Bab 1 Fantasi kami sama
‘Fantasi kami sama’
"Namaku Fardan, semenjak kedua orangtuaku meninggal dalam kebakaran, aku yang masih berusia sembilan belas tahun tinggal bersama adik tiri Mamaku, namanya Mirna. Tante Mirna dan aku berselisih usia sepuluh tahun. Selama ini aku selalu mencurigainya, semenjak Papa dan Mama meninggal ternyata aset yang ditinggalkan oleh mendiang Papa dan Mama malah tertulis nama Tante Mirna. Aku sangat dendam dan marah, aku pikir Tante Mirna lah yang sudah mencelakai Papa dan Mama demi mengambil harta yang dimiliki oleh keluargaku. Pertama kali menginjakkan kaki di rumah Tante Mirna, pelayan di rumah Tante Mirna menyambutku dengan hangat.”
“Mereka sudah menyiapkan kamar untukku di ruangan utama dengan ukuran cukup besar, perlengkapan juga sudah disiapkan, meja belajar dan semua yang aku butuhkan. Tante Mirna memperlakukan diriku dengan sangat baik bahkan sangat peduli dan menyayangiku."
Tiga bulan kemudian. Pada suatu pagi ....
Fardan masih terlelap di dalam kamar. Mirna turun dari lantai atas, wanita itu melihat hidangan di meja makan sudah disiapkan. Mata Mirna melirik ke arah jam di dinding ruang makan. Waktu masih belum menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Mirna kembali naik ke lantai atas menuju kamarnya, suara langkah kakinya yang sedikit tergesa-gesa membuat Fardan mendengar telapak kaki telanjangnya memukul anak tangga menuju ke lantai atas.
Fardan membuka selimutnya kemudian keluar dari kamar ruangan utama menuju ke lantai atas. Langkah Fardan begitu pelan, dalam hati Fardan muncul banyak pertanyaan. Pikirnya terjadi sesuatu sampai Mirna berlari dengan tergesa-gesa.
Apa yang membuat Tante Mirna begitu tergesa-gesa? Padahal masih sepagi ini? Fardan terus berjalan hingga sampai di pintu kamar Mirna.
Saat menyentuh gagang pintu kamar, Fardan mendengar suara yang tidak biasa.
Fardan sudah menginjak usia orang dewasa, meski tidak melihat apa yang terjadi di balik pintu dari suara desahan nikmat dari bibir Mirna yang dia dengar membuat Fardan tahu bahwa Mirna di balik pintu mungkin sedang melakukan hubungan suami istri dengan seorang pria.
"Kenapa Tante Mirna melakukan hubungan badan tanpa menikah terlebih dahulu? Padahal Tante Mirna wanita yang berprestasi dan bisa mendapatkan pria yang diinginkan?" Fardan bertanya pada dirinya sendiri.
Saat mendengar suara pekikan dan suara bagian intim Mirna yang dimainkan entah didorong dengan begitu keras, Fardan hanya mendengar desahan Mirna, Fardan mulai mengernyitkan keningnya. Mirna hanya seorang diri di dalam kamarnya! Tidak ada suara pria hanya ada suara Tante Mirna!
Tubuh Fardan gemetar, namun rasa ingin tahu di dalam kepalanya tidak bisa dia tahan. Fardan terpaksa mengintipnya.
Saat melihat ke dalam kamar Mirna, Fardan mendapati Mirna dengan gaun tidur berbahan sangat tipis sudah berantakan, Mirna juga tidak mengenakan pakaian dalam di balik gaunnya. Fardan bisa melihatnya dengan jelas, tubuh Mirna menggeliat sambil mengerjap nikmat, bibir ranumnya terus mendesah-desah dan bergumam tidak jelas.
"Nggh, aaah, aah, aaahh, awwhh, aku sangat puas sekali, ookhhh, aku sangaat tidak tahan, ahh, ahhh!" Desahan nikmat Mirna makin jelas serta tangan Mirna yang meraba dan memainkan dua sisi intimnya sendiri semakin membuat suhu tubuh Fardan menjadi panas dingin.
Sisi organ intim di antara paha Mirna yang begitu jelas terlihat sangat basah, tubuh Mirna kemudian menggelepar di atas ranjang dengan sisi tubuh terbuka di sana-sini.
Fardan menelan ludahnya sendiri lalu menatap sisi intim miliknya yang ikut menegang di balik celana piyamanya.
Bagaimana mungkin? Aku ikut bergairah saat melihat Tante Mirna melakukan itu? Sialan!
Fardan mengumpat di dalam hati, dia sendiri tidak mampu menahannya. Sambil membayangkan Mirna, Fardan mulai menyentuh miliknya dan melakukannya dengan tangannya sendiri.
"Tante, ooohhhh, oohhhh, Tante, ooohh, sangat cantik sekali tubuh telanjang Tante, oouhh!"
Fardan terus membayangkannya sampai benar-benar merasa puas barulah dia pergi dari depan pintu kamar Mirna dan kembali ke lantai bawah untuk mandi.
***
Satu jam kemudian, Mirna sudah mandi dan mengenakan pakaian rapi.
Saat keluar dari pintu kamarnya, Mirna melihat cairan di lantai luar pintu kamarnya.
Mirna menutup bibirnya sendiri dengan telapak tangan kanannya. Di kediamannya itu hanya ada satu pria, sisanya hanya pelayan wanita yang bekerja mengurus dapur juga membersihkan rumah. Tukang kebun juga tidak datang setiap hari kecuali hari Minggu.
"Fardan? Apa jangan-jangan dia melihatku ketika aku melakukannya?!" Wajah Mirna langsung memucat. Mirna yang selama ini selalu terlihat sempurna dan baik perilakunya ternyata diam-diam memiliki gairah yang berada di atas rata-rata!
Mirna berniat menjelaskannya pada Fardan, tapi dia tidak akan mengatakannya sekarang.
Ketika sarapan di ruang makan, Mirna dan Fardan duduk bersebelahan seperti biasa.
Fardan juga sudah siap dengan seragam sekolah.
Mirna beberapa kali melihat ekspresi wajah Fardan, dia cemas jika Fardan tiba-tiba bertanya tentang peristiwa memalukan yang Mirna lakukan di dalam kamar pagi ini. Untungnya Fardan tidak mengatakan apa-apa dan hanya duduk tenang menikmati sarapannya.
"Makanlah yang banyak Fa, kamu pulang siang hari ini." Ujarnya pada Fardan.
"Tante juga, Tante akan pulang sore dari kantor?" Tanyanya.
Mirna menganggukkan kepalanya.
"Ya, ada meeting nanti siang." Jawabnya singkat.
Setelah sarapan, Fardan ikut pergi bersama Mirna untuk berangkat ke sekolah sementara Mirna pergi ke kantornya.
Mirna menurunkan Fardan di dekat gerbang sekolah.
"Tante, aku masuk dulu," pamitnya pada Mirna.
Mirna tiba-tiba menggenggam tangan Fardan untuk menghentikannya.
"Ada apa Tante?" Tanyanya, Fardan cemas kalau pelayan rumah tahu tentang dirinya yang sudah mengintip Mirna pagi tadi lalu melaporkannya pada Mirna, Fardan lebih takut kalau Mirna mengusirnya keluar dari rumahnya.
"Sebenarnya hak waris yang ditulis oleh Papa dan Mama mu, adalah namamu, ada berkas lain yang belum aku tunjukkan padamu, sepertinya kamu begitu marah padaku belakangan ini. Aku menunggu setelah kamu lulus kuliah dan kamu bisa sedikit demi sedikit belajar untuk mengurus perusahaan. Setelah itu aku akan mengembalikan urusan perusahaan padamu, termasuk posisi Presdir." Tutur Mirna dengan sungguh-sungguh.
"Jadi, selama itu Tante harap kamu tidak membenci Tante," lanjut Mirna dengan wajah menunduk dalam-dalam.
Papa dan Mama Fardan memang menitipkan Fardan pada Mirna, juga semua urusan perusahaan pada Mirna tapi sebenarnya pemilik sah perusahaan memang Mirna karena Nanda - Ibu Mirna lah yang memiliki saham terbesar sekaligus pendiri perusahaan JNM.
Gagan - ayah dari Aura sekaligus kakek Fardan, menikahi Nanda sebagai istri ke dua..
Dari pernikahan ke dua Gagan dan Nanda dikaruniai seorang putri yaitu Mirna. Nanda mendirikan JNM.
Pada saat Nanda meninggal dunia, Gagagn juga sudah terlalu tua, waktu itu usia Mirna masih belum dewasa dan tidak tahu cara mengurus masalah perusahaan jadi sementara perusahaan dikelola oleh kedua orang tua Fardan, Aura dan Hermansah.
Fardan sama sekali tidak tahu apa-apa, dan berpikir Mirna yang mencelakai kedua orangtuanya untuk merebut posisi tertinggi di JNM.
Pengacara sudah menyiapkan berkas asli jika suatu hari Fardan berkeras bahwa perusahaan JNM adalah miliknya, akan tetapi Mirna tidak ingin melukai hati Fardan. Mirna pikir Fardan sudah sangat terluka akibat kehilangan kedua orangtuanya dan Mirna tidak ingin Fardan merasa Mirna yang sudah mengambil milik kedua orangtuanya.
"Tante sudah berpikir berlebihan, kapan aku membenci Tante?" Tanya Fardan seraya menyentuh punggung telapak tangan Mirna yang sedari tadi menggenggam dan menahan Fardan untuk tidak keluar dari dalam mobilnya.
"Fardan, Tante serius! Kamu sangat membenciku dan selalu bilang aku sudah mencelakai Kakak ku," Mirna mengerutkan keningnya, sebelumnya Fardan memang selalu menuding Mirna bahwa Mirna sudah membuat kedua orang tua Fardan celaka.
Fardan mengukir senyumnya lalu mengulurkan tangannya dan menyibakkan rambut Mirna dari pelipis ke belakang telinga.
Tubuh Mirna bergetar, dadanya tiba-tiba berdegup kencang. Mirna mulai gugup hanya karena sentuhan kecil tersebut.
"Tante kurang sehat? Sepertinya Tante kelelahan karena mengurus perusahaan, wajah Tante memerah."
Mirna sangat terkejut ketika mengangkat wajahnya, bibir tipis Fardan berbisik di sisi telinga Mirna dan bibir lembut itu menyentuh pipinya. Memang tidak seperti seseorang yang berniat melecehkannya. Mirna tidak bisa mengartikan perlakuan dari putra kakak tirinya tersebut.
"Aku-aku baik-baik saja! Kamu belajarlah dengan rajin! Tante akan berangkat ke kantor!"
