Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pertemuan Alvin dan Laura

15 MENIT KE DEPAN KAPAL INI AKAN SEGERA BERANGKAT MENUJU PELABUHAN xxxxx !" 

Alvin yang mendengar suara penyampaian akan keberangkatan kapalnya, iapun semakin panik, karena ia belum mendapatkan tempatnya. Sampai Alvin memaksakan dirinya untuk berani bertanya dengan salah anak buah kapal.

"Bang, ada tempat ngga ?" tanya Alvin.

Bambang yang mendengar pertanyaan Alvin, sempat bingung juga, tapi iapun segera menanggapi dengan meminta tiket milik Alvin.

"Ikuti saya, " pinta Bambang.

"Tunggu bang, ini, maksudnya saya memang sudah ketemu dengan tempatku, tapi sudah ada yang tempati !" ucap Alvin.

Bambang terhenti, iapun berpikir sejenak, lalu iapun memberikan Alvin tawaran untuk tinggal di kamarnya.

"Adek mau ngga sewa kamar ?"  tanya Bambang.

"Berapaan itu pak ?" tanya Alvin.

"Tujuan xxxxxx, itu memakan waktu sekitar 7 hari di atas kapal, kebetulan kamar saya itu termasuk kamar VIP di kapal ini, jadi adek perlu membayar 7 jutaan. Itu udah murah banget dek, biasanya untuk pejabat saya kasih 20 jutaan, gimana ?" jelas Bambang.

Alvin sontak kaget mendengar tarif kamar milik Bambang, sedangkan saat ini ia hanya memegang uang sebanyak dua ratus ribu.

"Hehhehe, saya cari tempat lain aja bang, bukannya ngga minat, tapi saya cuman memegang uang sedikit !" 

"Pegang berapa ?" tanya Bambang.

Sebenarnya Alvin tidak mau jujur akan hal itu, tapi otaknya sudah bisa menebak pertanyaan selanjutnya yang akan di lontarkan oleh Bambang, maka dari itu iapun memutuskan untuk jujur saja.

"Dua ratus ribu bang, itupun uang ini untuk bekal selama perjalanan!" jawab Alvin.

"Sebenarnya kamu mau ngapain di kota sana ? Kamu ada keluarga di sana ?" 

"Ngga ada bang, saya mau ubah nasib saya di sana, " jawab Alvin.

Melihat sikap gugup Alvin, membuat Bambang meliriknya sesekali, dan pikirannya itu berpikir keras, antara ingin membantu Alvin, tapi di satu sisi ia juga mau mendapatkan uang dari penyewaan kamarnya.

Cukup lama mereka saling melirik, dan sebenarnya Alvin sudah merasa begitu canggung dengan Bambang.

"Bang, ehhh, pak saya lanjut aja yah ?" ucap Alvin.

Bambang yang mendengar itu, segera mencegahnya, lalu demi membuatnya yakin dengan sosok di depannya itu, Bambang kemudian melontarkan beberapa pertanyaan kepada Alvin.

"Kamu merantau udah punya tujuan ?" tanya Bambang.

"Udah pak, rencanan saya mau mencari pekerjaan di sana !"

"Hadeh, jadi kamu belum tau mau kerja apa di sana ?" 

"Nanti saya minta petunjuk aja bang, sama yang menciptakan saya !" jawab Alvin.

"Kayaknya nih bocah polos banget deh, tapi kok tatapannya begitu liar ?" batin Bambang.

"Kamu ikut aja denganku, kamu boleh memakai kamarku untuk sementara!" ucap Bambang.

Bambang kemudian mengantarkan Alvin menuju kamarnya. Setelah sampai di kamar, Bambang mengingatkan Alvin tentang sebuah kejujuran.

"Dek, Abang percaya sama kau, kamu boleh tinggal di kamar ini selama dalam perjalanan menuju kota M. Kalau begitu saya lanjut dengan pekerjaanku dulu, nanti kalau butuh apa - apa call nomor ini saja !" ujar Bambang, sambil menyerahkan kartu nama miliknya.

"Iya bang, makasih bang !" jawab Alvin.

Bambang kemudian berlalu meninggalkan Alvin seorang diri di dalam kamar yang begitu mewah menurut Alvin.

"Wah, kok bisa yah ada kamar semewah ini di atas kapal, udah rumah mewah gini nih, pantesan aja di kasih mahal !" 

Alvin sejenak merebahkan tubuhnya di atas kasur yang membuatnya begitu nyaman, sampai - sampai ia berguling - guling, bahkan dia melepaskan pakaian bagian atasnya, agar kulitnya bisa bersentuhan langsung dengan kelembutan tempat tidurnya itu.

"Banggsaatt, enak banget punya kamar semewah ini, apalagi di temani dua orang istri, hahahhaa !" ujar Alvin yang sempat tertawa lepas, namun ia di kagetkan ketika ia mendengar ketukan pintu dari luar.

Alvin yang mengira bahwa itu adalah pemilik kamar itu, maka iapun segera beranjak, tanpa memakai pakaian atasnya, karena takut membuat Bambang menunggu kelamaan di luar kamar.

Saat Alvin keluar ternyata seorang wanita yang tampilannya membuat Alvin langsung menunduk tak berani melihatnya. Bagaimana tidak prempuan yang berdiri tepat di hadapannya itu sedang memakai rok jeans mini, sepasang dengan kaos ketat, sambil membawa sebuah tas tentengan dan koper.

"Maaf mba cari siapa ?" tanya Alvin dengan gugup, sambil tetap menjaga pandangannya.

"Katanya belum ada yang booking nih kamar, tapi ternyata udah di booking bocah cacing ini, hadeh, " gerutu Laura, sambil mengutak atik ponselnya, dengan tujuan untuk menghubungi Bambang.

Sementara Alvin yang mendengar hujatan dari wanita di depannya itu, ikut mengutak atik ponselnya untuk menghubungi Bambang juga.

"Lah, kok malah sibuk sih ?" tanya Laura kesal.

"Eh, mba juga nelpon yang punya kamar ini ?" tanya Alvin yang seketika menyadarinya.

"Anjngg, kamu hubungin juga ?" tanya Laura yang semakin membuatnya kesal.

"Banggsaatt!" batin Alvin ikut kesal.

"Biar aku saja yang menghubunginya !" ucap Alvin yang berusaha untuk menahan emosi, berhubung panggilannya sudah terjawab oleh Bambang.

"Halo bang, ini, aku Alvin yang pinjam kamar Abang tadi. Aku mau memberikan informasi bang, ini ada cewek yang nyariin Abang, saya bilang gimana nih bang ?" ujar Alvin.

"Ohhh, iya namanya Laura, dia yang booking kamarku dek, tapi kamu ngga usah keluar dari situ. Lagi pula dia juga cuman bayar setengah kok, jadi kamu ngga usah merasa sungkan di situ !" ujar Bambang.

"Tapi bang, " ucap Alvin merasa sungkan untuk menjelaskan keluhannya.

"Coba kamu kasih hp kamu kepada dia, biar Abang yang ngomong!" Pinta Bambang, lalu Alvin menyerahkan ponselnya kepada Laura.

"Kamu pegang aja itu hpmu, speaker !" ucap Laura yang seolah tidak mau memegang ponsel jadul milik Alvin.

Alvin kemudian menurut saja, sementara Bambang, langsung menjelaskan tentang keberadaan Alvin.

"Ok !" ucap singkat Laura, lalu melangkah masuk ke dalam kamar, meninggalkan Alvin yang masih berdiri mematung di belakang pintu, karena matanya itu seolah mengikuti tubuh Laura yang menurutnya begitu seksi.

Berhubung di dalam kamar itu, ada dua tempat tidur, jadi mereka berdua tetap di tempat tidur yang terpisah. 

"Kak, itu tempat tidurku, " tegur Alvin ketika Laura meletakkan kopernya di atas tempat tidur yang di tempati Alvin.

"Heiii, diam kamu ! Di bawah banyak kuman, ngga steril, lagi pula ini barang gw mahal - mahal, jadi ngga boleh disimpan di bawah !" Timpal Laura.

"Sabar - sabar !" ucap Alvin yang tak sengaja terlontarkan, hingga terdengar pula oleh Laura.

"Yah, kamu harus sabar menghadapi gw, secara gw cantik, seksi, manja, dan memang kamu pantas tidak mendapatkan perlakuan baik dariku, soalnya kamu itu dekil, kurus. " Ujar Laura. 

Sebenarnya Laura itu baik, cantik, murah senyum, tapi di hari keberangkatannya itu seolah ternodai oleh mantan suaminya yang meninggalkannya demi wanita lain. Laura juga bukan pertama kalinya ia meninggalkan tanah kelahirannya, melainkan ia sudah beberapa kali pulang balik ke kampung untuk sekedar melepas rindu kepada keluarganya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel