Pustaka
Bahasa Indonesia

Hasrat Terpendam Sang Suami Kontrak

121.0K · Tamat
mommykai22
95
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Kecelakaan tragis yang dialaminya membuat Sophia Lewis dinyatakan hilang. Namun, tidak ada yang tahu kalau Sophia diselamatkan oleh seorang pria tua yang memanggil wanita yang hilang ingatan itu dengan nama Alba. Pria itu mengaku sebagai ayah Alba, tapi malah menjual Alba pada pria hidung belang untuk melunasi hutangnya. Alba yang melarikan diri pun bertemu dengan Rafael Williams, seorang pengusaha yang kebetulan sedang membutuhkan "istri" demi bisnisnya. Merasa seperti mendapatkan solusi atas masalahnya, Rafael pun membawa Alba bersamanya dan menawarkan sebuah pernikahan kontrak. "Kau punya dua pilihan, Nona. Menikah denganku atau kembali pada ayahmu untuk dijual!" **

RomansaMetropolitanDewasaKawin KontrakSweet

Dijual Ayah Sendiri

"Kembali ke sini, Alba! Kau tidak bisa lari dari Ayah!"

Teriakan lantang sang ayah membuat Alba memacu kakinya makin cepat menyusuri koridor hotel mewah itu. Napas Alba sudah terengah-engah dan ketegangan makin melingkupinya saat ia mendengar suara langkah berat yang mengejarnya itu mendekat.

Alba pun terus berlari sambil sesekali menoleh ke belakang dan Alba tahu ia tidak boleh tertangkap atau ia akan dikurung di kamar untuk melayani pria tua hidung belang yang sudah membelinya.

"Tolong aku! Mengapa tidak ada pintu yang bisa dibuka? Tolong aku!" lirih Alba yang mencoba membuka satu persatu pintu kamar di sepanjang koridor itu.

"Alba, mau lari ke mana kau?"

Tiba-tiba ayah Alba sudah muncul di ujung koridor sampai membuat Alba berteriak kaget dan makin ketakutan.

"Akhh!" teriak Alba yang kembali melarikan diri.

Di sisi lain, seorang pria muda sedang melangkah dengan penuh emosi sambil memegang ponsel di telinganya dan pria itu adalah Rafael Williams, pengusaha sukses yang sialnya baru saja kalah proyek hanya karena statusnya yang masih bujangan.

"Kita kalah! Klien aneh itu memberikan proyek itu pada bos lain yang sudah menikah hanya karena dia menganggap bahwa pria yang sudah menikah akan lebih bertanggung jawab. Bukankah itu gila?"

"Sabar, Bos!" sahut sang asisten di telepon.

"Kau pikir aku masih bisa sabar, hah? Aku sudah muak dengan semua ini! Kau juga tahu kalau kakekku berniat menyerahkan jabatan CEO di perusahaan pada sepupuku dengan alasan yang sama kan? Memangnya apa hebatnya pria yang sudah menikah? Aku mulai frustasi sampai mungkin aku bisa menikahi wanita mana pun yang aku temui hari ini!"

Rafael masih menggeram kesal sambil melangkah masuk ke kamarnya saat tiba-tiba seseorang mendorongnya dan masuk bersamanya ke kamar itu.

"Sial, apa ini?" pekik Rafael yang ponselnya sudah terlempar entah ke mana.

Rafael pun langsung menoleh menatap seorang wanita yang sudah berdiri bersandar di pintunya.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan di kamarku?" bentak Rafael.

Alba yang menatap Rafael pun makin gugup, tapi Alba mengangkat kedua tangannya meminta Rafael tenang dulu.

"Maafkan aku, Pak. Tapi tolong biarkan aku di sini dulu. Sumpah aku bukan orang jahat, Pak. Aku juga tidak berniat buruk."

"Kau masuk ke kamar orang tanpa ijin dan kau masih berani bilang tidak berniat buruk?" bentak Rafael lagi.

"Aku dikejar oleh ayahku yang mau menjualku demi melunasi hutangnya, Pak. Kumohon, bantu aku kali ini." Alba sudah mengatupkan kedua tangannya.

Namun, Rafael yang masih kesal malah makin kesal mendengar kisah tidak masuk akal itu.

"Sial! Kau pikir ini cerita drama, hmm? Dijual demi melunasi hutang?"

Baru saja Rafael menutup mulutnya saat tiba-tiba suara bel pintu terdengar di sana sampai Alba pun meloncat kaget.

"Itu pasti dia, Pak! Itu pasti dia! Tolong katakan aku tidak ada di sini! Aku harus bersembunyi! Tolong, Pak. Tolong!" Alba terus mengatupkan kedua tangannya dan Rafael mulai memicingkan matanya menatap ekspresi Alba yang sangat serius.

Alba sendiri langsung berlari ke kamar mandi dan menyembunyikan dirinya di sana, sedangkan Rafael langsung membuka pintunya.

Seorang pria tua dengan wajah bengisnya pun berdiri di hadapan Rafael dan mau tidak mau Rafael pun percaya pada ucapan wanita tadi.

"Siapa kau?" tanya Rafael.

"Ah, maaf, Pak. Aku sedang mencari anakku yang kabur dariku, apa mungkin dia ke sini?"

"Anakmu? Aku tidak tahu siapa anakmu dan tidak melihat siapa pun."

"Benarkah? Mungkinkah dia bersembunyi di dalam kamarmu? Bolehkah aku memeriksanya?" Ayah Alba melongokkan kepalanya dengan tidak sopan ke dalam kamar Rafael sambil berteriak, "Alba, kau tidak bisa bersembunyi selamanya, Nak!"

Rafael yang makin kesal pun langsung mendorong pria tua itu.

"Sialan! Aku sudah bilang tidak ada siapa-siapa di sini, kau mau kuhajar, hah? Kalau kau mau mencari anakmu, cari saja di tempat lain, mengapa harus di kamarku, hah? Aku bisa menuntutmu karena sudah mengganggu ketenanganku!" geram Rafael yang sudah mengangkat bogemnya.

"Ah, maafkan aku, tapi aku menemukan satu sepatu milik anakku di depan pintu ini, jadi kupikir mungkin dia masuk ke sini."

Rafael langsung menatap sepatu yang dibawa ayah Alba, tapi ekspresi Rafael tetap tidak berubah.

"Persetan dengan apa pun yang kau temukan, tapi yang jelas, jangan menggangguku!"

Brak!

Rafael langsung menutup pintunya dan tetap berdiri diam di tempatnya. Terdengar suara ayah Alba yang menggeram dan mengumpati Rafael, sebelum langkah kaki pria itu akhirnya menjauh.

Rafael pun segera melangkah ke kamar mandi dan membuka pintunya sampai Alba kembali meloncat kaget.

"Dia sudah pergi, kau bisa keluar dari kamarku sekarang," titah Rafael.

"Tidak, tidak, aku mohon, jangan usir aku sekarang. Ayahku pasti masih di luar dan kalau aku keluar sekarang, dia pasti akan menangkapku lagi."

"Itu masalahmu, Nona! Aku juga sedang banyak masalah jadi jangan menambah bebanku dengan masalahmu juga!"

"Aku mohon, Pak. Aku tidak akan membebanimu, tapi tolong biarkan aku di sini sebentar saja," pinta Alba lagi yang menatap Rafael penuh harap.

Rafael memicingkan matanya dan tanpa bisa dicegah, tatapan Rafael pun menyusuri tubuh wanita itu.

Wajah cantik yang nampak begitu sempurna dengan garis yang tegas dan kulit yang bersih seolah kulit itu sangat rajin dirawat, padahal untuk ukuran keluarga yang punya banyak hutang, hal itu sangat mustahil.

Rambut wanita itu pun tergerai kusut, tapi sama sekali tidak mengurangi keindahannya. Bahkan rambut kusut itu malah membuat wajah polos wanita itu terlihat seksi di mata Rafael.

Ditambah tubuh ramping itu yang tetap terlihat seksi sekalipun dibalut oleh kaos longgar yang dipakainya. Dan terakhir, wanita itu hanya memakai satu sepatu karena sepatu yang lain sudah dibawa oleh ayahnya tadi.

"Kau tahu kalau aku tidak mengenalmu, jadi aku tidak punya kewajiban untuk menolongmu kan?"

"Aku ... aku tahu itu, Pak. Aku akan melakukan apa saja untuk membalas budimu, tapi tolong, aku tidak mau dijual pada pria tua hidung belang itu, Pak."

Rafael kembali memicingkan matanya mendengar janji yang menggoda dari wanita cantik itu. Seketika otak Rafael pun memikirkan sebuah pikiran absurd tentang solusi yang sempurna dari masalahnya.

"Kau yakin, Nona? Apa saja?" ulang Rafael yang perlahan melangkah mendekati Alba.

Alba membelalak dan refleks melangkah mundur dengan tubuh yang merinding.

"Apa yang kau mau, Pak? Jangan mendekat!" seru Alba yang terus melangkah mundur sampai punggung Alba menabrak dinding ruang shower dan Alba tidak bisa mundur lagi.

Rafael pun tiba di hadapan Alba sambil membungkuk dan langsung menyejajarkan wajahnya dengan wajah Alba.

"Kau bilang apa saja kan? Bagaimana dengan sebuah pernikahan, Nona? Menikahlah denganku dan aku akan menolongmu," seru Rafael yang benar-benar impulsif, tapi seperti yang ia katakan tadi, ia bahkan bisa menikahi wanita mana pun yang ia temui. Siapa sangka takdir langsung memberikan wanita untuknya.

Alba pun seketika terdiam tidak percaya pada apa yang didengarnya.

"A-apa? Kau mau apa?"

"Kau sudah mendengarku kan? Aku mau kau menikah denganku!" ulang Rafael tegas.

"Tidak, Pak! Kau pasti sudah gila! Bagaimana bisa mendadak kau minta aku menikah denganmu? Kita bahkan tidak saling mengenal. Aku tidak bisa!"

Alba makin gemetar karena ternyata pria di hadapannya ini sama brengseknya dengan pria hidung belang yang membelinya. Namun, Rafael sama sekali bukan pria yang bisa ditolak.

"Apa aku bilang kau bisa menolak, hah? Kau hanya bisa memilih dan kau hanya punya dua pilihan, Nona."

Rafael sengaja menjeda ucapannya. Ditatapnya lekat sosok wanita di hadapannya sebelum ia melanjutkan perkataannya.

"Menikah denganku atau kembali pada ayahmu untuk dijual!"

**