Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. The Moonlight Kiss

"Kau bukanlah seorang pelukis atau bartender, bukan? Lalu siapa kau sebenarnya?!" Sentak Amanda dengan mata hijaunya yang beradu tatap dengan netra abu gelap Kairo.

Tangannya yang menggenggam pisau bermata dua dengan sengaja menggores kulit leher lelaki itu, yang hanya beberapa senti dari urat nadinya.

Kairo hendak mengucapkan sesuatu, namun tiba-tiba saja suara rentetan peluru terdengar, dan desingnya yang terasa panas tertuju kepada mereka berdua.

"Tiarap!" Seru Kairo sambil menarik Amanda dan menjatuhkan tubuh mereka di atas tanah.

Tanpa berpikir panjang, Kairo pun refleks menempatkan dirinya di atas tubuh Amanda, menjadi tameng dari serbuan timah panas yang bisa melukai wanita itu.

Amanda tersentak dan mengerjap-kerjapkan matanya, tak menyangka dengan perbuatan heroik lelaki itu yang lagi-lagi bertujuan untuk menyelamatkan dirinya.

Di antara suara desing peluru, Amanda menelisik wajah tampan yang kini sedang berada di atasnya itu. Wajah tegang yang sedang menoleh waspada ke arah datangnya peluru.

Bukankah seharusnya mereka lari menjauh dari sini? Kenapa Kairo malah membuat Amanda terbaring lalu membiarkan tubuhnya sendiri menjadi perisai

Wanita itu pun mengerjap dua kali, lalu menepuk pelan bahu kokoh Kairo.

"Kenapa kita tidak lari saja?" Bisiknya pelan di antara kerasnya suara desing peluru.

"Karena aku yakin kalau mereka hanya menembak untuk mengetahui ada atau tidaknya orang di sini. Jika kita lari, akan ada pergerakan semak belukar yang juga akan memperjelas posisi kita, Amanda. Kita tidak akan pernah bisa mengelak dari kecepatan peluru mereka nanti," sahut Kairo balas berbisik.

"Tapi kamu bisa tertembak!" Sergah Amanda lirih.

Kairo melirik wajah Amanda dengan sinar geli yang berbayang di matanya.

Aneh. Bukankah sebelumnya ia mengancam dan menggoreskan pisau ke leher Kairo? Kenapa malah sekarang wanita ini terlihat cemas jika ia tertembak.

Amanda mengernyit bingung ketika merasakan ada benda cair yang menetes membasahi kulit lengannya.

Sontak ia pun melirik ke lengannya, dan terkesiap kaget ketika melihat bercak darah yang berasal dari lengan Kairo yang terkena peluru.

"KAI! KAU--"

"Ssshh~" Kairo menangkupkan satu tangannya menutup mulut Amanda, sementara satu jari telunjuk tangannya yang lain berada di atas bibir tipisnya, memberi kode agar Amanda tidak berisik.

Tatapan Amanda pun tak sengaja tertuju ke bibir merah Kairo yang berada hanya beberapa senti dari wajahnya.

'Hm. Bibirnya bagus juga. Tipis tapi agak lebar dengan kedua sudut ujungnya sedikit berlekuk. Eh, aku mikirin apa sih??'

Rasanya Amanda ingin menoyor diri sendiri. Bisa-bisanya dia memperhatikan bibir Kairo pada saat mereka sedang ditembaki seperti ini!!

Syukurlah setelah beberapa lama, ajang adu tembak itu pun berakhir juga.

Kairo masih terus mengawasi sekitarnya, waspada jika ternyata musuh memutuskan untuk menghampiri tempat persembunyian ini dan menemukan keberadaan mereka.

Namun kedua manusia itu pun akhirnya bisa bernapas dengan lega ketika mendengar suara seseorang yang memerintahkan untuk pergi dari situ, karena sepertinya mereka yakin kalau tak ada orang yang bersembunyi.

Saat suara mobil yang membawa para penembak itu terdengar berlalu, Kairo pun beranjak. Lalu ia mengulurkan tangannya untuk membantu Amanda berdiri.

"Siapa kamu sebenarnya, Kai?" Kali ini suara Amanda tidak sedingin sebelumnya ketika menanyakan pertanyaan yang sama.

Tangan Amanda masih di dalam genggaman Kairo, dan wanita itu pun menatap dalam-dalam pada manik abu-abu setajam elang itu.

Kairo yang ini sungguh terlihat berbeda dengan saat pertama kali mereka berkenalan.

Waktu itu Amanda mengira lelaki yang sedang asik melukis di taman itu adalah lelaki biasa yang sangat ramah. Wajahnya yang tampan dan serius itu membuat Amanda penasaran.

Dan ternyata, Kairo pun pernah tinggal di Indonesia sama sepertinya!

Tapi kini Amanda pun merasa ragu karena lelaki ini terlalu misterius. Darimana ia bisa mengetahui identitas rahasia Amanda sebagai agen rahasia?

Sementara itu, Kairo melayangkan tatapannya kepada Amanda dengan sendu.

Cahaya bulan yang menerangi area hutan kompleks perumahan itu terpantul ke dalam netra bening Amanda, turut menyinari wajahnya dengan lembut.

"Cantik," ucap Kairo sambil tersenyum samar.

Sepertinya ia telah terhipnotis oleh sosok Amanda, sehingga melupakan fakta bahwa ada pertanyaan yang harus ia jawab.

Mungkin karena situasi yang gelap di malam hari, atau karena aroma lembut parfum Amanda yang memabukkan membuat Kairo pun seketika terbawa oleh suasana.

Tak dihiraukan olehnya lengannya yang berdarah akibat terserempet peluru, atau bagaimana mereka yang baru saja lepas dari situasi hidup dan mati.

Yang ada di dalam pikiran lelaki berambut pekat itu adalah bentuk seksi bibir berperona maroon yang menggiurkan itu. Sepertinya sangat lezat.

Apakah rasanya manis? Apakah tekturnya kenyal? Apakah Amanda akan membalas jika saat ini Kairo menciummnya?

Dan ketika tanpa peringatan dan tanpa diduga, bibir lelaki itu pun memagut bibir Amanda dengan keras dan tiba-tiba, membuat wanita itu memekik terkejut.

Namun detik selanjutnya Kairo pun bersorak dalam hati ketika mengetahui bahwa Amanda diam dan tidak berontak sama sekali.

Tidak, bukan sekedar diam, namun Amanda juga turut membalas Kairo!

'Gilaaa!!' Jerit Amanda dalam hati. 'Kenapa aku malah membalas ciuman lelaki ini?!'

'Gila,' pikir Kairo dalam hati, tanpa sadar membatinkan hal yang sama dengan Amanda meskipun dengan alasan yang berbeda.

‘Ini benar-benar gila. Ternyata bibir wanita ini jauh lebih manis daripada yang pernah kubayangkan.’

Amanda melenguh lirih ketika merasakan lidah Kairo menelusup ke dalam mulutnya, yang membuatnya tanpa sadar mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki itu.

Kairo menarik pinggang Amanda hingga rapat menempel di tubuhnya sambil menggeram. Tubuh Amanda yang 'hanya' setinggi dadanya membuat lelaki itu merasa tidak puas.

Seketika ia pun mengangkat bokong Amanda untuk mensejajarkan wajah mereka, membuat wanita itu mendesah kaget dan refleks melingkarkan kakinya yang jenjang di pinggang Kairo untuk menjaga keseimbangan.

Amanda menggigit bibirnya saat lelaki itu menerkam lehernya. Sambil mendongakkan wajahnya ke langit malam dan memejamkan mata, ia pun membiarkan Kairo menghisap kulitnya, menyecap, serta membuat tanda kepemilikan di lehernya.

Perasaan yang aneh dan begitu asing Amanda rasakan telah menyerbu pikirannya, memporak-porandakan logika juga kesadarannya sekaligus.

Oh, ini adalah murni gairah semata, tentu saja.

Amanda tidak bisa menampik daya tarik seksual yang terpancar dengan derasnya dari seluruh sel tubuh Kairo yang tinggi dan berotot, dari tatapan elangnya yang dingin dan mengintimidasi, namun dengan bibir yang lembut dan sikapnya yang melindungi.

Ah, ia sudah biasa bermesraan dengan para lelaki tampan sebelumnya--tapi sentuhan lelaki itu terasa sangat berbeda, dan membuatnya seolah lupa akan segalanya.

Amanda bahkan tidak mengingat kalau besok adalah pagelaran Milan Fashion Week akan berlangsung, dimana dirinya adalah model utama yang akan tampil membawakan rancangan desainer ternama.

Kairo mereguk Amanda dengan rakus, meskipun ia merasa seperti lelaki brengsek yang tidak lihat tempat dan waktu untuk bermesraan.

Seharusnya ia memberikan tempat yang romantis untuk Amanda, yang sudah dipastikan nyaman dan juga super mewah--bukan di hutan antah berantah seperti ini!

Tapi sekali lagi, Kairo tidak hendak membuka jati dirinya kepada wanita cantik bersurai coklat tua ini.

Sejatinya Kairo ingin menjadi lelaki biasa di hadapan Amanda, namun dengan bodohnya ia malah keceplosan dan mengatakan kode nama serta organisasi yang menaungi wanita itu.

Entahlah, ia memang selalu bodoh dan bertindak impulsif di depan Amanda.

Seorang pemimpin gangster, kepala organisasi mafia terbesar di Indonesia dan kini mulai melebarkan sayapnya di Eropa, mendadak sontak berotak tumpul dan bertekuk lutut di hadapan wanita yang bernama Amanda Almira Wrighton!

Mungkin ini yang disebut karma, karena dulu ia sering mengolok Dexter Green, temannya yang memilih hengkang dari organisasi ini demi cintanya kepada istri dan anak-anaknya.

Gairah Kairo sudah terlalu meledak-ledak, hasratnya sudah diubun-ubun sejak bertemu kembali dengan Amanda. Ingin rasanya ia merobek gaun sialan yang membalut tubuk seksi itu dan memiliki tubuh Amanda di sini, sekarang juga.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel