Bai Changyi sama sekali tidak terbiasa dengan panggilan Li Mei. Dulu Li Mei selalu memanggilnya dengan panggilan "Hei!" ataupun hanya "Kamu!", tidak pernah semesra sekarang ini.

"Soal perceraian.."

Ketika mendengar kata-kata perceraian, hati Bai Changyi kembali terasa sakit. Apa kali ini Li Mei ingin membujuknya untuk bercerai secara halus?

"Seperti yang aku katakan tadi, berikan aku waktu beberapa hari lagi untuk mengumpulkan uang untukmu. Setelah itu, aku akan meminta kepala desa untuk mengurus perceraian kita."

Bai Changyi menatap mata Li Mei dalam-dalam. "Aku.. aku tahu aku bukan suami yang becus hingga malah membawamu ke kehidupan yang sengsara seperti ini. Jangan pernah melukai dirimu lagi, apalagi sampai menceburkan diri ke sungai seperti kemarin untuk bunuh diri. Aku tidak sanggup melihatnya, maka aku akan mengabulkan permintaanmu untuk bercerai."

Kata-kata Bai Changyi entah mengapa terasa seperti menyayat-nyayat hatinya. Dia merasa sedih untuk laki-laki ini.

Dasar Li Mei sialan! Apa matamu buta? Apa kamu tidak bisa merasakan ketulusan yang diberikan oleh laki-laki ini? Hidupmu sungguh sia-sia!

Baiklah, aku akan menggantikanmu untuk menebus dosamu kepadanya dan juga membahagiakannya! Tenanglah kamu di alam sana!

"Aku tidak mau bercerai," kata Li Mei seraya tersenyum lembut.

"Baiklah, besok aku akan mengurus surat perce.."

Bai Changyi membeku, dia lalu kembali menatap Li Mei dengan kening yang berkerut.

"Kamu bilang apa barusan? Tidak mau bercerai?"

"Ya, aku tidak akan pernah mau bercerai darimu," jawab Li Mei mantap.

Bai Changyi tertegun untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia naik ke atas tempat tidur, berbaring dan menyelimuti tubuhnya, lalu memejamkan matanya rapat-rapat.

Li Mei tertawa ketika melihat tingkah laku Bai Changyi, "dasar bodoh! Kamu tidak sedang bermimpi!"

"Benarkah?" tanya Bai Changyi terdengar ragu.

"Ya."

"Jadi, kamu benar-benar tidak ingin bercerai denganku?" tanya Bai Changyi lagi dengan suara yang penuh dengan semangat.

"Ahahaha.. tentu saja," jawab Li Mei. "Meskipun sekarang aku kehilangan ingatan, aku merasa, aku yang dulu pasti sangat bodoh karena ingin bercerai dengan laki-laki sebaik kamu."

Ya, walaupun tidak dapat menyalahkan sikap Li Mei sepenuhnya yang tidak mampu menahan kesusahan.

Bai Changyi mencubit lengannya sendiri hingga kemerahan, "ah! Aku.. ternyata aku benar-benar tidak sedang bermimpi."

"Apa yang kamu lakukan, jangan seperti itu," Li Mei meraih lengan Bai Changyi, lalu meniup-niup pelan bagian yang dicubitnya tadi.

Bai Changyi hanya bisa menatap wajah cantik Li Mei dalam diam. Perhatian dan sikap Li Mei sedari tadi langsung menyembuhkan luka hatinya selama ini begitu saja. Dia benar-benar merasa seperti di dalam mimpi.

"Tapi ada satu syarat," kata Li Mei.

"Apa itu? Katakan saja. Selama kamu berjanji tidak akan meninggalkanku, aku akan menyanggupinya," tanya Bai Changyi cepat.

"Aku tidak suka berbagi suami," kata Li Mei berterus terang.

"Kelak, semakmur apapun kehidupan kita, aku tidak mau kamu mengambil selir ataupun gundik."

Bai Changyi menatapnya dengan tatapan terkejut. "Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada wanita lain. Aku bersumpah dengan nyawaku!"

"Baiklah, aku percaya kepadamu," Li Mei menatapnya dengan tatapan lembut.  

"Bai Changyi, bolehkah aku bertanya lagi soal kehidupan kita? Kamu tadi bilang kamu pemburu bukan?"

"Ya," jawab Bai Changyi cepat 

"Kapan kamu akan pergi berburu ke gunung lagi?" tanya Li Mei. "Kita harus segera mendapatkan uang untuk membayar hutang kita kepada Nyonya Zhao bukan?"

"Ya, kamu benar," jawab Bai Changyi.

"Apakah sepuluh tael perak itu banyak?" tanya Li Mei penasaran.

"Itu.. cukup banyak," jawab Bai Changyi pelan. 

"Kemungkinan aku butuh beberapa kali menjual bulu-bulu hewan itu ke kota sampai bisa melunasi semuanya. Kecuali..."

"Kecuali apa?" tanya Li Mei kurang sabar ketika melihat Bai Changyi menghentikan ucapannya.

"Kecuali aku masuk lebih dalam. Mungkin saja aku bisa mendapatkan harimau dan menjual kulitnya. Itu akan berharga sekitar lima puluh tael perak. Kalau seperti itu, kita bisa memiliki uang lebih untuk membeli pakaian baru untukmu. Serta kasur dan selimut yang lebih empuk dan tebal "

Li Mei merasa hatinya bertambah hangat. Bagaimana tidak, semenjak tadi suaminya ini selalu mengutamakan kebutuhannya.

"Tapi.. bukankah berbahaya kalau pergi ke gunung lebih dalam? Pasti akan lebih banyak hewan buas di sana," kata Li Mei.

"Aku tidak setuju, aku khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi padamu," kata Li Mei.

Entah kapan terakhir kalinya Bai Changyi merasa hatinya begitu bahagia. Saat ini dia bahkan hampir meneteskan air matanya. Tapi dia menahannya semenjak tadi, dia tidak mau terlihat lemah di depan istrinya itu.

"Begini saja.. bagaimana kalau aku ikut denganmu besok?" tanya Li Mei.

"Apa?!" Bai Changyi merasa sangat terkejut dengan permintaan Li Mei. "Tidak, tidak! Itu terlalu berbahaya!"

"Kita tidak perlu pergi terlalu di gunung. Kamu bisa berburu beberapa hewan liar, dan aku bisa mencari tanaman obat. Setelah itu kita bisa menjualnya ke kota bersama."

"Kamu.. tahu tanaman obat?" tanya Bai Changyi terlihat bingung. Sejak kapan istrinya tahu tanaman obat? Selama ini, Li Mei hanya berdiam diri di rumah dan sibuk menghindari Bai Changyi. Dia sama sekali tidak tahu kalau istrinya itu memiliki pengetahuan soal tanaman herbal.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel