Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 2 - PENGGILA SEKS

Hari mulai sore saat Theresa tiba di mansion suminya. Ia melirik pada Aaron yang juga baru keluar dari mobil Limousine putih di depannya.

Emily menggandeng mesra lengan pria itu, lantas mereka berjalan bersisian menuju teras.

Sial!

Bahkan tidak ada yang menoleh padanya seklaipun!

Theresa yang kesal segera meraih rokok dari dalam tasnya. Dibakar batang rokok itu.

Rasa tembakau lumayan membuatnya kembali relax. Wanita itu lantas berjalan usai menghembuskan asap rokonya ke udara.

Di dalam mansion, Nigel sudah berdiri menyambut kedatangan Emily dan Aaron. Senyuman manis tersemat di wajahnya yang berseri-seri. Nigel amat senang karena putrinya telah kembali ke rumah.

"Maafkan Daddy jika telah mengganggu acara honeymoon kalian. Seharusnya Berta tidak perlu menelepon kalian, Daddy baik-baik saja," ucap Nigel pada Emily dan Aaron saat mereka duduk bersama sambil menikmati makan malam.

Emily meletakkan pisau dan garpunya, ia segera meraih jemari Nigel di atas meja dan menatapnya dengan lembut. "Kesehatan Daddy jauh lebih penting dari apapun. Kami bisa pergi honeymoon kapan saja, bukan?" ucapnya lirih.

Nigel tersenyum simpul lantas mengangguk. Emily menanggapi dengan tersenyum manis, lantas menoleh ke arah Aaron. Sang suami yang amat tampan menyambut dengan senyuman manis pula.

Theresa yang berada di antara mereka hanya memutar bola matanya bosan melihat drama murahan di meja makan. Kemudian ia melirik ke arah Nigel.

Sial! Pria itu makan dengan amat lahap. Lantas kapan dia akan mati? Rutuknya cuma dalam hati.

Setelah acara dinner selesai, Nigel bergegas kembali ke kamar. Di kamar dia mmelihat Theresa yang sedang asyik merokok sambil berdiri di tepi garis jendela besar di kamar luas itu. Pria itu menggeleng bosan, lantas maju menghampiri sang istri.

Theresa yang sedang asyik menikmati batang rokoknya amat terkejut saat tangan Nigel menyambar dan membuang rokoknya sesuka hati.

Wajah geram Theresa menatap dengan murka, tapi Nigel hanya tenang-tenang saja.

"Putriku telah kembali, bersikaplah sesuai usiamu."

Theresa membulatkan sepasang matanya mendengar ucapan Nigel. Sesaat kemudian ia tetawa geli, lantas maju pada pria tua di sana sambil melipat kedua tangan di depan dada.

"Apa katamu? Aku harus bersikap sesuai usia? Memangnya aku kenapa? Harusnya kau bercermin dahulu sebelum bicara. Lihat betapa tua dan tidak menggairahkan dirimu itu!" Theresa tersenyum remeh meihat ekpresi wajah Nigel karena ucapannya yang pedas.

"Why? Kau tidak terima, hah? Terserah saja. Aku muak padamu," lanjut Theresa sambil mengibaskan tangannya dan berlalu.

Persetan dengan Nigel yang sedang menatapnya murka. Dia tidak peduli.

Pria tua hanya berdiri sambil mengepalkan buku-buku jemarinya. Sikap Theresa makin hari semakin membuatnya stres dan muak. Apakah sudah saatnya ia menceraikan wanita itu?

Theresa berjalan menyusuri lorong mansion sambil menikmati batang rokoknya. Sialan, Nigel sudah merusak moodnya malam ini. Ia butuh sesuatu untuk menghiburnya.

Ah, benar. Baiknya dia hubungi Madam Jojo saja untuk memesan pria.

Pekan lalu wanita itu menelepon, katanya ada 'barang baru' di bar miliknya. Theresa menghentikan langkah. Tangannya merogoh pada tas brandeed miliknya. Ponsel pintar yang kemudian ia keluarkan dari sana.

"Halo, Madam. Ini aku, Theresa. Nyonya Theresa Dolores."

Bibir merah cabai itu menyeringai tipis setelah bicara dengan Madam Jojo. Segera ia benahi ponsel pintarnya kembali ke dalam tas. Theresa bergegas menghambur pergi.

Langkah sepasang heels merah itu terayun menuju teras mansion. Namun, suara orang dari arah kolam mengalihkan perhatian Theresa. Siapa yang sedang berenang malam-malam begini? Pikirnya heran.

Rasa penasaran menuntun langkah wanita itu menuju kolam renang yang berada di teras belakang mansion.

Suara lenguhan dan desahan?

Theresa semakin penasaran dibuatnya. Dari balik dinding, ia mengintai.

Oh astaga ...

Mata wanita itu membulat penuh melihat apa yang sedang Emily dan Aaron lakukan di kolam renang.

Theresa menelan ludah kasar. Tangannya mencengkeram erat tepi gaunnya yang pendek. Jantungnya berdegup kencang seiring kewanitaannya yang turut berkedut-kedut. Tubuhnya terasa panas dingin melihat Aaron sedang menggumuli Emily dengan begitu liar.

"Aah, Sayang ... Oh!"

Emily, tubuhnya sudah polos dan berada dalam kendali suminya saat ini. Sambil bersandar di tepi kolam renang, dia memeluk punggung yang pria yang sedang bergerak lair di atasnya.

Miliknya dihujam dengan begitu gencar oleh Aaron, sementara bibir dan lidah pria itu terus memainkan kedua pucuk payudaranya yang besar-besar dan kencang. Semua kenikmatan itu membuatnya tak henti berdesah keenakan.

Theresa mendadak menjadi basah melihat semua adegan panas itu. Dia juga mau disentuh seperti itu oleh Aaron. Bahkan dengan senang hati.

Melihat  cara Aaron bercinta, sepertinya pria itu memiliki nafsu yang besar dan pandai membuat pasangannya mencapai orgasme. Ah, dia semakin menginginkan Aaron!

"Sayang, aku hampir sampai." Aaron berbisik ke wajah Emily tanpa mengendurkan gerakkan pinggangnya. Menatap mata sang istri yang sudah berkabut gairah, dia semakin menggila dibuatnya.

"Uh! Sayang ... Oh!" Emily hanya terus berdesah-desah saat suaminya semakin dalam dan liar menghujam miliknya. Keperkasaan Aaron bergerak cepat dan meledak di dalam sana tanpa ampun.

Emily kehilangan banyak tenaganya. Tubuhnya lemas usai pelepasan itu. Aaron meraihnya dan membawanya keluar dari kolam.

Pria itu memperlakukan istrinya  dengan amat baik. Aaron membantu memakaikan jubah handuk ke tubuh polos Emily, lantas menggendongnya meninggalkan kolam.

Theresa yang masih berdiri di balik dinding hanya bisa menggigit jarinya. Sial! Keperkasaan Aaron begitu besar dan cukup panjang. Dia sempat melihatnya meski dari jarak yang lumayan jauh. Matanya belum rabun.

Wajar saja. Aaron merupakan blasteran Turki-Italia. Dia memiliki ukuran yang berbeda dari pria lainnya. Bahkan dia baru melihat yang sebesar dan sepanjang itu. Theresa semakin ingin mencicipi batang keras berurat milik Aaron.

"Kau pasti lelah, istirahatlah." Aaron merebahkan Emily ke tengah ranjang lalu menarik selimut sampai menutupi dada istrinya.

Aaron Dalbert memiliki gairah seks di atas rata-rata.  Kadang kala ia tak puas hanya satu kali 'main' saja. Seperti di kolam tadi, dia melakukannya sampai dua kali dengan bermacam gaya bercinta. Wajar jika Emily kelelahan dibuatnya.

"Kau juga harus istirahat," balas Emily lalu tersenyum sambil mengusap pipi suaminya yang kini duduk di tepi ranjang.

Aaron memiliki gairah yang amat besar. Dia mengetahuinya saat melakukannya pertama kali sewaktu di malam pernikahan mereka. Pria itu membantainya sampai pagi tiba. Emily sampai pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan air infus.

Meski seperti itu, Emily amat sangat mencintai Aaron. Seperti apapun gaya bercinta yang diinginkan suaminya, ia akan menurutinya dengan senang hati. Namun, satu hal yang membuat Emily dilema. Aaron sering uring-uringan jika ia sedang datang bulan dan tidak bisa melayaninya sementara.

Saking takut suaminya yang tampan dan Macho itu 'jajan' di luar, Emily sering kali meminum obat untuk menghentikan haid-nya. Semuanya demi kepuasan Aaron, dia takut suaminya berpaling darinya.

"Ya, aku akan menemanimu." Aaron meraih lengan Emily dari pipinya, lantas dikecup jemari sang istri dengan penuh cinta. Mereka saling pandang dan saling melempar senyuman manis kemudian.

Kembali pada Theresa.

Wanita itu tiba di club dewasa milik Madam Jojo. Seorang gigolo muda berparas tampan tidak begitu membuatnya senang. Namun, Theresa tetap membawanya menuju hotel.

"Cepat bersihkan dirimu lalu lakukan yang liar. Ya, seperti BDSM. Aku mau sesk yang berbeda malam ini." Theresa bicara pada pria muda yang dibawanya dari club. Sambil menikmati batang rokoknya, ia menatap dengan sinis.

Sial! Gigolo ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Aaron. Bahkan postur tubuhnya pun sama sekali jauh berbeda. Aaron jauh lebih perkasa dan Macho. Theresa agak kesal, tapi dia butuh seks malam ini.

Pria muda bermana Luca mengangguk lantas berjalan menuju kamar mandi. Dia tidak menyukai cara Theresa menatapnya. Wanita itu menatap sudah seperti melihat makanan basi.

BDSM katanya?

Hh, lihat saja apa yang bisa ia lakukan pada wanita tua sombong itu. Luca yang kesal segera menenggak obat penambah stamina sebelum bertempur dengan Theresa. Bibirnya menyeringai tipis sambil memandangi siluetnya di cermin.

Di tengah ranjang Theresa sudah terlentang sambil mendirikan kedua pahanya yang mulus. Gaun dinas berupa lingerie transparan warna hitam sudah membalut tubuhnya.

Luca muncul dengan hanya mengenakan celana boxernya saja. Pria itu bergegas menghampiri Theresa. Wanita itu dibuat terkejut saat Luca menangkap kedua pahanya lalu menyeretnya mendekat.

"Hei, kau sudah tak sabaran rupanya," desis Theresa.

Luca tidak menjawab. Hanya tatapan penuh nafsu yang ia tunjukkan pada Theresa.

Meski sudah berumur tapi Theresa masih kelihatan muda dan segar, Luca segera menarik kain tipis yang menghalangi lembah kenikmatan di depannya.

"Oh tidak ... Yess ... Aah, Sayang ... Oh!"

Sentuhan liar dari bibir dan lidah Luca membuat Theresa menggila dalam kenikmatan yang bertubi-tubi. Wanita itu tak henti mengerang dan berdesah. Hingga saat Luca jauh lebih dalam lagi memasukkan lidahnya, Theresa langsung mengejang dan banjir.

Melihat lawan mainnya sudah pasrah, Luca bergegas meloloskan celana boxernya lantas memasukkan juniornya yang sudah mengeras pada lembah licin Theresa.

"Aaarghh!"

Theresa berdesah kencang saat Luca mendorong dengan kuat dan kasar. Selanjutnya pria itu menghujam dengan gerakkan liar dan gencar. Ia tak mampu melawan lagi. Luca seolah sedang memperkosanya.

"Nyonya Theresa, apa kau menyukainya? Aku bisa lebih liar dari pria yang sedang kau bayangkan saat ini," desis Luca ke wajah Theresa.

Dia menyeringai membalas tatapan wanita itu. Selanjutnya Luca langsung membalik tubuh polos Theresa. Dia menhujam dari arah belakang.

"Ah, tidak ... Oh!" Theresa meremas seprai sekuat tenaga. Tubuhnya bergetar hebat karena hentakkan liar yang sedang Luca lakukan padanya.

"Diamlah, Sayang ..." Luca semakin gencar.

"Aaron, aaarghhh!"

Sial, mengapa nama pria lain yang Theresa gaungkan saat pelepasan itu. Luca menjadi kesal. Sepertinya dia harus menyiksa wanita itu sampai pagi tiba.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel