Pustaka
Bahasa Indonesia

GRETCHEEL AND WILONA

95.0K · Tamat
Zemira Fortunatus
93
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Gretcheel dan Wilona, dua orang perempuan tangguh, berjuang untuk melanjutkan hidupnya, yang sebatang kara di dunia ini.  Keluarga mereka telah lama pergi jauh meninggalkan dunia, sejak keduanya masih kecil karena bencana alam, yang membuat Gretcheel dan Wilona menjadi anak yatim piatu.  Dengan modal nekat, mereka pun berangkat ke kota untuk mengubah nasib. Banyak hal terjadi diantara keduanya, sampai suatu saat mereka mencapai kesuksesan setelah menempuh perjuangan berat. Akankah mereka menemukan cinta sejatinya? Ataukah mereka malah dipermainkan oleh keadaan yang ada? Ikuti terus kisah perjuangan dua gadis itu. Plagiarisme melanggar undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014.

Cinta Pada Pandangan PertamaMenantuWanita CantikRomansaBillionaireDewasa

BAB. 1 Rencana Ke Kota

Di sebuah perkampungan kecil di daerah Jawa Barat. Tinggallah dua orang anak gadis yang di asuh oleh seorang nenek tua.

Keduanya adalah gadis yatim piatu. Mereka berdua masih bersaudara. Walaupun tergolong sepupu jauh.

 Sejak kecil mereka di asuh oleh sang nenek, karena kedua orang tua mereka meninggal dunia, saat peristiwa banjir bandang beberapa waktu lalu.

Gretcheel dan Wilona itulah nama keduanya.

Gretcheel berwatak lembut, pemalu dan ramah.

Sedangkan Wilona berwatak keras, sembrono dan sedikit tegas.

Saat ini, keduanya masih duduk di bangku SMA kelas tiga, beberapa bulan lagi mereka akan menamatkan diri dari bangku SMA.

Usia sang nenek sudah sangat tua dan berumur. Selama ini nenek menghidupi kedua cucunya dengan berjualan keripik singkong keliling, hasil dari kebun mereka. Yang di bantu oleh Gretcheel dan Wilona.

Walaupun sang nenek sudah renta, namun dia berusaha untuk selalu kuat dan sehat demi kedua cucunya.

Akhirnya tiba saatnya pengumuman kelulusan, keduanya dinyatakan lulus dari sekolahnya.

Suatu ketika di rumah mereka,

Wilona bertutur kepada Gretcheel.

"Gretcheel, baca ini, aku tadi ke pasar dan ada orang yang membagi-bagi kan selebaran tentang lowongan kerja di kota," ujar Wilona antusias.

Lalu Gretcheel pun membaca selebaran itu dengan cermat.

"Tapi Wilona, disini tidak dikatakan kita akan di tampung di mana, apakah mereka menyediakan tempat untuk kita tinggali atau tidak, disini cuma dikatakan kita akan bekerja di sebuah pabrik sepatu." Seru Gretcheel setengah khawatir.

"Lagian nenek juga belum tentu mengizinkan kita untuk pergi ke sana." Ujarnya, lagi.

"Urusan nenek mah, serahin sama aku, biar aku yang bujuk nenek," seru Wilona, tegas.

"Aku mikir-mikir dulu deh, Wilona." Jawabnya.

"kamu mikirin apa lagi sih, Cheel. Apakah kamu mau hidup kita seperti ini saja sampai kita tua? apakah kamu nggak bermimpi ingin mendapatkan gelar sarjana? dan apakah kamu nggak mau membuktikan kepada orang-orang satu kampung ini, jika kita juga dapat meraih kesuksesan dari hasil jerih payah kita sendiri! atau kamu mau, nenek selalu saja direndahkan orang lain di desa ini?"

Gretcheel pun terenyuh dengan omongan Wilona yang terasa menusuk itu, dia memilih diam dan mencoba berpikir dengan jernih.

"Ku beri kamu waktu seminggu ini untuk  berpikir, jika kamu tetap nggak mau ikut, aku akan nekat pergi sendiri," ujarnya lagi dan berlalu dari hadapan Gretcheel.

Gretcheel merenungkan semua perkataan Wilona ada rasa sedih di hatinya, jika harus meninggalkan neneknya sendiri di kampung.

Lalu sang nenek terbangun siang itu, 

"Ada apa kalian ribut-ribut, cucuku?"

"Nenek sudah bangun?" Tutur Gretcheel, kepada neneknya.

"Nenek baru saja bangun, hanya saja tadi nenek mendengar kalian berbicara dan suara Wilona mengejutkan nenek," ucapnya, lagi.

"Nanti saja nek, kami jelaskan bersama-sama dengan Wilona. Dia lagi menjajakan keripik," Seru, Gretcheel.

"Baiklah, ya sudah, kamu bantuin nenek di dapur kita goreng keripik untuk di jual besok pagi." Seru sang nenek kepada Gretcheel.

Namun dengan cepat dia berkata,

"Biar aku saja, Nek. Kan Nenek sudah ngajarin aku caranya, Nenek istirahat lagi di dalam kamar. "

Tetapi sang nenek tidak membiarkan cucunya bekerja sendiri, dengan dalih badannya akan merasa sakit semua jika tiduran terus.

Tiba-tiba ada raut kesedihan di hati Gretcheel, dan dia kembali memikirkan tawaran Wilona untuk bekerja di kota. Tepatnya di Ibukota Negara Indonesi yaitu Kota Jakarta.

Di desa itu, memang banyak yang mencari pekerjaan di kota. Ada yang berhasil tetapi banyak juga yang menyerah dan kembali ke desa, karena tidak tahan dengan kehidupan di kota yang sangat pelik.

Tepat pada pukul tujuh malam. Kedua anak gadis itu bersama dengan sang nenek saat ini sedang berkumpul di ruang tamu rumah mereka, yang sangat sederhana.

Wilona memulai pembicaraan dengan mengutarakan maksud mereka.

Bahwasannya dia dan Gretcheel ingin merantau ke kota untuk memperbaiki nasib mereka.

Walaupun sejujurnya Wilona ketar-ketir menjelaskan kepada si nenek. Dia takut sang nenek tidak memberi mereka izin. 

Namun di luar dugaan, Si nenek memberi mereka restu untuk berangkat ke kota.

Keduanya pun sontak memeluk Nenek Sumi, sambil mengucapkan terima kasih dan mereka berjanji akan selalu memberi kabar kepada nenek selama mereka mengejar mimpi di kota.

"Gretcheel, Wilona. Nenek memberi kalian izin untuk ke kota dan nenek juga mendoakan semoga apa yang kalian cita-citakan dapat tercapai dengan baik dan sesuai harapan kalian," ujar sang nenek sambil terus memeluk kedua cucunya.

Ada rasa sedih yang menyelimuti hatinya tetapi Bi Sumi juga tidak mau egois.

harus merelakan cucu-cucunya untuk meraih mimpi-mimpi mereka.

"Oh yah jenis pekerjaan apa yang kalian akan tekuni di kota?" Ujar sang nenek.

Wilona buru-buru menjawab,

"Kami akan bekerja di pabrik sepatu, Nek. Di sana juga di sediakan tempat tinggal untuk karyawan, jadi nenek tidak usah khawatir."

Sontak Gretcheel kaget dengan perkataan yang keluar dari mulut Wilona. Namun dia tidak dapat berbuat apa-apa karena Wilona sudah mengancamnya duluan.

Si nenek pun melangkah masuk ke dalam kamar setelah itu, dia keluar dan memberikan kepada cucunya sebuah buku tabungan masing masing untuk satu orang.

"Ini ada simpanan nenek untuk kalian berdua, selama ini kalian membantu nenek berjualan, nenek selalu menyisihkan sebagian untuk nenek tabung, kalian pergunakan uang ini dengan baik." Ucapnya.

"Nenek harapkan juga kalian bisa melanjutkan pendidikan kalian ke jenjang sarjana." Harap, sang nenek.

Mendengar perkataan Nenek Sumi, keduanya pun sontak bersimpuh di hadapan sang nenek sambil menangis terisak-isak. Mereka sangat terharu atas apa yang telah Nenek lakukan kepada mereka selama ini.

Nenek Sumi kembali menasihati kedua cucunya agar selama di kota, mereka dapat menjaga diri dan jangan mudah terjerumus dengan pergaulan bebas.

Keduanya pun mengangguk mendengarkan semua nasihat dari Nenek Sumi.

Mereka pun bertekad akan menjaga nama baik keluarga mereka terutama Nenek Sumi. Karena Nenek Sumi adalah satu-satunya keluarga mereka yang ada di dunia ini.

Lalu, Nenek Sumi tidur duluan di dalam kamar. Sedangkan Wilona dan Gretcheel masih terjaga.

"Na, kok kamu bohong kepada nenek tentang tempat tinggal kita di kota?" Seru Gretcheel, khawatir.

"Ssssssttt kecilkan suaramu, nanti nenek mendengar!" Ujar Wilona sambil menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.

"Jika Nenek tahu kita ke sana belum ada tempat tinggal, pasti Nenek nggak bakalan izinin kita untuk pergi!" Ujar Wilona, setengah berbisik.

"Kamu tenang saja, kita punya ini," Wilona menunjukkan buku tabungan yang ada ATM di dalamnya kepada Gretcheel.

"Tapi kita tidak tahu, bagaimana cara memakai kartu itu Na," seru Gretcheel.

"Udah tenang saja, kita bisa bertanya kepada orang-orang yang berada di kota bagaimana cara menggunakannya," seru Wilona meyakinkan  Gretcheel.

Namun jauh dari dalam lubuk hati Gretcheel, dia sedikit ragu akan keberangkatan mereka ke kota yang terkesan terburu-buru dan disertai dengan kebohongan Wilona.

Namun sebisa mungkin Gretcheel menepis rasa keraguannya itu dengan meyakinkan dirinya sendiri jika langkah yang mereka tempuh untuk mengadu nasib di kota adalah langkah yang tepat.