Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 1 Kelahiran Kembali

Li Mei merasakan kepalanya berdenyut sakit. Dia berusaha membuka matanya namun tidak bisa. Matanya terasa berat dan badannya terasa sangat panas. Ada apa ini? Hal terakhir yang diingatnya adalah dia didorong oleh sahabatnya sendiri dari atas tangga rumahnya karena memergoki sahabatnya sedang mencuri. Apakah saat ini dia sedang di rumah sakit?

"Dia sudah baik-baik saja sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi. Selama demamnya bisa turun, dia akan pulih," suara seorang pria asing terdengar berbicara tidak jauh darinya.

"Terima kasih banyak tabib Lu," suara pria lainnya terdengar menghembuskan nafas lega.

"Ah, dan ini untuk biaya pengobatannya."

"Baik, baik. Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan lupa untuk selalu menjaganya. Dan suapi obat yang sudah aku racik tadi meskipun dia belum sadar."

Dia? Apakah yang dimaksud adalah dirinya? Lalu siapa mereka? Kenapa dia tidak mengenali suara mereka sama sekali?

Tidak lama kemudian suasana sekitar kembali hening. Li Mei dapat merasakan seseorang menyelimutinya dengan selimut tebal.

"Dasar bodoh," bisik pria itu seraya membelai lembut pipinya.

Sudah dua hari Li Mei tidak sadarkan diri, tapi dia bisa merasakan obat yang hangat mengaliri tenggorokannya setiap hari, dan juga belaian lembut tangan seorang pria yang terasa kasar. Sangat jelas kalau pemilik tangan itu adalah seorang pekerja keras.

Tapi.. siapa dia? Kenapa dia menjaga Li Mei? Dia tidak merasa memiliki keluarga atau teman dekat seperti laki-laki ini. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan ketika dia kecil, dia hanya hidup berdua dengan kakeknya. Dan kakeknya telah meninggal dua tahun yang lalu. 

Di hari ketiga, Li Mei mengerjap-ngerjapkan matanya, dia berusaha menyesuaikan matanya. Saat matanya akhirnya bisa melihat dengan jelas, dia hampir saja memekik kaget karena melihat seorang pria tertidur pulas di sebelahnya. Li Mei menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua mulutnya. Li Mei mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap wajah pria tersebut lekat-lekat 

Wajah pria itu terlihat sangat tampan, rahangnya kokoh, kulitnya kecoklatan menandakan dia adalah orang yang bekerja keras di bawah sinar matahari. Tubuhnya tinggi dan kekar. Hidungnya lancip, dan bibirnya tipis. Sangat tampan! Sebenarnya dia termasuk pria yang sesuai dengan tipe idaman Li Mei. Dia bahkan sangat yakin kalau laki-laki ini hidup di daerah perkotaan tempat Li Mei berasal, dia bisa menjadi seorang idola!

Li Mei menatap ke sekitarnya. 

Kenapa semua perabotan terlihat reot? Selain ranjang yang mereka pakai, hanya ada lemari, dan juga sebuah meja dengan dua kursi. Di sudut lain ada sebuah ruangan kecil, dan kalau dilihat sekilas, sepertinya itu adalah dapur mereka.

Dan juga apa-apaan dengan gaya baju yang dipakai dirinya dan laki-laki ini? Kenapa seperti baju-baju yang biasa dia lihat di drama kolosal? Jangan-jangan dia melintasi waktu dan datang ke jaman kuno seperti di novel-novel yang biasa dia baca? Apakah dirinya yang asli di jaman modern sudah mati?

Li Mei mengerutkan alisnya. Apa yang harus dia lakukan? Setelah terdiam dan berpikir beberapa saat, dia akhirnya menghela nafas panjang.

Dia sudah datang ke zaman ini. Lagi pula dia tidak memiliki keluarga di kehidupannya sebelumnya, bahkan sahabatnya jugalah yang membunuhnya. Jadi tidak akan ada orang yang merasa sedih dengan kematiannya. Dia juga tidak memiliki jalan untuk kembali, berarti mau tidak mau dia harus mencoba bertahan hidup di dunia ini.

Li Mei berpikir dengan cepat mencoba memahami apa yang terjadi, dan langsung memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang harus dia lakukan.

Tiba-tiba, mata laki-laki di depannya terbuka. Dia merasa terkejut ketika melihat Li Mei yang sudah terbangun dan duduk di atas ranjang. Dia langsung bangkit dan duduk di atas ranjang juga. Laki-laki itu tidak dapat menyembunyikan sorot matanya yang penuh dengan kekhawatiran.

"Li Mei, apakah kamu merasa masih ada yang sakit??" tanyanya.

Li Mei hanya menatapnya dalam diam. Dia tidak bergeming. Sejujurnya, dia merasa sedikit bingung bagaimana harus bereaksi. Rupanya nama gadis ini juga sama dengan namanya, Li Mei.

"Siapa kamu?" tanya Li Mei terlihat bingung.

Wajah laki-laki di depannya terlihat muram. Apakah kali ini Li Mei sedang berusaha membuat ulah lagi?

"Apakah ini salah satu caramu untuk meminta bercerai dariku lagi?" tanyanya. Ada nada kesedihan dan kemarahan yang tidak dapat disembunyikan di dalam nada suaranya.

Li Mei tertegun. Ternyata laki-laki di hadapannya ini adalah suaminya? Sekarang semuanya terasa masuk akal kenapa mereka bisa tidur seranjang. 

Tapi apakah pemilik tubuh ini selalu berbuat ulah demi berpisah dengan suaminya? Kenapa laki-laki ini berkata seperti itu?

"Bukan begitu, hanya saja aku merasa linglung saat bangun," ujar Li Mei beralasan.

Laki-laki itu mengerutkan keningnya dalam-dalam dan menatap Li Mei dengan tatapan menyelidik. Setelah beberapa saat, dia baru merasa yakin kalau Li Mei sedang tidak berbohong. Dia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjelaskan kepada Li Mei.

"Namamu adalah Li Mei. Aku menemukanmu tergeletak pingsan di saat aku pergi ke gunung tiga bulan yang lalu. Setelah itu aku membawamu pulang. Kamu tidak mengingat apapun kecuali namamu. Agar bisa merawatmu dan menjagamu, akhirnya kita menikah."

Li Mei berusaha menyerap informasi yang baru saja diterimanya. Dia lalu kembali menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan polos.

"Lalu, siapa kamu? Ini dinasti apa?"

"Namaku adalah Bai Changyi, suamimu, dan kita hidup di Dinasti Xing. Nama desa kita adalah Desa Fanrong."

Li Mei mengerutkan alisnya. Dinasti Xing? Kenapa dia tidak pernah mendengar nama dinasti ini sebelumnya? Sepertinya dinasti ini tidak tercatat di dalam buku sejarah.

"Li Mei," Bai Changyi kembali memanggilnya dan menatapnya dengan tatapan serius.

"Kalau kamu ingin bercerai, tunggulah beberapa hari lagi. Aku akan berusaha mengumpulkan uang dari hasil berburu terlebih dahulu. Setelah itu kamu bisa membawa uang itu untuk memenuhi kebutuhanmu sementara waktu. Kalau kamu memberitahuku di mana kamu akan tinggal setelah kita bercerai, aku tetap akan memberimu uang kepadamu agar kamu tetap bisa menyambung hidup. Jadi, tolonglah berjanji, jangan pernah berusaha membunuh dirimu sendiri lagi, ya?" ucap Bai Changyi. Ada kilatan kesedihan yang melintas di matanya.

"Bunuh diri? Siapa? Aku?" tanya Li Mei terkejut seraya menunjuk dirinya sendiri.

Li Mei tertegun ketika mendengar ucapan Bai Changyi. Dia tiba-tiba merasa pemilik tubuh ini sangat bodoh. Kenapa dia mau berpisah dengan laki-laki sebaik dan setulus ini? Dan, ehm.. setampan ini? Li Mei bahkan tidak pernah melihat seorang laki-laki yang bersikap tulus seperti pria ini di jaman modern.

Sungguh suatu kerugian bila dia kehilangan pria sebaik dan setampan ini!

"Aku…" Baru saja Li Mei ingin mengucapkan sesuatu, tiba-tiba perutnya berbunyi dengan sangat keras. Li Mei merasa sangat malu hingga dia menundukkan kepalanya dengan canggung.

"Ah, kamu pasti lapar setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Sebentar, akan aku ambilkan makanan dari dapur," kata Bai Changyi seraya turun dari ranjang.

Li Mei terdiam sambil terus menatap punggung Bai Changyi yang menghilang ke dalam dapur. Dia baru saja tiba di zaman ini dan belum mengetahui apapun mengenai era ini. Sepertinya dia tidak memiliki uang sama sekali, dan satu-satunya orang yang bisa dia andalkan hanyalah Bai Changyi. Lebih baik dia segera menjelaskan kalau dia tidak menginginkan perceraian ini lagi. Lebih baik mereka berdua bahu membahu untuk memperbaiki kehidupan mereka di sini.

Bai Changyi keluar dari dapur dan membawa dua buah bakpao di atas piring. Dia menyerahkannya kepada Li Mei lalu berkata, "aku tahu kamu tidak menyukainya, tapi hanya inilah yang kita punya saat ini, yang penting perutmu terisi dulu."

"Terima kasih," Li Mei menerima bakpao itu dan tersenyum dengan lembut.

Bai Changyi tertegun. Dia merasa sangat kaget ketika melihat senyum lembut di wajah Li Mei. Kapan dia pernah melihat senyuman di wajah cantik Li Mei? Tentu saja tidak pernah! Jadi ini adalah kali pertama dia melihat senyumnya yang sangat mempesona.

"Bai Changyi, aku.." Baru saja Li Mei hendak menyampaikan niatnya, lagi-lagi perkataannya terpotong. Kali ini oleh suara seorang wanita yang berteriak di luar.

"Bai Changyi! Keluarlah!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel