Pustaka
Bahasa Indonesia

Guide Me to Your Heart

27.0K · Ongoing
iTsMeyOo
23
Bab
701
View
9.0
Rating

Ringkasan

Blurb: Bertemu dengan mantan kekasih adalah suatu hal yang tak pernah ada dalam daftar keinginan Dhea. Malah, kalau bisa ia berharap, sang mantan hidup di dunia lain saja. Namun, siapa sangka suatu hari ia tak sengaja bertemu Radit, mantan kekasihnya, dan pertemuan itu membuatnya terjebak dalam hubungan palsu dengan Hannan, yang berpura-pura menjadi kekasihnya di depan Radit. Dhea awalnya bersyukur ada Hannan yang membantunya, namun segera mengerti saat lelaki itu mengirim sinyal yang mengarah pada satu malam panas yang mereka lalui setelahnya. Hingga suatu hari mereka tak sengaja bertemu dan Hannan menawarkan sebuah hubungan yang disetujui Dhea yang ternyata membuatnya menjadi seorang gadis yang harus mengikuti semua kemauan Hannan yang dominan. Akankah dari hubungan itu, keduanya bisa merasakan benih-benih cinta yang sebenarnya muncul namun tak mereka sadari?

RomansaLawyerOne-night StandKampusWanita CantikDewasaSweetBaper

Bab 1 – Dewa Penolong

“Dhe, itu bukannya Mas Radit ya?”

Pertanyaan itu membuat Dhea menoleh cepat ke arah pintu masuk gerai Starbucks yang terletak di mall Level 21.

Dhea seharusnya merasa senang hari ini, karena ia akhirnya bisa bertemu dan bertukar cerita dengan sahabatnya, Clarinta.

Namun, pertanyaan Clarinta barusan yang sialnya ternyata yang dilihat memanglah Radit, mantan kekasihnya, membuat Dhea seketika bad mood.

Terlebih saat pandangan mereka tak sengaja bertemu dan Radit dengan percaya dirinya langsung menghampiri.

“Hai Dhe, long time no see,” ucap Radit menyapa Dhea lalu langsung menarik kursi di meja lain untuk ia duduki.

“Oh? Halo… Mas Radit,” sapa Dhea balik dengan canggungnya.

“Kamu apa kabar?” tanya Radit lalu menoleh ke Clarinta. “Clarinta juga apa kabar?”

“Baik kok, kami berdua baik banget,” jawab Clarinta.

“Kalian berdua aja? Nggak masalah dong kalau Mas gabung di sini?” tanya Radit, yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Dhea.

“Mas Radit… kok bisa ada di Bali?” tanya Dhea, setelah Clarinta, sahabatnya, sudah memberi isyarat bahwa ia tak akan ikut dalam obrolan dan memilih bermain ponsel,

“Iya Dhe, lagi ada kerjaan aja sekalian jalan-jalan sama temen-temen,” jawab Radit. “Itu tadi yang dateng barengan Mas, temen kerja semua.

“Kamu mau Mas kenalin ke mereka?”

“Nggak usah Mas, buat apa? Lagian aku yang nggak nyaman.”

Radit terlihat menganggukkan kepala, mencoba mengerti, sebelum kembali bertanya, “Kamu sibuk apa sekarang ini?”

“Yah, kesibukanku belum berubah Mas. Masih bergelut sama kuliah dan kerja.”

“Nggak jalan-jalan ke mana gitu?”

“Hm? Kerjaanku kan jalan-jalan. Jadinya sekalian juga. Lumayan jalan-jalannya gratis. Malah digaji.”

“Ini kamu nggak ada tur lagi? Mau dong ditunjukin jalan keliling Bali sama kamu.”

“Ya… bisa sih. Mas Radit hubungi aja ke kantor. Bisa request nanti tour guide-nya aku, kalau memang pas aku lagi nggak bawa tamu yang lain.”

“Aku terima telpon bentar ya Dhe,” sela Clarinta saat Radit terlihat akan membuka suara.

“Oh? Iya Rin,” sahut Dhea mempersilakan.

“Yah, kirain bisa pribadi langsung,” ucap Radit setelah Clarinta menjauh.

“Nggak bisa Mas, soalnya udah ada di kontrak. Aku nggak boleh guiding tamu secara pribadi,” ucap Dhea.

“Ya bilang aja temen atau pacar gitu. Jangan bilang guiding, tapi ya kita jalan-jalan aja.”

Dhea meringis saat tak tahu harus menyahut apa lagi, dan merasa bersyukur saat Clarinta sudah kembali lagi.

“Siapa? Masmu?” tanya Dhea pada Clarinta.

“Ya siapa lagi kan?” jawab Clarinta cengengesan.

»Guide Me To Your Heart«

Hannan mengedarkan pandang saat ia memasuki gerai Starbucks di mall Level 21 siang itu.

Tadi, ia sudah dalam perjalanan menuju kantor arsitek milik sahabatnya, Daffin. Namun saat lelaki itu mengatakan bahwa sahabat kekasihnya meminta bantuan dan ia akan menyusul ke sini nanti, jadilah Hannan mau tak mau menuruti.

Bantuan yang diminta pun bukan sepele, yaitu menjadi pacar pura-pura seseorang yang sahabatnya sebut bernama Dhea.

Hannan tak tahu gadis bernama Dhea itu yang mana, dan merasa bersyukur saat ia melihat Clarinta, kekasih sahabatnya, ternyata juga ada di sana.

Sehingga, hal itu membuat Hannan lebih mudah menemukan yang mana Dhea, dan tentu disertai dengan isyarat mata dari Clarinta.

“Hai Love,” sapa Hannan pada Dhea lalu mencium pelipis gadis itu.

Sebenarnya, hal itu merupakan di luar rencananya. Namun saat melihat lelaki yang ia duga sebagai mantan kekasih Dhea masih berada di sana, ia pun tanpa pikir panjang melakukan skinship.

Sembari berharap, bahwa setelah ini Dhea tak akan menendangnya ke laut.

“Hai Mas,” balas Dhea saat menoleh ke arah kiri, di mana Hannan duduk. Balasan yang agak kaku menurut Hannan, ditambah wajah terkejut gadis itu.

Setelahnya, Hannan menyapa Clarinta dan menanyakan kapan kekasih gadis itu akan datang.

“Mas Hannan janjian jam berapa sama Mas Daffin tadi?” tanya Clarinta setelah ia mengatakan bahwa kekasihnya belum datang.

“Jam dua sih,” jawab Hannan. “Tapi tadi Dhea minta supaya cepet dateng, jadinya dateng lebih awal aja.”

Clarinta pun mengatakan kalau kekasihnya akan datang sebentar lagi dan Hannan sahuti dengan anggukan kepala beberapa kali.

Setelahnya, ia menoleh ke arah Radit, dan memandang lelaki itu dengan tatapan dingin.

“Ini siapa Sayang? Temen kalian?” tanya Hannan pada Dhea.

“Oh iya sampai lupa!” ucap Dhea. “Hm… ini Mas Radit,” jawab Dhea ragu pada Hannan, lalu beralih pada Radit dan berucap, “Mas Radit, ini Mas Hannan, pacarku.”

Hannan dan Radit saling menjabat lalu kembali mengucapkan nama. Dengan sengaja, Hannan memperlihatkan raut tak sukanya pada Radit.

“Radit itu… mantan pacarmu yang pernah kamu ceritain itu?” tanya Hannan setelah ia sudah kembali menatap Dhea.

“Ng… aku pernah cerita ya Mas? Lupa, hehe. Tapi… ya… Mas Radit ini memang mantan pacarku sih,” jawab Dhea meringis.

“Oh? Atau Clarinta yang pernah cerita? Mas juga lupa. Ini kalian janjian ketemu di sini?”

“Eh? Nggak kok Mas, nggak. Aku janjiannya sama Clarinta kok tadi, seperti yang aku bilang sama Mas tadi pagi.

“Ini kami kebetulan ketemu di sini. Mas Radit tadi nyamperin ke sini pas liat aku sama Clarinta di sini.”

Hannan menganggukkan kepalanya mengerti, lalu matanya memindai Radit dengan tatapan dingin, sebelum kembali menatap lembut Dhea.

“Mas mau pesen kopi dulu. Kamu mau tambah minum? Kopi?”

“Chocolate frappe aja Mas. Aku tadi udah minum kopi soalnya.”

“Clarinta?”

“Nggak Mas, aku nunggu Mas Daffin ke sini aja.”

“Ya udah, tunggu sebentar ya Love.”

Hannan mengusap puncak kepala Dhea dengan lembut sebelum berlalu dari sana. Ia menyebutkan pesanannya pada barista, lalu memilih berdiri di dekat counter pengambilan pesanan.

Tatapannya terarah pada Radit yang mengajak Dhea mengobrol, yang sepertinya ada sedikit perdebatan.

Ada sedikit perasaan tak suka di hati Hannan saat melihat Dhea diperlakukan seperti itu oleh mantan kekasihnya.

Terlebih, setelah Radit berlalu, Dhea seperti orang yang kelelahan karena langsung merebahkan kepalanya di meja.

“Ck! Dasar cowok tukang cari kesempatan!”

Umpatan Dhea itu terdengar oleh Hannan yang sudah melangkan mendekat, langsung membuatnya bertanya, “Siapa? Saya?”

Dhea tak bisa menyembunyikan raut terkejutnya, dan hal itu terasa lucu bagi Hannan, walau ia tak mau memperlihatkannya.

Lelaki yang berprofesi sebagai pengacara itu lalu meletakkan minuman coklat pesanan Dhea sebelum kembali duduk di kursi tadi.

“Eh? Ng… nggak kok Mas, bukan Mas Hannan,” jawab Dhea tergagap, karena entah mengapa, aura Hannan begitu kuat, sehingga membuatnya tak berkutik.

Dhea sempat melihat Clarinta terkekeh sebelum akhirnya pamit karena ingin menghampiri kekasihnya yang baru datang.

Meninggalkan Dhea hanya berdua bersama Hannan.

“So… bukan saya?” tanya Hannan, masih dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi, namun sebelah tangannya mengusap lembut kepala Dhea.

Perlakuan itu sempat membuat Dhea terlena sejenak, karena usapan ringan itu seolah begitu memanjakannya.

Terlebih, usapan itu sempat bernaung di lehernya sekilas.

Dhea tak tahu apakah itu sengaja atau tidak, karena ia bahkan tak bisa membaca arti tatapan kekasih pura-puranya ini.

Namun, semua perlakuan Hannan padanya ia nikmati saja karena baginya, perlakuan Hannan saat ini hanyalah untuk meyakinkan Radit yang sepertinya masih menatap mereka.

“Ng… ngomong-ngomong, makasi ya Mas, karna Mas Hannan udah mau ngabulin permintaan Clarinta untuk bantuin aku siang ini,” ucap Dhea setelah akhirnya Hannan menarik tangannya, dan Dhea bisa bernapas lega.

“Sama-sama. Senang bisa bantuin kamu,” sahut Hannan. “Clarinta kebetulan pernah cerita soal kamu dan mantan kamu tadi sih, jadinya saya bisa lumayan nyambung dan mau bantuini kamu.

“Kalau perlakuannya selama ini bikin kamu nggak nyaman, kamu bisa lho laporin dia ke kepolisian.”

“Hah, ngabisin waktuku Mas. Lebih baik aku fokus kuliah dan kerja.”

“Oh? Kamu kerja di mana? Kok perasaan Clarinta nggak pernah bilang kalau temennya ini udah kerja?”

“Aku tour guide Mas, base-ku di Kuta. Aku kuliah malam karna seringnya guiding tamu pagi sampai sore.”

“Nggak capek memangnya? Bisa konsentrasi kuliahnya?”

“Syukurnya bisa, walau sebenernya ya capek sih. Tapi ya namanya juga kerja kan? nggak mungkin kalau nggak capek.

“Tapi karna aku kerjanya jalan-jalan, ya aku nikmati aja. Karna katanya kerja itu harus dinikmati bener-bener biar nggak kerasa jadi beban.”

“Well, mungkin lain kali kita bisa jalan-jalan bareng?”

“Jalan kaki Mas?”

Hannan mendengus pelan karena bercandaannya ternyata dibalas dengan bercandaan pula. Dan rasanya… ia menikmati waktu ngobrol santainya bersama Dhea siang ini.

***