Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

“kalo untuk itu saya ga tau, bu. Tapi ada kemungkinan juga prosesnya seperti itu karna memang teman saya pas jelasin ada kata-kata kalo semakin sering disiram akan semakin bagus. Nah mungkin yang dimaksud disiram itu ya hal yang berhubungan dengan Bersetubuh”

“Tapi tadi katanya setelah proses pemasangan, harus tetap melakukan ritual buat jaga kualitas pelaris yang dipakai. Berarti dengan kata lain harus bersetubuh secara rutin dengan orang yang memasangkan itu?”, ucap Widya dan tanpa bu Nonik sadari entah kenapa karna pembicaraan tersebut, kedua puting Widya terasa semakin mengeras.

“ya mungkin, saya kan belum pernah coba, bu. Tapi kalo emang kaya gitu kan berarti enak juga toh, bu. Dapat uang banyak iya, dapat yang enak-enak juga iya”, balas bu Nonik dengan tersenyum meledek.

“kaya wanita murahan dong, bu. Tiap dipakai terus dapat uang”

“Ya beda lah, bu. Disini memang kalo bersetubuh dapat uang kasaranya, tapi kalo ga bersetubuh juga masih bisa dapat uang, tapi ga sebanyak kalo bersetubuh. Cuma kalo seterusnya ga bersetubuh ya lama-lama ga dapet uang sama sekali. Intinya pelaris ya ditanam di tubuh orang itu supaya menghasilkan uang harus dikasih makan dan makanan dia itu ya sperma lelaki, mungkin? Ya saya juga ga bisa simpulin kalo proses ada bersetubuh apa ga, tapi buat kemungkinannya kaya gitu”, sanggah bu Nonik.

“Kalau bu Widya berubah pikiran dan mau coba bisa bilang sama saya, nanti saya hubungin teman saya itu buat minta alamat orang yang bisa bantu memasangkan ke bu Widya ini”, lanjut bu Nonik.

“Saya pikir-pikir dulu deh, bu buat hal ini”, ucap Widya.

“Iya, bu orang saya juga ga paksa. Yaudah kalo gitu saya pulang dulu deh, udah mau Maghrib soalnya”, ujar bu Nonik pamit.

“SPP Evan bakal ga ada masalah dan semua hutang pun bakal lunas. Coba dulu apa ga ya?”, pikir Widya.

Makan malam telah selesai disantap. Widya terlihat bersandar di tempat tidur sambil memikirkan saran yang dikasih oleh bu Nonik sore tadi. Widya bingung apakah ia akan mengambil jalan pintas tersebut atau harus bersusah payah dengan usahanya sendiri. Kalo untuk meminta bantuan ibunya itu tak terpikirkan oleh Widya karna memang kembali tak mau terlihat sangat menyusahkan di depan orang tuanya.

Sedari tadi Widya melamunkan saran yang ia dapat, hingga ia terpikirkan obrolan di bagian proses pemasangan. Tanpa sadar tangan kananya merambat masuk ke dalam celana tidurnya dan sedikit demi sedikit mulai memasukkan jarinya ke dalam lubang memeknya. Entah kenapa ia merasa sangat terangsang ketika teringat obrolan sore tadi dan ia terangsang jika membayangkan dirinya melakukan proses pemasangan tersebut dan harus bersetubuh dengan pria lain yang sama sekali tak ia kenal itu.

“Sshhhhh……”

Tanpa Widya sadari kembali, mulutnya mengeluarkan desahan kecil sambil memikirkan dirinya sedang disetubuhi oleh entah siapa pria itu. Membayangkan bagaimana dirinya disetubuhi dan seperti apa rasanya bersetubuh dengan pria lain selain oleh suami sah nya. Bahkan laju keluar masuk jarinya semakin cepat ingin mengejar kenikmatan.

“Ssshhh….enakkk….aku kangen…kamu…mas…sshhhh…”

“mass…Harjo…oowwhhhsss…”

Widya makin terbawa oleh suasana. Dari sebuah obrolan menjadikannya sebuah fantasi yang sama sekali belum pernah ia pikirkan selama ini. Sebuah fantasi dengan membayangkan dirinya tengah di sebadani oleh lelaki yang bukan suami sahnya dan lelaki tersebut lelaki yang tak ia kenal dan baru pertama kaki ia temui. Nafasnya tersengal, badannya panas dingin dan perasaannya merasakan hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Mungkin karna sudah 3 tahun ini Widya sama sekali tak melakukan hubungan badan ataupun masturbasi, dirinya dengan cepat bisa meraih orgasme yang pernah ia rasakan dulu, walau rasa yang didapat tak sebanding dengan benda yang semestinya memasuki lubangnya itu.

CLOK!!! CLOK!!! CLOK!!!

“Aakkkhhhh….oowwsshhhh…..”

Orgasme pertama dalam kurun waktu 3 tahun akhirnya bisa Widya keluarkan. Terlihat jelas seprei sangat basah akibat orgasme pertamanya itu yang selama ini tak ia keluarkan.

HOSH!!! HOSH!!! HOSH!!!

Widya mencoba mengatur kembali nafasnya sehabis gelombang orgasme telah ia alami. Pada memeknya ia merasakan panas karna gesekan dan kocokkan jarinya sendiri pada memeknya.

“Aku tau ini dosa, tapi aku sudah tak tau harus seperti apa lagi. Akan aku ambil saran bu Nonik itu. Ya, aku harus ambil”, ucap Widya setelah gelombang orgasme mereda.

Keesokannya, hari minggu sehabis belanja sayuran pagi. Widya berjalan beriringan bersama bu Nonik dengan sebuah kantung plastik berisi bahan-bahan makanan di tangannya. Widya mulai mengutarakan tentang niatnya untuk mengambil saran yang diberikan oleh bu Nonik kemarin sore di depan teras rumahnya.

Awalnya bu Nonik kaget karna Widya mau mengambil cara tersebut, tapi di lain hal bu Nonik merasa senang akan keputusan yang Widya ambil tersebut. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh bu Nonik akan Widya.

“bu Widya beneran?”, tanya bu Nonik.

Widya mengangguk, “saya sudah bingung harus seperti apa lagi, bu. Saya bakal coba cara yang bu Nonik sarankan, walau saya sendiri juga sadar betul bahwa apa yang akan saya lakukan ini dosa yang penting anak saya bisa hidup dan bisa bersekolah tanpa ada masalah lagi, tanpa ada rasa malu atau minder karna orang tuanya tak bisa bayar uang SPP yang jumlahnya sebenarnya tak seberapa. Saya ga mau anak saya susah dan merasa malu, bu”, ujar Widya.

“Kalau keputusan bu Widya memang seperti itu, saya nanti bakal coba tanya detailnya lagi sama teman saya itu. Bu Widya tunggu aja kabar dari saya, kalo sudah nanti saya bakal ke rumah ibu buat kasih tau”. Widya mengangguk.

Sebelum bu Nonik masuk ke area pekarangan rumahnya, bu Nonik berbicara, “tapi ibu juga harus siap dengan prosesnya”. Widya menoleh, “iya, bu. Saya siap”. Jawab Widya.

Sore harinya Widya beserta anaknya, Evan berada di rumah ibunya Widya setelah siang tadi bu Nonik datang ke rumah untuk memberi tahu semua informasi yang ia dapatkan dari temannya. Tujuan Widya datang ke rumah ibunya semata-mata hanya ingin berpamitan untuk pergi sementara waktu ke suatu tempat dengan alasan mengajak Evan berlibur sebentar disaat sekolah libur.

Ibu Widya ingin ikut bersama anak beserta cucunya itu, namun Widya beralasan kalau liburan kali ini ia lakukan khusus untuk liburan keluarga antara anak dan ibunya. Tentunya Widya bilang dengan halus dan sopan pada ibunya, hingga sang ibu mengerti dan memperbolehkan mereka untuk pergi. Seperti seorang nenek yang sayang pada cucunya, ibu Widya memberi uang jajan untuk Evan karna ibu Widya tau pasti kalo Widya pasti tak akan mau menerima uang darinya, maka dati itu sang ibu hanya memberi pada Evan, cucu tersayangnya itu.

“Widya juga mau izin menginap di sini dulu, bu. Besok pagi kita berangkat soalnya”, ujar Widya.

“Rumah ibu, rumah kamu juga ngapain harus minta izin. Kamu menginap disini ataupun tinggal disini sekalipun juga ibu malah senang, Wid”

*Bersambung…

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel