Pustaka
Bahasa Indonesia

I Come To Love You

62.0K · Tamat
Lialuo
60
Bab
104
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kezia adalah siswi SMU biasa yang hanya memiliki seorang sahabat yaitu Astrid. Kezia memang tidak terlalu suka bergaul. Meski begitu ia memendam rasa pada kakak kelasnya bernama James. Namun saat itu datanglah Valent yang dititipkan di rumahnya. Valent yang usil dan selalu membuat kacau kehidupan dia. Menjungkirbalikkan perasaan hingga membuat Kezia terjebak dalam kegalauan untuk memilih antara Valent dan James.

RomansaTeenfictionCinta Pada Pandangan PertamaMemanjakanSalah Pahambadboy

Satu

"Dia ini ...." Seorang lelaki paruh baya berhenti bicara saat seorang pemuda berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut. Pemuda tersebut memiliki perawakan jangkung. Wajahnya terlihat menarik dengan manik mata berwarna biru gelap, hidung bangir, serta alis tebal yang menjulang sempurna. Sejenak waktu seolah terhenti. Kezia hanya diam menatap.

'Siapa dia? Cakep banget. Macam idol Korea,' gumamnya dalam hati.

"Ini adalah Valent. Dia ponakan aku. Kalian juga sudah mengenal dia, bukan?" lanjut si lelaki paruh baya sambil menunjuk pada si pemuda. Kezia tersadar bahwa dirinya masih bengong karena terlalu terpesona. Gadis berkulit langsat tersebut dengan segera menundukkan kepala.

'Dasar kau ini, Kezia. Malu-maluin aja. Kau ini sudah punya James. Bisa-bisanya kau terbuai melihat pria lain,' dumelnya dalam hati.

"Aku terlalu sibuk untuk mengurus dia. Istriku juga. Karena itu, aku mohon bantuan kalian agar dia bisa tinggal di sini."

Kezia tertegun. Ia dan pemuda itu akan tinggal di rumah yang sama?

Ayah dan Ibu Kezia tidak menolak. Mereka setuju saja untuk Valent tinggal di rumah mereka.

***

Keesokan pagi, Kezia dan Valent pergi ke sekolah bersama diantar oleh ayah Kezia. Mereka akan mengurus pendaftaran Valent di sekolah tersebut. Sepanjang perjalanan, Valent tidak banyak bicara. Kezia juga tidak enak untuk mengawali pembicaraan lebih dulu. Diapun berpikir bahwa cowok itu memang pendiam.

"Itu siapa? Cowok yang datang bersamamu itu?" tanya Astrid yang segera menghampiri Kezia saat tiba di sekolah. Astrid adalah sahabat kental Kezia. Mereka bertemu di kelas satu SMP dan menjadi akrab hingga kini telah kelas dua SMA.

"Dia saudara jauh aku."

"Saudara jauh? Wah, aku tidak pernah tahu kamu punya saudara jauh secakep itu. Kenalin dong...!"

"Iya deh, entar kukenalin."

Astrid bersorak kegirangan hingga semua menoleh pada gadis itu. Kezia segera mengajaknya masuk ke kelas.

****

Valent memperkenalkan diri depan kelas dengan menyebutkan nama lengkap dia yaitu Valentino Mikhail. Gadis berkacamata yang duduk di bangku depanpun bertanya di mana ia tinggal.

"Aku tinggal dengannya," jawab Valent tenang sambil menunjuk ke arah Kezia. Semua murid di kelas tersebut sontak melihat gadis itu yang duduk pada baris ketiga dari belakang.

"Kalian saudara?" tanya gadis yang lain.

"Bukan," jawab Valent sambil tersenyum tipis.

***

"Dia bilang bukan saudara, tapi kau bilang dia saudara jauh. Yang mana yang benar?" tanya Astrid pada Kezia saat jam istirahat tiba.

"Dia hanya bercanda saja. Apa kau tidak percaya padaku?"

Astrid mengangguk.

"Tentu aku percaya padamu."

Kezia melihat kembali pada buku yang dibacanya. Sebenarnya ia tidak fokus dengan materi pelajaran dalam buku tersebut. Ia melihat sekilas pada Valent yang duduk dua kursi di depan dia. Beberapa gadis tampak mengerumuni pemuda tersebut. Mereka semua terlihat begitu asyik mengobrol dan bercanda.

"Lalu apa hubunganmu dengan dia? Kenapa kau tinggal di rumah dia?" Seorang gadis kembali bertanya sambil mengendikkan kepala ke arah Kezia.

"Hubungan aku dengan dia sangat istimewa."

Kezia mendelik mendengar itu. Tidak bisa dibiarkan lagi, dia harus bicara pada Valent. Jangan sampai cowok itu terus bicara yang bukan-bukan.

***

Kezia berencana untuk bicara pada Valent saat usai sekolah. Namun niat tersebut diurungkan. Semua karena James yang datang menemui dia. James yang telah kelas tiga SMA adalah ketua OSIS di sekolah tersebut, sedang Kezia adalah pengurus OSIS pada bagian dokumentasi.

"Kau harus menyiapkan segalanya. Pastikan kamera semua dalam kondisi baik. Persiapkan juga untuk laporan alat-alat dokumentasi kalau ada yang rusak," ucap pemuda bertubuh jangkung tersebut. Kezia hanya mengangguk. Sebenarnya dia tidak terlalu mendengar ucapan James. Sekian lama bersama dalam kepengurusan OSIS, ia masih saja selalu terpesona pada ketampanan kakak kelasnya tersebut.

"Apa kau sudah jelas? Kalau sampai ada kesalahan, itu adalah tanggung jawabmu," ucap James lagi. Kezia kembali mengangguk. James berbalik dan hendak pergi. Akan tetapi, Valent berdiri di depan dia.

"Kau ini siapa? Anak baru? Ada urusan apa?" tanya James dengan nada sedikit tidak sabar. Masih banyak hal yang harus dia urus.

"Benar, tapi ini bukan tentang aku, tapi dia," tukas Valent sambil menunjuk Kezia.

"Kau harus mengulangi perkataanmu. Dia tidak mendengar apa pun."

James kembali melihat pada Kezia.

"Aku menyimak semuanya. Jangan khawatir, aku akan melakukan tugasku dengan baik," ucap Kezia yang telah tersadar dengan cepat.

James hanya diam kemudian segera pergi dari sana.

"Niatmu mempermalukan aku tidak akan berhasil," tukas Kezia pada Valent. Valent tersenyum tipis.

"Siapa yang berniat mempermalukanmu? Aku hanya membantu agar kau tidak membuat kesalahanmu. Cowok pujaanmu itu sama sekali tidak menyukaimu, jadi kau berhentilah menyukai dia."

"Itu sama sekali bukan urusanmu," desis Kezia sambil menatap tajam pada Valent. Valent tertawa lebar menanggapi dan berjalan santai menjauh sambil melambaikan tangan.

***

Hari telah menjelang malam saat terdengar ketukan di pintu kamar Kezia. Segera gadis itu membuka pintu. Ia tidak menyangka bahwa Valent yang berdiri di hadapan dia. Dirinya masih kesal dengan apa yang dilakukan pemuda tersebut sebelumnya di depan James.

"Ada apa?" tanya Kezia ketus. Raut mukanya yang manis tampak masam dengan sorot mata tajam.

"Mengerjakan PR. Bisa kau bantu aku?" Valent balas bertanya sambil hendak melangkah masuk. Kezia sontak menghalangi.

"Kau jangan berani-berani masuk ke kamarku!"

"Kenapa? Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanya Valent sambil hendak melongok ke dalam.

"Tidak ada yang kusembunyikan. Pergi kau dari sini sekarang!" perintah Kezia sambil mendorong Valent menjauh.

"PR nya?" tanya Valent sambil mengangkat buku di tangannya.

"Kerjakan sendiri. Aku tidak mau membantumu."

"Tapi ...."

Kezia tidak memberi kesempatan Valent untuk menyelesaikan ucapannya. Ia buru-buru masuk dan dengan cepat menutup pintu. Kezia menghela napas perlahan. Valent ternyata tidak sebaik tampangnya. Kezia yakin Valent akan membuat masalah untuknya.

'Semoga saja dia tidak kerasan tinggal di sini dan segera pergi,' gumamnya dalam hati.

***

"Valent, kenapa kau tidak mengerjakan PR mu?" tegur guru setelah memeriksa pekerjaan rumah milik Valent.

"Tidak bisa," sahut Valent enteng. Mata sang guru yang adalah lelaki paruh baya bertubuh sedang tersebut seketika melotot. Raut mukanya juga memerah karena amarah yang memuncak.

"Keluar dari kelas sekarang!" gertaknya.

"Bapak tenang saja, saya akan keluar, tapi ini sebenarnya bukan salah saya, tapi salah Kezia."

'Kenapa jadi aku?' cetus Kezia sambil melihat pada Valent, sedang murid-murid lain melihat padanya. Bapak gurupun melihat bergantian pada Kezia dan Valent.

"Apa maksudmu?" tanyanya kemudian pada Valent.

"Kemarin saya mau mengerjakan PR, tapi saya memiliki kesulitan. Saya lalu meminta bantuan Kezia untuk menjelaskan sedikit, tetapi dia sama sekali menolak."

"Kezia, apa benar seperti itu?"

"Tidak, Pak, itu tidak benar. Sa-ya kira sa-ya ...."

"Kezia, Valent, ikut saya ke ruang guru sekarang!"