Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Frustrasi

Hayu masih bingung dengan perkataan bosnya itu, hingga saat Candra mengajaknya pergi dari sana, Mami Bisma keluar bersama Jelita dan Bisma. Sepertinya mami Bisma sengaja membiarkan Hayu melihat permainan yang sedang dimainkannya. Yang seolah menujukan bahwa sosok jelita yang lebih pantas mendampingi Bisma ketimbang dirinya.

Bisma diam saja ketika maminya menggandengkan tangganya dengan tangan Jelita. Jelita yang sudah lama menyukai Bisma tersenyum bahagia. Dia juga merasa senang karena Candra melihat itu semua. Menunjukan pada Candra bahwa di berhasil mendekati Bisma Adibrata, lelaki yang sudah sejak lama dia sukai.

Candra mendekati Hayu dan berbisik di telinga Hayu, “Sekarang kamu sudah mengerti apa yang aku katakan bukan?”

Seperti tersihir, dia menganggukkan kepalanya. Memang benar yang dikatakan Candra, dia harus menyiapkan mental, setelah ini bisa dipastikan cobaan akan semakin berat. Rasanya dia memang perlu stok sabar dan juga menjaga kewarasannya.

Bisma yang melihat interaksi kekasihnya dengan Candra kesal sekali, dia tak memikirkan jika Hayu juga terluka melihat Bisma bergandengan dengan jelita.

Mami Bisma melihat ke arah Hayu dengan senyum penuh kemenangan. Menunjukkan sisi kejamnya pada wanita yang menjadi kekasih anaknya itu.

Candra yang kasihan dengan Hayu, menggeret lengannya untuk segera pergi menjauh dari sana. Dia kasihan dengan Hayu . “Ayo kita pergi sebelum kamu menjadi gila seperti mereka.”

Hayu dan Candra pergi dari sana, mereka sama sekali tidak berpamitan dengan mereka, Candra sudah terlanjur kesal dengan mereka bertiga, bukan karena Jelita lebih memilih Bisma ketimbang dirinya. Tapi lebih kepada, dia tidak mau Hayu tersakiti.

Bisma makin kesal dibuatnya, mereka meninggalkannya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Mami Bisma menginterupsinya. “Bisma, sebelum kamu kembali ke kantor, tolong antar Jelita pulang ke rumahnya, mengerti!”

Dengan kesal Bisma menurut pada perintah kanjeng mami. Dia tidak bisa membantah apa yang sudah diperintahkan padanya. Jika tidak, maka maminya akan membacakan peraturan di keluarga mereka yang intinya akan melemahkan posisinya sebagai anggota keluarga.

Dengan setengah kesal dia mencium tangan maminya dan bergegas pulang. Diabaikan teriakan maminya yang menyuruhnya selalu menggandeng Jelita.

“Mami kira, kita ini seperti truk atau kereta, kenapa juga harus gandengan,” gumam Bisma pada Jelita yang sudah cukup lama di kenalnya. Jelita sosok yang pernah di sukai Candra, nyatanya sekarang malah orang tua mereka seakan mendekatkan Bisma dengan Jelita yang memiliki garis keturunan ningrat dan anak orang kaya raya. Pemilik wajah cantik dan tubuh bak model itu juga memiliki jelita Skuncare yang tersebar di 4 provinsi. Sungguh, orang tua mana, yang tak ingin menikahkan anaknya dengan perempuan yang menurut mereka sempurna itu.

Hayu masuk ke dalam mobil Candra. Dia mencoba mengalihkan pikirannya, terngiang akan permintaan Bisma yang mengajaknya berjuang. Nyatanya bullshit, tong kosong nyaring bunyinya, dia lebih menyuruh Hayu yang berjuang sendiri tanpa dirinya. Sejenak dia teringat ibunya, Hayu ingin menangis.

Tapi tak mungkin dia menangis di depan Candra yang notabene adalah atasannya. Seakan Candra tahu apa yang Hayu rasakan, dia pun berkata, “You can cry, Hayu. Don't let your heart hurt, Baby.”

Mendengar perkataan Candra yang absurd, membuatnya ingin tertawa.

“Are you kidding me, Bapak Candra?”

“Apa ada yang salah dengan ucapanku, Yu?”

“Nothing, cuma shok aja dengar kamu memanggilku dengan sebutan itu, lucu. Aku jadi ke ingat binatang yang warna pink itu,” ucap Rumi tertawa.

Candra menoleh ke arah Rumi, “Maksudmu hewan gembul bernama piggy itu?”

“Yes, Sir.”

“Aku memanggilmu dengan sayang, bukan menyamakan kamu dengan piggy yang ieuuhh...,” ucap Candra menunjukkan raut wajah tak suka dan jijik.

“Terima kasih, Pak. Setidaknya saya terhibur dengan ucapan bapak barusan."

Candra menoleh dan tersenyum, mereka kembali ke kantor setelah perjalanan yang cukup menyita waktu, macet membuat mereka hampir dua jam di jalan, dan itu ternyata lumayan membantu Hayu untuk menghindari Bisma.

Dia yang baru saja sampai kembali, melihat Bisma sudah menunggu di meja Hayu. Hayu dan Candra saling menatap.

"Tuh, kekasihmu yang luar biasa itu sudah menunggumu dengan penuh cinta,” ejek Candra. Mengabaikan dan melewati Bisma begitu saja dan masuk ke ruangannya.

“Bisma, ini kantor, kenapa kamu di sini, bukankah kamu juga harus bekerja, ada apa? Apa kamu ingin menjelaskan sesuatu padaku?”

“No, aku hanya ingin kamu yang memberiku penjelasan kenapa kamu dengan Bisma pergi berdua.”

Hayu kesal, lagi-lagi dia harus menghadapi sikap kekanakan kekasihnya yang seperti pecundang. Lama-lama Hayu benar-benar bosan.

“Nggak ke balik, harusnya aku yang bertanya seperti itu, ada hubungan apa kamu dengan wanita cantik bernama jelita itu, apa mamimu lebih menyukainya ketimbang aku yang hanya seorang sekretaris ini, benarkan?”

Bisma diam, tak mampu menjawab perkataan Hayu.

“Kenapa diam, benarkan apa yang aku katakan? Dia lebih segala-galanya dariku bukan? Sudahlah kembalilah ke ruangan kamu, aku harus bekerja. Nanti kita lanjutkan obrolan kita sepulang kerja. Jika kamu tak keberatan bertemu denganku lagi,” ucap Hayu lemah pada kalimat yang terakhir diucapkannya.

Bisma meninggalkan Hayu sendirian, dia juga bingung harus berbuat apa saat ini, Bisma bingung antara memilih maminya atau hubungannya dengan Hayu. Melangkah gontai menuju ruangannya. Sepertinya, dia butuh menenangkan diri dan sendirian kali ini, kepalanya sakit memikirkan berbagai kemungkinan tentang hubungannya dengan Hayu.

Ponselnya berdering, Jelita meneleponnya, tepat saat dia juga sedang butuh hiburan. lelaki memang kurang ajar, di mana-mana selalu sama.

“Halo,” sapa jelita dari seberang sana.

“Ada apa Jel, kenapa meneleponku, kamu sedang mencariku atau mencari Candra?”

“Perasaan yang dijodohkan denganku kamu, kenapa juga aku harus mencari Candra?”

“Jel, kamu tahu, aku mencintai seseorang, kamu yakin mau menerima perjodohan ini, kamu memang nggak sayang dengan Candra. Kamu kan tahu, dia sudah menyukaimu sejak lama.”

“Why, kenapa harus menolak, sudah lama aku menyukaimu, Bisma. Bukan Candra, dan kamu tahu itu, kan? Ini saat yang tepat untuk kamu belajar mencintai calon istrimu ini.”

Kepala Bisma semakin berdenyut, berharap perempuan itu membantunya dari situasi yang sulit, nyatanya malah dia semakin membuat kepala Bisma sakit dan bingung dengan keadaan yang membuatnya bimbang.

“Bisa nggak, kita bahas yang lain. Kamu membuatku semakin sakit kepala, Jel.”

“Bagaimana kalau malam ini kita hang out bareng, nah kan, kamu juga sedang pusing, mungkin itu efek stres karena perempuan yang kamu cintai itu. By the way, siapa kekasihmu itu, kamu begitu tertutup selama ini, aku boleh tahu? Pasti dia beda dengan kita, makanya Tante tidak mengizinkan kamu berhubungan dengannya. Apa tebakanku benar?”

“Hem, kamu benar, kenapa harus ada kasta di masa sekarang, bukankah kasta itu hanya ada di jaman kerajaan?”

“Jangan naif Bisma, sekarang ini semua orang gila dengan uang dan kekuasaan, mereka juga membutuhkan pengakuan, status sosial, termasuk aku. Aku nggak mau munafik, aku butuh itu semua! Tante pasti juga berpikir panjang mengenai pilihan kamu, apa kata koleganya jika mereka hanya memiliki menantu yang tidak selevel dengannya?”

-bersambung-

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel