Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

MInerva Part 2

Hari itu, aku diperintahkan oleh guru matematika untuk mengumpulkan buku tugas teman-teman sekelasku. Saat ini aku sedang berjalan menuju ruang guru.

Setibanya di ruang guru, aku dikejutkan oleh sesuatu. Gadis misterius yang aku temui semalam sedang berada di sini. Dia sedang berbicara dengan seorang guru. Entah apa yang sedang mereka bicarakan?

Begitu tiba di meja guru matematika, segera kuletakkan buku tugas teman-temanku. Ketika kembali menoleh ke arah sang gadis misterius, dia sudah tidak ada di sana. Aku menatap sekeliling untuk mencari keberadaannya. Namun, sosoknya memang sudah tidak ada di ruang guru.

Karena penasaran ingin mengetahui pembicaraan mereka, aku pun memberanikan diri menghampiri sang guru yang tadi berbincang dengan si gadis untuk menanyakannya langsung.

"Permisi, Pak."

Sang guru menoleh saat mendengar sapaanku. "Oooh, iya. Ada apa?"

"Nama saya Angie dari kelas 1A. Boleh saya menanyakan sesuatu?”

"Tentu. Apa yang ingin kau tanyakan?"

Menjeda sejenak, aku memutuskan untuk menanyakan intinya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. "Tadi saya melihat Bapak sedang berbicara dengan seorang siswi, jika saya boleh tahu, apa yang kalian bicarakan?"

Sang guru sempat terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya dia membuka mulut untuk menjawab. "Ooh, itu ... tadi dia menanyakan mengenai seorang guru yang meninggal belum lama ini."

"Apa di sekolah ini benar-benar ada guru yang meninggal belum lama ini?"

"Ya memang ada, kejadiannya sekitar satu tahun lalu. Seorang guru sastra bernama Bu Minerva ditemukan meninggal di belakang sekolah dengan kondisi sangat mengenaskan. Kedua kakinya patah seperti dipukul oleh benda keras."

Aku tertegun tanpa mampu mengatakan sepatah kata pun. Jadi gadis itu benar-benar menyelidiki identitas hantu yang dia lihat semalam. Sepertinya aku harus datang nanti malam untuk melihat apa yang akan dilakukannya.

Seperti malam-malam biasanya, malam ini pun suasana di Grandes High School begitu sepi dan mencekam. Kegelapan yang menyelimuti menambah keseraman tempat ini.

Aku ingat kemarin malam si gadis misterius menyuruhku datang ke ruang guru. Karena itu, aku pun bergegas pergi ke sana.

Begitu tiba di depan ruang guru, aku tidak melihat keberadaan siapa pun, mungkin dia belum datang.

Aku berpikir dia telah menipuku karena tak kunjung datang meskipun cukup lama aku menunggu di sini. Ketika aku memutuskan untuk pergi, seketika kuurungkan niat karena melihat seseorang sedang berjalan mendekat. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena di sini sangat gelap.

Begitu dia sudah berdiri cukup dekat denganku, barulah wajahnya terlihat jelas. Ternyata dia gadis misterius itu. Rupanya dia benar-benar datang seperti yang dikatakannya kemarin malam.

"Ooh, kau juga datang. Sepertinya kau sudah menunggu lama." katanya santai, tak terdengar nada penyesalan sedikit pun dari suaranya.

"Aku pikir kau tidak akan datang."

"Tentu saja aku pasti datang, aku ingin segera mengakhiri rumor menyebalkan itu. Kau sendiri kenapa kemari?"

"Aku ingin mengetahui apa yang akan kau lakukan pada hantu itu."

"Hooo, begitu. Kalau begitu lihatlah apa yang akan aku lakukan pada hantu Bu guru Minerva yang sekarang sedang berada tepat di belakangmu."

Mataku membulat, terkejut mendengar sang hantu sedang berada tepat di belakangku. Memang benar sejak tadi aku merasakan hawa dingin, tapi aku tidak pernah mengira ada hantu yang berada tepat di belakangku.

"Aku tahu arwahmu dipenuhi dendam, Bu Minerva. Sepertinya kau telah dibunuh, tapi perbuatanmu tetap salah. Tidak seharusnya kau merasuki sisiwi-siswi di sekolah ini dan menyakiti mereka. Aku tidak bisa memaafkan perbuatanmu."

Gadis itu berjalan semakin mendekatiku, lalu tiba-tiba dia berjongkok di sampingku.

"H-hei, apa yang kau lakukan?" tanyaku, heran.

Dia mengeluarkan sebuah papan nama dari saku kemejanya. Lalu meletakkan papan nama itu di tanah. Ada sebuah tulisan pada papan nama. Aku memperhatikannya dengan saksama, dan betapa terkejutnya aku ketika melihat tulisan itu berbentuk kata 'Minerva'.

"A-apa yang akan kau lakukan?" kembali kutanyakan padanya.

"Aku akan menyegelnya agar dia berhenti mengganggu manusia."

Setelah mengatakan perkataan yang sukses membuatku tercengang. Dia memejamkan mata seraya mengangkat papan nama itu.

"Wahai roh Minerva yang gentayangan, hatimu yang dipenuhi oleh dendam akan aku redam. Masuklah ke dalam papan nama ini dan jangan pernah kau keluar selama aku mengurungmu. Minerva ... turutilah perkataanku, aku menguncimu di dalam papan nama ini. Aku menyuruhmu untuk masuk ke dalam papan nama ini. Minerva ... aku menguncimu!!!"

Angin tiba-tiba berembus sangat kencang. Papan nama yang sedang digenggam olehnya bergetar hebat. Dia meletakkannya di tanah. Hingga akhirnya papan nama berhenti bergerak, embusan angin pun ikut berhenti.

Si gadis misterius mengambil papan nama dan mengikatnya dengan sebuah tali hitam.

"Mulai sekarang hantu Bu Minerva telah terkunci. Dia tidak akan merasuki manusia lagi."

"K-kau benar-benar menyegelnya?" masih sulit bagiku untuk mencerna kejadian barusan. Gadis ini memiliki kemampuan yang hebat.

"Yaah, begitulah." Jawabnya sembari mengangkat bahu.

“Siapa kau sebenarnya?" akhirnya pertanyaan ini kuutarakan, sebuah pertanyaan yang seharusnya kutanyakan sejak pertemuan pertama kami.

"Namaku Sylvia. Seperti yang kau lihat, aku memiliki kemampuan untuk melihat dan menyegel hantu."

Aku tercengang mendengar pengakuannya, tidak menyangka ada seseorang yang memiliki kemampuan istimewa seperti itu. Padahal selama ini akulah yang berharap memiliki kemampuan yang luar biasa seperti itu.

Flashback Off

"Angie, Oi ... Angie!"

Aku tersentak mendengar suara seseorang yang memanggil, menyadarkanku dari lamunan panjang di mana aku tengah mengenang kenangan masa lalu.

"Kau mengatakan padaku ingin meminta bantuan. Memangnya kau ingin meminta bantuan apa?"

Dengan kebingungan dan keseriusan di wajahnya, gadis itu bertanya disertai tatapan tajamnya padaku. Aku tersenyum kecil, mengingat kami sudah berjanji bertemu di sini dan aku justru mengabaikannya.

"Sebenarnya masih ada hantu yang belum kembali ke dunia mereka. Tidak hanya satu hantu tapi masih ada beberapa hantu." ucapku, langsung ke inti pembicaraan.

"A-apa? Kau bilang padaku Celia itu hantu yang terakhir?"

"Ya, Celia memang hantu terakhir yang masih bebas gentayangan di sekolah ini. Hantu yang aku maksud adalah hantu yang tersegel."

"Haah? Aku tidak mengerti maksudmu, Angie?"

Terkekeh karena merasa lucu dengan ekspresi kebingungan gadis di hadapanku ini, aku menyentuh bahunya dengan sentuhan ringan. "Nanti malam kita bertemu di sekolah, aku akan memperlihatkan sesuatu padamu."

Kebingungan di wajah Leslie semakin terlihat jelas. Namun, kuabaikan dan memilih melangkah meninggalkannya. Bagiku sekolah ini masih belum benar-benar damai sebelum menenangkan semua arwah yang disegel oleh Sylvia.

***

Jika menunggu sendirian tengah malam di depan ruangan ini, aku kembali teringat akan kejadian di masa lalu. Saat itu aku berdiri sendirian di depan ruangan ini untuk menunggu Sylvia. Seperti malam ini, aku sedang berdiri di depan ruang guru untuk menunggu seseorang. Leslie-lah orang yang sedang aku tunggu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel