Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Tahap Ketiga Dimulai

Tahap Ketiga, Day 2.

Dua hari setelah Ujian Eliminasi selesai, Gaju dan Tian sedang menikmati makan siang mereka di kantin.

Tian sedang menulis sesuatu di atas kertas dengan menggunakan pena miliknya.

Sesekali Tian akan terdiam dan terlihat berpikir sebelum kembali mencorat-coret kertas di depannya.

Gaju hanya meliriknya sesekali, tapi masih tetap asyik menikmati makan siangnya. Tak lama kemudian, Gaju pun selesai menghabiskan hidangan miliknya.

Makanan milik Tian masih terlihat tak berkurang dan si Cantik yang menjadi soulmate Gaju itu masih terlihat asyik dengan pena dan kertasnya.

"Tian, kamu sedang menulis apa?" tanya Gaju.

"Tunggu bentar lagi selesai," jawab Tian.

Beberapa menit kemudian, Tian tersenyum puas dan memberikan kertas itu kepada Gaju yang duduk di sebelahnya. Tian lalu menarik piring di depannya dan mulai menikmati makanannya.

"Aku membuat prediksi untuk atribut semua kandidat yang lolos eliminasi," kata Tian dengan mulut penuh makanan.

Gaju tertawa melihat muka Tian yang lucu.

Tian menyadarinya lalu memalingkan muka sambil menelan makanan di mulutnya. Dengan wajah sedikit malu, Tian menolehkan kepalanya lagi ke arah Gaju.

"Coba Gaju lihat dulu, siapa tahu ada analisa dan prediksiku yang terlewat," kata Tian pelan.

Gaju melihat ke kertas yang diberikan Tian dan sederet nama yang ditulis dengan rapi, meskipun banyak coretan disana sini, dapat dia baca dengan mudah.

Koga, IC 2.3, PA 5.9

Em, IC 2.5, PA 2.5

Koma, IC 2.9, PA 5.4

Songnam, IC 2.9, PA 2.4

Songlan, IC 2.3, PA 3.5

Sako, IC 2.7, PA 2.2

Tutu, IC 2.3, PA 2.6

Sadu, IC 2.7, PA 2.3

Aju, IC 2.3, PA 5.0

Adel, IC 5.0, PA 2.4

Tulan, IC 2.3, PA 2.6

Aso, IC 2.7, PA 2.2

Duma, IC 2.3, PA 2.3

Aen, IC 2.7, PA 2.2

Gasa, IC 2.4, PA 2.6

Tia, IC 3.3, PA 2.2

Gama, IC 5.3, PA 2.4

Tien, IC 2.3, PA 2.7

Gaju, IC ???, PA ???

Tian, IC Secret, PA Secret

Gaju melirik ke arah Tian yang menulis 'secret' untuk skornya sendiri. Tian tahu maksud tatapan Gaju dan tertawa kecil sambil menjulurkan lidahnya.

"Tian sudah memberi garis bawah untuk kandidat lain yang benar-benar telah menjadi Fighter atau Strategist dengan nilai atribut mencapai 5.0, menurut Gaju, mana pasangan yang paling berbahaya?" tanya Tian.

Tanpa berpikir Gaju langsung menjawab, "Aju dan Adel, mereka perfect couple."

"Humph. Aku benci si Kulit Merah itu, tapi harus kuakui kalau mereka memang memiliki peluang menjadi pasangan yang terbaik," sungut Tian, dia memang punya dendam kesumat dengan Adel yang selalu memanggilnya Dada Rata itu.

"Tian, menurutku, kita tak perlu jadi yang terbaik. Tujuan utama kita adalah survive. Dan sekalipun Aju-Adel adalah pasangan terkuat, mereka bukan ancaman bagi kita," kata Gaju pelan.

Tian terdiam.

Dia mendengus kesal tapi tak membantah kata-kata Gaju. Tak mungkin Adel akan menjadi ancaman bagi Gaju. Si Kulit Merah itu ingin sekali merebut soulmate Tian.

Tapi bagi Tian? Adel adalah ancaman terbesarnya di Pulau. Setidaknya sampai dada Tian bisa sedikit tumbuh dan menunjukkan bentuknya.

=====

Tahap Ketiga, Day 3.

Tian membuka matanya dan melirik ke arah sofa yang ada di kamar miliknya. Gaju tak ada disana.

Tian menggeliat dan melemaskan tubuhnya lalu bergerak turun dari kasur dan berniat membersihkan diri di kamar mandi.

Tian masuk ke kamar mandi lalu dia mulai melepas bajunya dan menghadap ke cermin.

Mereka semua berusia 12 tahun sekarang. Usia yang mungkin sangat muda bagi anak-anak dimanapun berada, tapi tidak bagi kandidat di Pulau ini.

Secara emosional mereka memang mungkin masih anak-anak. Tapi tertutupi oleh kemampuan berpikir yang beberapa kali lipat lebih cerdas dari orang normal.

Seperti Tian, berapakah sesungguhnya skor IC miliknya?

Ketika pertama kali Tian mengikuti test untuk penilaian skor Intelligence Capability, dia mendapatkan nilai 2.85, terbaik diantara 40 orang kandidat di Pulau dan menjadikan dia sebagai kandidat paling cerdas.

Seiring berjalannya waktu dan akibat dari semua serum genetik yang membantunya meningkatkan kemampuan otaknya, kini atribut IC Tian adalah yang tertinggi di Pulau, sebesar 5.4 dengan nilai atribut PA yang terbilang rata-rata dengan nilai 2.4.

Tapi, bukan itu semua yang membuat Tian sekarang merasa risau dan bersedih di kamar mandi.

Semua kecerdasan otaknya tak berguna untuk menghadapi masalah yang sekarang didepannya.

Tian hanya bisa menatap sedih bayangannya yang di depan cermin. Wajah cantik oriental yang memukau. Rambut lurus yang berwarna hitam dan berkilau. Kulit yang putih bersih dan tanpa cela.

Dan dada yang hanya menampakkan sedikit tonjolan saja disana.

Itulah yang membuat si Cantik Genius ini kembali menghela napas panjang.

"Haruskah aku bertanya kepada Pengurus apakah mereka punya serum genetik penumbuh payudara?" keluh Tian.

Untuk urusan seperti ini, memang seolah-olah Tian melupakan semua logika dan kecerdasannya.

=====

Gaju terlihat berkeringat ketika masuk ke kamar.

Tian tak bertanya. Dia tahu soulmate-nya darimana. Latihan rutin paginya. Sesuatu yang menurut Tian sama sekali tak efektif dan hanya membuang waktu saja.

Selama beberapa hari ini, Tian sudah menginvestigasi apa alasan Pulau mengadakan melakukan Ujian Eliminasi saat mereka semua berusia 12 tahun dan jawabannya adalah masa perkembangan genetik paling maksimal adalah sebelum usia 12 tahun.

Setelah ini mereka akan tetap tumbuh dengan cepat, tapi hanya berkembang saja, mematangkan fisik mereka tanpa perubahan yang berarti di tingkat genetis.

Tahap Pertama digunakan oleh Pulau untuk meletakkan pondasi awal.

Tahap Kedua untuk pengembangan genetik secara optimal. Pulau memberikan serum genetik untuk meningkatkan pondasi awal tadi.

Tahap Ketiga seharusnya lebih ke arah pematangan fisik dan psikologis saja.

Karena itu, Ujian Eliminasi diadakan. Untuk mempersiapkan kondisi psikologis para Kandidat dan memberitahu mereka, bahwa kegagalan pasti akan berujung kematian di Pulau.

Tian tak setuju dengan cara Gaju berlatih fisik, tapi dia tak melarangnya. Dia menganggap Gaju pasti punya alasan sendiri kenapa dia melakukan itu.

Toh, selama ini Tian curiga kalau level kecerdasan Gaju mungkin sama atau bahkan lebih daripada dirinya sendiri.

"Bagaimana latihanmu?" tanya Tian sambil merapikan bajunya setelah mandi tadi.

"Seperti biasa," jawab Gaju.

"Mandi dulu, habis ini kita sarapan ke Kantin," kata Tian pelan.

Gaju menganggukkan kepalanya dan menyambar pakaian dan handuk yang sudah disiapkan oleh Tian.

Tak lama kemudian, mereka berdua sudah berjalan berdampingan menuju Kantin.

Seperti biasa si Kulit Merah Adel menunggu Gaju di koridor yang menghubungan Dormitory dengan Kantin.

Aju tak terlihat bersamanya.

Tian langsung memasang muka perang dan adu mulut pun terjadi seperti hari-hari lainnya antara Tian dan Adel.

Rutinitas yang sama dan terjadi setiap hari.

Mereka bertiga dan mungkin semua Kandidat di Pulau belum tahu kalau ini adalah hari terakhir mereka menikmati masa santai mereka di Pulau.

Di saat semua Kandidat sudah mulai melupakan kekejaman dan nasib tragis Ujian Eliminasi beberapa hari lalu, kengerian Tahap Ketiga baru saja akan dimulai.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel