Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Aktivitas kakakku secara umum bisa dibagi menjadi tiga bagian: 1). Kuliah, yang kemudian dilanjut kerja, 2). Sehari-hari (keluar makan, nonton, belanja sehari-hari, nge-gym, dll), 3), "Bisnis MLM"-nya.

Yang nomor 1, tak ada keraguan. Pastinya betul-betul legitimate. Hanya saja kita beda kampus jadi aku tak terlalu mengetahui detil kegiatannya. Begitu pula dengan kerjanya.

Yang nomor 2 sungguh transparan sekali bagiku. Mungkin karena ia belum punya cowok jadi ia selalu

memintaku untuk menemaninya pada banyak hal-hal sehari-hari.

Berbanding kontras, nomor 3 sama sekali gelap bagiku. Termasuk juga dengan belanja mewahnya dimana aku sama sekali tak pernah diajaknya. Tiba-tiba tahu-tahu barang-barang itu sudah ada dan dipakainya. Mungkin ia tak mengira aku sedemikian kepo ngecek barang-barangnya. Juga mungkin dikiranya aku tak tahu apa-apa tentang pakaian dan pernak-pernik wanita.

(Catatan penulis: peristiwa berikut adalah flashback sedikit ke belakang ketika kakakku masih kuliah semester empat dan saat ia berusia 20 tahun)..

Minggu sore itu aku diajak menemaninya ke tempat fitness, yang belakangan aku dijadikan member juga olehnya supaya bisa menemaninya saat diperlukan.

Seperti biasa, kostumnya membuatnya terlihat sexy dan "mengundang" dengan celana sporty super pendek dan ketat yang membuat pantatnya terlihat bulat menonjol dan sport bra yang hanya menutupi sekitar payudaranya saja. Rambutnya diikat dan digulung ke atas sehingga keseluruhan leher putihnya juga terlihat jelas. Sebenarnya aku agak merasa risih dengan penampilannya. Saat itu boleh dikata ia telanjang dan terekspos bagi siapapun yang ingin melihatnya. Kulit putih, paha mulus, postur tubuh langsing sementara payudaranya membusung padat berisi dan pantatnya yang bulat ditambah dengan wajah cantiknya seketika membuat ia menjadi pusat perhatian banyak orang. Sementara ia datang bersamaku, adik cowoknya yang hanya bisa terdiam saja melihat kakaknya jadi pusat perhatian hampir seluruh laki-laki di ruangan itu.

Saat itu suasana cukup ramai. Pengunjungnya pun cukup beragam. Kaum prianya mulai dari eksekutif muda, pengusaha, dan ada juga beberapa yang bertampang pejabat. Tatapan mata mereka pun juga beragam. Ada yang menyasar paha mulusnya. Ada yang menatap pantatnya yang menonjol di balik celana pendek ketatnya. Ada yang terpana mengagumi wajah cantiknya. Ada yang tanpa sungkan memelototi payudaranya yang menonjol dengan belahan atasnya sebagian terlihat terutama saat menunduk. Ada yang menatap tajam bagian depan celananya, seakan memiliki mata Superman yang mampu menembus bahan celananya untuk dan melihat isi dalamnya. Ada pula yang melakukan "scanning" ke seluruh bagian tubuhnya dan menikmati pemandangan indah itu secara keseluruhan.

Sementara kakakku sama sekali tak mempedulikan mereka. Nampak ia terlalu sibuk dan konsentrasi dengan latihannya. Saat break, ada beberapa pria yang rupanya cukup bernyali mendatanginya secara bergantian ingin mengajaknya kenalan. Namun sepertinya mereka semua harus kecewa. Karena kakakku hanya menanggapi mereka untuk sesaat. Setelah itu ia kembali tenggelam dengan kegiatannya.

Mermang salah satu kelebihan kakakku lainnya yaitu orangnya selalu fokus dan all-out dalam mengerjakan sesuatu. Tak terkecuali dan terutama dalam menjaga bentuk dan kebugaran tubuhnya. Padahal menurutku kondisi tubuhnya saat ini sudah amat ideal dan kebugarannya prima. Namun saat itu ia terus menggenjot fisiknya. Seolah semua lemak yang tak diinginkan yang ada pada tubuhnya ingin dihilangkannya semua.

Bahkan aku yang laki-laki pun jadi ngos-ngosan saat mengikuti programnya. Memang pada dasarnya aku bukan tipe orang yang suka olahraga. Hanya karena diajak saja (atau tepatnya disuruh menemani) maka aku ikut dengannya. Bagaimana pun, kita tak bisa terlalu membangkang dari orang yang membiayai hidup kita, bukan?

Karena kecapean, akhirnya aku menyerah dan duduk menepi. Saat itu aku jadi dapat lebih memperhatikan orang-orang yang berada disana, dari yang malu-malu dan mencuri-curi pandang sampai yang tak sungkan-sungkan memandanginya tak berkedip. Namun ada pula beberapa (laki-laki) yang terlihat tak terpengaruh oleh kehadiran kakakku.

Dari sernua yang ada disitu, bisa kupastikan hampir semuanya adalah bystanders atau figuran saja. Dalam artian mereka semua adalah random visitors yang secara kebetulan berada di tempat kejadian. Namanya laki-laki, melihat gadis cantik muda dan sexy apalagi dengan busana minim, pasti matanya akan tertuju kepadanya. Beberapa diantaranya mencoba mengajaknya kenalan, sukur-sukur bisa dapat nomor HP-nya. Tapi hanya itu saja. Tak lebih.

Perhatianku justru tertarik kepada mereka (laki-laki) yang kelihatan tak terpengaruh dengan kehadiran kakakku. Ada dua orang yang dari penampilannya jelas terlihat gay. Ada yang betul-betul fokus dengan apa yang dilakukannya. Sepertinya ia adalah orang yang sangat teguh imannya.

Dari sekian banyak orang disini ada satu yang menarik perhatianku. Orang ini berusia sekitar pertengahan 40-an, berkulit sawo matang dan berkumis tipis. Penampilan dan pembawaannya seperti seorang pejabat. Tubuhnya terlihat cukup terlatih meski perutnya sedikit membuncit. Namun untuk orang seusianya, apalagi kalau memang la seorang pejabat yang terbiasa hidup makmur dan dilayani, bapak ini termasuk cukup menjaga kebugaran fisik dan vitalitasnya. la adalah orang pribumi yang ini hanya sekilas pikiran saja hal pertama terlintas dalam benakku sepertinya ia cocok kalo dibilang dari sekitaran daerah tapal kuda sepertiku.

Sekilas bapak ini terlihat tak peduli dengan kehadiran kakakku. Namun aku bisa merasakan perhatiannya kepadanya. Di saat-saat awal tadi ia termasuk orang yang melihat ke kakakku. Jadi ia mengetahui kehadirannya. Namun berbeda dengan yang lain, bapak ini hanya melihat kakakku sekilas. Lalu ia kembali fokus dengan kegiatannya. Sama sekali bukan jenis pandangan mata jelalatan.

Namun beberapa kali kulihat setelah itu ia melihat ke arah kakakku lagi. Lagi-lagi hanya sekilas. Lalu kembali dengan kegiatannya. Begitu seterusnya. Tak terlalu sering namun hal itu dilakukannya secara periodik. Seolah seperti ia memantau kakakku.

Menurutku ini agak aneh. Kalau tertarik, ia akan memandang lebih lama dari hanya sekedar sekilas. Sebaliknya kalau tidak, mengapa ia melakukan itu secara periodik.

Dan ketika kakakku berpindah tempat dan melakukan exercise yang lain, tatapannya berpindah ke tempat yang baru. Jadi jelas kalau bapak ini punya interest tertentu terhadap kakakku.

Yang aneh lagi, cara tatapannya itu seperti tatapan yang penuh keyakinan. Dalam artian, apapun yang diinginkannya dari kakakku, ia merasa yakin pasti akan mendapatkannya.

Juga beberapa kali kulihat ia juga mengetahui reaksi orang-orang yang ada kepada kakakku. Dan sepertinya bapak ini menganggap reaksi mereka itu menarik.

Saat itu aku harus bersikap hati-hati untuk tak menimbulkan kecurigaannya. Dalam dunia spionase dan kontra spionase, mata-mata terbaik adalah mereka yang mampu memantau pihak lawan tanpa terdeteksi. Apabila lawan mengetahui dirinya diawasi, maka bisa dibilang sebagian dari misi kita telah gagal.

Demikian pula dengan diriku saat itu. Aku tak bisa terlalu memperhatikan bapak itu sampai mengundang perhatiannya. Karena aku tak tahu siapa dia. Sementara hubunganku dan kakakku begitu jelas dan tak bisa ditutupi seandainya ia betul mengenal kakakku.

Untungnya bapak itu tak "melihat diriku. Bahkan sesaat kemudian, dalam waktu secepat kedipan mata secara tak disangka-sangka ia memberikan informasi tambahan". Satu hal yang mungkin tak terlihat bermakna bagi banyak orang namun sebenarnya berbicara banyak. Saat itu kulihat ekspresinya yang memberikan sikap acknowledgement dengan apa yang sedang dilakukan kakakku saat itu pada kegiatan olahraganya. Bukan, hal itu tak ditujukan kepada kakakku (karena ia terlalu fokus dan tak melihat bapak ini). Tapi gesturnya itu lebih ditujukan kepada dirinya sendiri.

Dari itu semua kini aku bisa mengambil beberapa kesimpulan. 1). Bapak ini mengenal kakakku. Gestur acknowledgement-nya itu adalah kuncinya. Ditambah pula dengan sikapnya yang pura-pura tak memperhatikan namun secara periodik memantaunya.

Apapun bentuk perkenalan itu, 2). Perkenalannya sifatnya rahasia. Seandainya kenalan biasa, misalnya ia dosen kakakku, tentu ia akan segera mendatangi dan menyapanya. Toh tak ada yang salah dengan sekedar menyapa mahasiswinya atau kenalannya di tempat umum, terlepas dari penampilan sexy dari gadis yang disapanya itu. Justru hal itu adalah good excuse. Sementara kalau ia dosen pervert yang diam-diam punya hasrat namun tak berani terang-terangan, atau kalau di dekat situ ada istrinya, pasti ia akan mencuri-curi pandang saat istrinya lengah dan memandangi lebih lama daripada hanya sekedar sekilas. Jadi jelas bahwa bapak ini tak ingin menunjukkan hubungannya dengan kakakku di tempat umum apalagi sampai diketahui banyak orang.

Tak hanya sekedar mengenal, namun 3). Bapak ini punya interest tertentu terhadap kakakku. Apapun itu, sepertinya bapak ini cukup yakin untuk bisa mendapatkannya. Bahkan mungkin ia malah telah mendapatkan itu.

Ada satu pertanyaan yang masih mengganjal dalam diriku. Yaitu aku tak tahu pasti seberapa besar hal-hal ini berlaku sebaliknya? Bahwa A mengenal B dan punya interest terhadapnya, tak berarti bahwa hal sebaliknya pasti akan berlaku bukan? Bisa jadi ternyata B sama sekali tak (atau belum) mengenal A. Seperti misalnya, A akan merampok rumah B dan ia tahu persis apa yang dilakukan B sehari-hari. Namun B sama sekali tak mengenal A sampai ia betul-betul telah dirampok.

Tentu jawaban dari pertanyaanku ini hanya bisa kudapat dengan mengamati sikap kakakku. Saat ini tak ada yang bisa kudapat karena ia masih sangat fokus dengan exercise-nya. Sementara itu dari bapak ini rasanya tak ada informasi lain yang bisa kuperoleh lagi. Sehingga akhirnya aku berjalan keluar untuk memesan minuman sambil menunggu kakakku selesai.

Tak lama kemudian selesailah kakakku dengan seluruh programnya hari ini. la berjalan menghampiriku sambil mengelap keringat pada tubuhnya dengan handuk kecil. la duduk denganku untuk istirahat sejenak. Setelah itu kami berjalan menuju ruang ganti.

Aku sengaja berjalan agak di belakangnya supaya bisa mengamati gerak-geriknya dengan ekor mataku. Karena kami akan berjalan melewati tempat bapak itu berada. Dan, apa yang terjadi sungguh membuat jantungku berdebar kencang. Karena saat itu kakakku sempat menoleh dan melirik ke arah bapak itu dan juga sebaliknya. Tak lama memang. Mungkin hanya 1-2 detik saja mereka beradu pandang. Sekilas nampak seperti random glancing. Setelah itu ia meneruskan langkahnya ke ruang ganti cewek meninggalkanku yang berjalan ke ruang ganti cowok.

Hal ini nampak seperti hal biasa dimana dua orang tak dikenal secara random saling melihat untuk sesaat. Juga, tak ada perubahan raut wajah kakakku. Namun bagiku ini terasa cukup aneh. Secara fisik bapak ini tak bisa dikatakan ganteng, atau bertubuh atletis, atau punya sesuatu yang secara visual mampu membuat wanita apalagi gadis muda seperti kakakku untuk menoleh ke arahnya. Dari sekian banyak orang yang ada, kakakku justru menoleh ke arahnya dan sekilas mereka sempat beradu pandang. Yang jelas, ada komunikasi saling berbalas diantara keduanya meski tak ada satu kata yang terucap.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel