Pustaka
Bahasa Indonesia

Hot Billionaire

229.0K · Tamat
Abigail Kusuma
200
Bab
19.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Lahir dari hasil hubungan gelap, membuat hidup Ariel tidak jauh dari hinaan. Selalu saja semua orang memandangnya rendah. Sekalipun menyandang nama besar sang ayah, tetap tidak membuat Ariel dipandang hebat. Bagi semua orang, Ariel adalah dosa yang tak termaafkan. Sampai suatu ketika, Ariel bertemu dengan sosok Billionaire tampan dan memiliki kehidupan sempurna. Shawn Geovan—pria yang seharusnya tidak bisa bersanding dengan Ariel. Tapi semesta mempertemukan dua insan yang memiliki latar belakang berbeda jauh. Lantas, bagaimana kisah Shawn dan Ariel? Mampukah Shawn melindungi Ariel dari hinaan seluruh dunia? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95

Romansa

Bab 1. Melarikan Diri

Washington D.C. USA.

“Dad, aku tidak ingin menikah dengan pria pilihanmu!”

Ariel menolak tegas dan penuh penekanan di kala ayahnya, memaksa dirinya untuk menikah. Wanita berparas cantik itu segera menjauh dari sang ayah. Tatapannya menatap dingin ayahnya yang berdiri di hadapannya.

“Oh, Ariel. Pernikahanmu bukan permintaan, tapi perintah yang tak bisa dibantahkan.” Yuval—ayah Ariel—berkata santai tenang, dengan senyuman licik.

Ariel mendesah kasar. “Dad, bagaimana bisa kau berpikir menikahkanku dengan pria yang bahkan seusia denganmu. Di mana jalan pikiranmu?”

Ariel hampir tak mengerti dengan cara jalan berpikir ayahnya. Dia diminta menikah dengan sosok pria yang bahkan usianya sama seperti usia ayahnya. Tentu Ariel masih cukup waras. Sekalipun, ayahnya mengatakan pria yang dipilihkan ayahnya sangat kaya, tetap tidak membuatnya silau akan harta.

“Ariel, pria yang aku pilihkan untukmu adalah pria yang terbaik. Kau keruk hartanya, dan jika kau sudah muak dengannya, kau racuni saja dia. Kondisi perusahaan kita sedang terpuruk. Cara jalan satu-satunya adalah pernikahanmu dengan pria itu.” Ayah Ariel berkata tanpa sama sekali ada beban.

“Dad—”

“Apa yang dikatakan Daddy benar. Jalan satu-satunya membuat kondisi perusahaan kita membaik adalah kau menikah dengan tua bangka itu.” Flora—kakak tiri Ariel—melenggang dengan anggun menghampiri Ariel. Wajah angkuh wanita itu begitu sangat terlihat.

Ariel menatap Flora dengan tatapan tajam. “Kalau cara menyelamatkan perusahaan dengan cara seperti itu, lebih baik kau saja yang menikah dengannya. Jangan meminta aku untuk menanggung beban sialan ini.”

Flora tersenyum sinis. “Ariel, kau ini kan anak seorang pelacur, jadi sudah sepantasnya kau membalas budi keluarga ini.”

“Jangan pernah menghina ibuku!” bentak Ariel tak terima di kala ibunya dihina dengan sebutan ‘Pelacur’.

“Ibumu memang pelacur,” balas Flora kejam.

Tangan Ariel mengepal begitu kuat. “Kau pikir kau wanita suci?! Kau memiliki pikiran licik, sama saja dengan kau wanita kotor!”

Plakk

Flora melayangkan tamparan keras di wajah Ariel, hingga membuat wanita itu tersungkur di lantai. Sudut bibir Ariel mengeluarkan darah segar. Tamparan yang sangat keras menyebabkan darah keluar dari bibirnya.

“Jaga mulutmu! Kau harusnya sadar diri, Ariel! Kau itu anak pelacur! Kalau bukan karena kebaikan hati ibuku, mana mungkin kau menyandang nama DiLaurentis?!” seru Flora kasar.

Mata Ariel sudah berkaca-kaca menahan air mata sekaligus amarah yang membakarnya. Ini bukan pertama kali Ariel dihina sebagai anak pelacur. Dia sudah mendengar kata-kata itu sejak dirinya masih kecil.

“Enough, Flora.” Yuval menggerakkan kepalanya, meminta Flora untuk berhenti.

Flora masih tak puas. Dia ingin kembali menyerang Ariel. Akan tetapi, permintaan sang ayah tak mungkin dirinya abaikan. Dia terpaksa untuk menjauh menuruti perintah sang ayah.

Ariel menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya. Pun wanita itu menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya. Wanita itu mengatur napasnya, berusaha meredam kemarahan dalam dirinya.

Ariel bangkit berdiri. “Aku rasa aku sudah cukup berada di sini. Lebih baik kalian menghapus nama DiLaurentis di belakang namaku. Aku tidak butuh nama itu berada di belakang namaku.”

Yuval terpancing emosi mendengar kata-kata Ariel. “Jangan sombong kau, Ariel! Kau pikir kalau bukan karena aku, bagaimana caramu bisa menjadi seorang dokter hebat?! Aku yang menaikan derajatmu. Kalau dulu aku membuangmu, mungkin kau akan tinggal di rumah kumuh milik ibumu itu!”

Mata Ariel menatap Yuval penuh emosi dan kebencian. “Berapa uang yang kau keluarkan untukku?! Aku akan membayar uangmu!”

Yuval tersenyum mencemooh. “Aku mengurusmu dari kau lahir. Itu adalah nominal yang tidak ternilai. Gaji seorang dokter bedah, tetap tidak akan mampu membayar. Tapi, menurutku kalau kau menikah dengan pria pilihanku, maka kau bisa membayar hutang-hutangmu. Pria yang aku pilih sangat kaya. Kau bisa mendapatkan banyak uang ketika menjadi istrinya. Lebih baik kau dijadikan istri daripada hanya simpanan, kan?” balasnya tajam.

Flora menyeringai kejam, menatap sinis adik tirinya itu. “You have no choice, Ariel. Darah seorang pelacur mengalir di seluruh tubuhmu. Sekalipun kau sekarang memiliki profesi cukup bagus, tetap saja kau akan tetap menjadi seorang pelacur. Well, hanya caranya saja yang berbeda. Nasibmu sedikit jauh lebih baik daripada ibumu.”

Manik mata Ariel, menatap kakak tirinya dan ayahnya dengan penuh kebencian.

***

Hidup Ariel bagaikan berada di neraka. Wanita itu dipaksa menikah dengan seorang pria tua kaya raya, hanya demi membuat perusahaan keluarganya tetap berjaya. Hari ini tepatnya hari di mana yang harusnya membuatnya bahagia—malah membuat Ariel seolah ingin mati.

Gaun pengantin yang indah, dipadukan dengan make-up membuat Ariel bagaikan seorang ratu. Hanya dalam hitungan jam, sebentar lagi dirinya akan menikah dengan pria tua yang sama sekali tak dia cintai.

“Perfect, Anda sangat cantik, Nona,” puji seorang make-up artist dengan penuh kekaguman pada Ariel.

Ariel menatap sang make-up artist yang ada di hadapannya. Otak wanita itu sekarang berpikir bagaimana bisa melarikan diri dari kota ini. “Bisakah aku meminta tolong padamu?” pintanya dengan serius.

Sang make-up artist tersenyum sopan. “Tentu saja, Nona. Apa yang Anda, butuhkan?”

“Tolong ambilkan tas berwarna cokelat yang ada di lantai bawah. Aku membutuhkan tas itu,” pinta Ariel lagi.

Sang make-up artist mengangguk. “Baik, Mohon tunggu, Nona.”

Lalu, sang make-up artist melangkah pergi meninggalkan ruang rias itu. Tepat di kala sang make-up artist sudah pergi—Ariel segera mengganti sepatunya dengan sneakers—dan mengambil tas kecilnya.

Ariel mengendarkan pandangan ke sekitar, di kala dia merasa sudah aman, dia langsung menarik kain tile di kepalanya dan mengikat ke balkon. Dengan cepat, wanita itu melompat turun dari balkon dibantu dengan kain tile yang terikat.

Suara berisik terdengar akibat lompatan Ariel. Tanpa peduli dengan sakit di kaki, wanita itu berlari meninggalkan tempat di mana acara pernikahannya berlangsung. Tampak lima pengawal berbadan besar tersentak terkejut di kala melihat Ariel melarikan diri. Mereka semua serempak kompak mengejar Ariel.

Ariel panik di kala lima pengawal mengejar dirinya. Wanita itu mencari tempat untuk bersembunyi, tapi sayangnya dia kesulitan mencari tempat. Hingga kemudian, tatapan wanita itu teralih pada sebuah mobil mewah berwarna hitam, yang kebetulan pintunya tak tertutup rapat.

Ariel segera masuk ke dalam mobil mewah itu. Lalu sialnya ternyata ada sosok pria tampan yang merupakan pemilik mobil mewah itu berada di dalam sana. Terlihat jelas pria tampan itu terkejut melihat Ariel. Apalagi kondisinya Ariel memakai gaun pengantin.

“Kau—”

Tanpa diduga, Ariel meraih kedua rahang pria itu dan mencium bibir pria itu—demi menghindar dari pengawal keluarganya yang berada di luar mencarinya. Bibirnya menempel begitu lama seolah betah berada di permukaan kenyal pria tampan itu.

Pria tampan itu mendorong bahu Ariel, seraya melayangkan tatapan tajam penuh peringatan. “Apa kau sudah gila?!”