Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 2 - MEMANTIK GAIRAH

Tessa masih menatap pupil biru Arnold yang menatapnya dalam. Jantung Tessa berdegup dibuatnya. Arnold semakin mendekatkan wajahnya. No! Apakah pria ini akan menciumnya? Pikiran konyol itu tiba-tiba saja melintas di kepala Tessa. Wangi cologne Arnold sungguh membuatnya dimabuk kepayang. Wangi pria yang sensual, desahnya dalam hati.

"Tessa, dimana kamar mandinya? Aku mau mandi," bisik Arnold ke wajah Tessa. Napasnya yang berbau mint membuat Tessa hampir hilang kendali.

"Ah, iya, Dad. Kamar mandinya ada di sana. Ayo, aku akan mengantarmu." dengan perasaan yang tak karuan Tessa segera berjalan menuju kamar mandi yang ada di sudut kiri kamar itu. Crazy! Why, Tessa? Apa yang terjadi padamu? Kenapa sentuhan Arnold pada lengannya terasa sangat posesif? Tidak, tidak, ini tidak benar! Tessa segera menyingkirkan pikiran kotor dalam benaknya itu.

"Kamu suka kamar mandinya, Dad?" tanya Tessa sembari memeriksa perlengkapan mandi yang tertata rapi pada rak di sana. Sedangkan ekor matanya diam-diam melirik pada Arnold yang berdiri di belakangnya.

"Ya. Ini lebih baik dari kamar mandiku di hotel," balas Arnold sembari memindai seisi kamar mandi itu.

"Baguslah kalau kamu menyukainya," tukas Tessa sembari tersenyum tipis. Dia pun segera memutar tubuhnya untuk segera pergi. Namun alangkah terkejutnya. Tessa membulatkan matanya melihat Arnold sudah meloloskan seluruh pakaiannya. Hanya menyisakan celana boxernya saja.

Fuck! Tubuh yang sangat luar biasa. Gagah dan menggairahkan. Tessa sampai mengangah melihat pemandangan di hadapannya itu. Arnold memiliki kulit yang putih, karena dirinya berasal dari Inggris. Bola matanya biru menyala dengan tatapan yang tegas. Otot-ototnya terlihat menyembul dari permukaan kulitnya yang kencang. Kalau dilihat-lihat, Arnold lebih pantas menjadi model majalah pria daripada seorang pembisnis.

Sial! Tubuh Leo pun sama seksinya, bukan? Namun kenapa tubuh Arnold terlihat sangat menggoda gairahnya. Tessa menggigit bibir bawahnya.

"Tessa, bisakah kamu tinggalkan aku sendiri. Aku mau mandi. Atau kamu mau mandi bersamaku juga, hm?" Arnold tersenyum smirk melihat Tessa terus memandangi tubuhnya. Wajah gadis itu tampak horni di matanya.

"Ah, iya, Dad! Maaf, aku akan keluar sekarang." Tessa segera memutar tubuhnya untuk pergi. Sial! Kenapa dirinya begitu suka memandangi tubuh atletis Arnold. Crazy! Tessa mengumpat dirinya dalam hati sembari berlalu meninggalkan kamar Arnold.

Setelah mandi Arnold berniat untuk mengcarger ponselnya, karena ada beberapa clien yang mesti ia hubungi. Sial! Cargernya tertinggal entah dimana. Bagaimana ini? Arnold terus mengacak-acak isi kopernya. Namun sepertinya carger ponselnya itu memang tertinggal di hotel.

Tessa. Ya, mungkin dia bisa meminjam carger ponsel padanya. Tanpa menunggu lagi, Arnold segera meninggalkan kamarnya dan beralih menuju kamar Tessa. Pasti gadis itu ada di kamarnya, pikir Arnold.

Langkah panjangnya berhenti di depan pintu kamar Tessa. Kebetulan pintunya tidak tertutup dengan rapat. Baru saja Arnold akan mengetuk pintu di hadapannya itu. Namun tiba-tiba ia mendengar suara-suara lenguhan dari dalam sana.

Tessa? Apa yang sedang dia lakukan? Percintaan? Tidak mungkin! Leo bahkan belum pulang dari kantornya, bukan? Arnold berpikir sejenak, lantas ia mendorong sedikit pada pintu di hadapannya itu. Terlihat Tessa sedang terlentang di tengah ranjangnya. Hanya seorang diri? Arnold tersenyum miring melihat apa yang sedang Tessa lakukan.

"Leo, ough!" racau Tessa sembari memainkan jemarinya pada bagian intimnya. Tubuhnya hanya berbalut handuk dan terlentang di tengah ranjangnya.

"Kenapa melakukannya sendiri? Apakah Leo tidak bisa membuatmu puas, Tessa?"

Sial! Tessa segera bangkit sembari membenahi handuknya. Wajahnya memerah melihat Arnold sedang berdiri di belakangnya. Pria itu sudah memasuki kamarnya. Tessa sangat terkejut.

"Dad? A-ada apa kamu ke kamarku? Apakah ada yang kamu butuhkan?" Tessa segera bangkit dari ranjangnya. Dia berdiri sembari merapatkan bagian depan handuknya. Tessa menjadi salah tinggkah. Arnold sudah melihat apa yang sedang dirinya lakukan.

Arnold tersenyum seringai melihat keadaan Tessa saat ini. Wanita cantik dengan rambut panjangnya yang masih basah. Sedangkan tubuhnya yang proporsional itu, tampak begitu menantang dengan balutan handuk putih saja. Jakunnya naik turun menelan salivanya.

"Tessa, kamu belum menjawabnya. Apakah Leo tidak bisa memuaskanmu, sampai-sampai kamu melakukannya sendiri?"

Tessa memalingkan wajahnya bingung dan malu. Pertanyaan macam apa itu? Tidak mungkin dirinya mengatakan kalau Leo memang sedang bermasalah untuk urusan ranjang saat ini. No! Itu sama saja dia mempermalukan Leo.

"Dad, keluarlah dari kamarku. Aku akan berpakaian." Tessa berkata tanpa berani menatap wajah pria di hadapannya itu. Dia segera memutar tubuhnya untuk menuju ruang ganti.

"Tunggu, Tessa!"

Sial! Arnold mencekal lengan kiri Tessa dengan tiba-tiba. Jantung Tessa berdegup sangat cepat dengan tubuhnya yang tiba-tiba bergetar tak karuan. Arnold menariknya mendekat. Kini tubuh keduanya begitu intim dengan Arnold yang berdiri di belakang Tessa.

"Tessa, kalau kamu ingin dipuaskan, aku bisa melakukannya," bisik Arnold. Bibirnya begitu dekat sampai menyentuh daun telinga Tessa.

"Lepaskan, Dad." pekik Tessa.

Crazy! pria di belakangnya itu malah mendekap tubuhnya. Panas dingin menyelimuti Tessa. Dia memejamkan matanya gemetaran saat Arnold menyentuh pipinya dengan sebuah kecupan. Fuck! Kecupan laknat itu telah memantik api gairah dalam dirinya. Tidak, Tessa harus menghindar dari Arnold. Ini tidaklah benar!

"Dad ..." desah Tessa, saat Arnold meremas lembut payudaranya. Handuk yang melekat pada tubuhnya mulai melorot perlahan. Tessa menggigit bibir bawahnya sembari memejamkan matanya. Remahan itu membuatnya terasa melayang.

"Tessa, aku akan membuatmu puas, Sayang." Arnold berbisik, lantas mengecup lagi pipi licin Tessa. Kecupan itu membuatnya ingin lebih. Arnold segera memutar tubuh Tessa dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir ranum Tessa. Dia melumatnya begitu liar dan lapar.

Tessa berusaha berontak dengan mendorong dada bidang Arnold. Namun lumatan itu terlalu manis untuk diakhiri. Tessa pun menyerah dan membiarkan Arnold melumat bibirnya dengan bengis. Napas Arnold kian memburu. Tangannya melepaskan lengan Tessa, lantas menelusup ke dalam handuk yang Tessa kenakan.

Pupil Tessa membulat sempurna. Arnold menyentuh kewanitaannya di balik handuk. Crazy! Ini sangat nikmat baginya. Namun bagaimanpun Arnold adalah ayah tiri Leo. Tessa masih sangat mencintai Leo. Ini tidak benar! Tessa segera mendorong Arnold dengan kasar agar menjauh darinya .

"Tessa, why?" Arnold menyeka bibirnya dengan punggung tangannya sembari menatap heran pada Tessa.

"Cukup, Dad! Ini tidak benar! Cepat keluar dari kamarku!" Tessa segera berlari menuju ruang ganti.

Dia mengunci pintu ruangan itu, lantas bersandar di sana. Crazy! Apa yang sudah dirinya lakukan? Cih! Menjijikan! Dia baru saja berciuman dengan ayah tiri Leo. Namun tak bisa Tessa pungkiri. Sentuhan Arnold sungguh membuatnya sangat bergetar setelah sekian lama jiwanya terasa hampa. Sentuhan itu bagai setetes oasis baginya yang sedang terdampar di gurun tak bertepi.

Ciumannya sangat hangat dan posesif, meski agak kasar. Tessa menyentuh bibirnya yang terasa kebas akibat ulah Arnold. Fuck! Kenapa ciumannya begitu nikmat? Jangan gila, Tessa! Tessa merutuki dirinya dalam hati, karena dia menyukai ciuman Arnold.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel