Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 7 - CEMBURU

Langkah panjang Charles terhenti di samping ranjang king size dimana Theresa sedang tertidur di sana. Wanita itu tertidur dengan posisi miring. Kedua pahanya terekpos menantang karena gaun tidur sutera tipisnya yang pendek, juga kedua payudaranya yang membulat penuh menyembul dari bagian depan tubuhnya yang indah.

Charles menelan salivanya melihat seonggok daging lezat di hadapannya itu. Entah kapan terakhir dirinya bercinta dengan Theresa, dia sudah lupa.

Seingatnya sejak partai politik miliknya diresmikan dirinya sangat jarang menyentuh Theresa, bahkan tidak lagi. Karena dirinya tak pernah kekurangan dalam masalah sex. Para koleganya selalu memberinya hadiah berupa gadis muda yang bisa memuaskan hasratnya. Dia tidak butuh Theresa lagi.

Namun tak bisa dirinya pungkiri, Nyonya Bosley memanglah sangat cantik dan menggairahkan. Meski usianya sudah 30 tahun, namun Theresa masih terlihat segar dan seksi. Tak heran jika wajah istrinya itu sering muncul di beberapa cover majalah fashion.

Theresa bahkan mengalahkan para model muda yang sedang bersinar. Kecantikan dan keindahan bentuk tubuh Theresa Frankie ini memang tak bisa dibantah lagi. Bahkan wanita cantik ini kerap menjadi fantasi sex bagi para pria dewasa di Manhattan.

Charles tersenyum smirk melihat Theresa yang masih asik tertidur. Sepertinya wanita itu sangat kelelahan, pikirnya. Dia pun mendekat lantas mendaratkan bokongnya pada tepi ranjang Theresa. Dipandanginya wajah cantik yang tampak menggemaskan itu.

Ah, andaikan Theresa mau menuruti seumua keinginannya, mungkin rasa benci di hatinya takkan pernah tumbuh. Ya, Theresa harusnya tidak perlu mengurusi EXO. Serahkan saja sahamnya itu padanya. Pasti pernikahan mereka takkan hampa seperti ini.

Karena dahulu Charles juga sangat mencintai Theresa, meski mereka menikah karena bisnis. Namun karena Theresa menolak untuk menyerahkan sahamnya atas nama Charles, hal itu membuat Charles mulai membenci Theresa.

Belum lagi dirinya selalu digadang-gadang bisa sesukses sekarang karena Theresa. Tentu saja hal itu membuat Charles merasa tersinggung.

Dia tak mau terus-menerus dikaitkan dengan Theresa. Oleh karena itu ia mendirikan sebuah partai, berharap bisa memilik banyak koneksi yang bisa membantunya. Dia sangat ingin terlepas dari Theresa.

Theresa mulai terjaga dari tidurnya. Dia mencium wangi parfum yang sangat tak asing bagi indera penciumannya. Charles? Theresa membulatkan matanya melihat Charles sedang duduk di tepi ranjangnya.

Dia segera bangun dan langsung menarik selimut guna menutupi tubuhnya dari tatapan buas suaminya itu. Dia tak ingin Charles menyentuhnya. Dia merasa jijik karena pria itu sudah tidur dengan banyak wanita nakal.

"Sedang apa kamu di kamarku, Presdir?" Theresa memegangi selimut di dadanya. Sudah sangat lama dirinya tidak berhubungan sex dengan Charles. Terlebih kini sudah ada Aaron dalam hatinya. Dia tak ingin Charles sampai meminta haknya.

"Tenanglah. Aku ke sini bukan untuk mengajakmu bercinta. Aku bahkan tak bergairah melihatmu." Charles tersenyum remeh pada Theresa. Hal itu membuat Theresa menekuk wajahnya malu. Dan itu membuat Charles sangat puas.

"Lantas untuk apa kamu ke sini? Pergilah dari kamarku. Aku jijik pada pria kotor seperti dirimu!" Theresa mendongkak kali ini. Charles sudah menghinanya. Dia tidak terima.

"Ho, galak sekali." Charles tersenyum smirk pada Theresa. Wanita itu sangat menggemaskan kalau sedang marah. Tangannya segera meraih berkas yang berada pada saku jasnya. Dia lantas menyodorkan berkas putih itu ke hadapan Theresa.

"Tanda tangani berkas ini," ucapnya sembari menatap pada Theresa.

"Berkas apa ini?" Theresa menyambar berkas itu dari tangan Charles. Dia lantas membacanya dengan teliti.

Dia curiga jika pria licik itu akan mengelabui dirinya.

"Itu berkas persetujuan untuk proyek EXO Tower. Proyek besar itu akan segera diresmikan tahun baru ini. Sial! Ternyata bukan tanda tanganku saja yang dibutuhkan, tapi persetujuan kamu juga." Charles menatap jengah pada Theresa yang masih meneliti berkas itu.

"Berikan bolpointnya. Aku akan tanda tangani." Theresa menadahkan tangannya pada Charles tanpa mau menatap wajah suaminya itu.

Menyebalkan! Lagi-lagi pria sialan itu melupakan kalau setengah dari saham EXO adalah miliknya. Tentu saja semua proyek membutuhkan tanda tangannya juga.

Charles meraih bolpoint miliknya dari saku jasnya. Dia lantas menaruhnya pada telapak tangan Theresa yang masih menadah padanya.

Wanita sombong!

Sampai kapan dirinya harus terus terikat dengan Theresa. Dia ingin cepat-cepat mendapatkan uang yang banyak untuk mengeluarkan saham Theresa dari EXO. Dia ingin hanya dirinya pemilik tunggal EXO Company Group.

Theresa segera mencetak tanda tangannya pada berkas itu. Proyek EXO Tower bernilai ratusan juta dolar. Dia dan Charles sangat diuntungkan dalam proyek ini. Theresa sudah tak sabar ingin mendapatkan uang untuk mengeluarkan saham Charles dari EXO. Dia sudah muak terus menjadi istri pajangan pria licik itu.

"Aku sudah tanda tangani. Sekarang keluarlah dari kamarku. Aku mau mandi. Kita ada wawancara pukul sembilan. Cepatlah bersiap-siap." Theresa memalingkan wajahnya setelah Charles menerima berkas dari tangannya.

"Aku akan bersiap-siap." Charles menaikan sudut bibirnya melihat tanda tangan Theresa pada berkas itu. Kemudian dia segera bangkit dari tepi ranjang, lantas berlalu meninggalkan kamar Theresa.

"Dasar pria busuk. Aku pastikan kamu akan menjadi gembel di jalanan saat usiamu senja nanti, Charles Bosley!" Theresa merutuki Charles yang sudah menghilang di balik pintu kamarnya.

***

Aaron sedang berjalan di balkon lantai dua bersama tiga bodyguard lainnya. Dia berpapasan dengan Charles yang muncul dari arah kamar Theresa. Pria itu tampak sedang berjalan bersisian dengan asistennya.

Sepasang mata Aaron mengamati Charles. Kancing kemeja pria itu tampak terbuka. Aaron segera memalingkan wajahnya kesal. Oh, shit! Apa yang baru saja Charles perbuat pada Theresa. Apakah mereka habis bercinta? Aaron sangat kesal membayangkannya.

"Siang, Presdir." Aaron dan tiga bodyguard lainnya membungkuk hormat pada Charles yang berpapasan dengan mereka. Sepasang mata Aaron terangkat pada Charles yang sudah melewati mereka.

"Anda harus bersiap-siap, Presdir." Asisten Charles yang bernama Dunant tampak antusias mengingatkan Charles untuk wawancara siang ini.

"Jangan buru-buru, aku masih sangat lemas." Charles tersenyum smirk. Hal itu membuat Dunant tertawa kecil.

Lemas? Dasar bajingan! Aaron mengepalkan buku-buku tangannya mendengar ucapan Charles. Rupanya benar, pria itu baru saja habis menggumuli Theresa. Dia sangat kesal menerima kenyataan ini.

Beberapa jam selanjutnya Aaron melihat Theresa yang sedang berjalan bergandengan bersama Charles menuju teras mansion dimana dirinya sedang berdiri bersama beberapa bodyguard lainnya. Apa-apaan ini? Theresa kenapa memamerkan kemesraan di depan matanya. Aaron memalingkan wajahnya kesal.

"Ayo masuk, Darling." Charles membukakan pintu mobil BMW hitam untuk Theresa.

"Terima kasih." Theresa hanya tersenyum tipis dan segera memasuku mobil.

Charles pun menyusulnya. Kemudian Aaron menutup pintu mobil itu dengan wajah kesal.

"Sayang, aku rasa kamu semakin cantik saja sekarang."

Suara Charles membuat Aaron sangat geram. Dia pun mencengkeram kendali mobil yang sedang ia kemudikan dengan penuh amarah.

"Berhentilah bersandiwara, Presdir. Aku sangat muak." Theresa menepis tangan Charles dari pipinya. Dia lantas memalingkan wajahnya pada jendela mobil.

Aaron menoleh pada kaca spion di atasnya. Benar, Theresa tampak sedang kesal. Apakah Charles sudah memaksa dirinya di kamar tadi? Aaron mulai mencemaskan Theresa.

"Aku sedang menghapal aktingku saja.

Dan aku ingin kamu tidak melakukan kesalah saat wawancara nanti." Charles menegaskan tatapannya pada Theresa.

"Itu bukan urusanku," cetus Theresa dengan nada ketus. Dia sangat jengah dengan pria di sampingnya itu.

"Sekarang kamu boleh lakukan apa saja sesuka hatimu, Theresa. Tapi saat partai-ku memangkan pemilu nanti, jangan harap kamu bisa tersenyum lagi. Aku akan mengembalikan sahammu. Selanjutnya hanya aku pemilik tunggal dari EXO." Charles menaikan sudut bibirnya usai bicara pada Theresa.

"Aku rasa rakyat juga tidak buta. Pria kotor sepertimu mana pantas untuk menjadi seorang wali kota." Theresa membalas tatapan tegas Charles padanya.

"Theresa!" Charles membulatkan matanya penuh amarah pada Theresa. Dia bahkan mengangkat satu tangannya ingin menampar mulut wanita itu yang sudah lancang padanya.

Aaron yang mendengar dan melihat semua itu hanya bisa menahan emosinya. Dia lantas menoleh pada kaca spion di atasnya. Charles dan Theresa sama-sama sedang bertatapan dingin.

"Bukan urusan kita. Kemudian saja mobilnya dengan baik," ucap Max yang duduk di samping Aaron. Max adalah bodyguard senior yang sudah lama bekerja pada Theresa dan Charles. Dia sudah tahu seperti apa pernikahan bosnya itu.

Aaron mengangguk pada Max. Dia hanya bisa mengikuti perkataan seniornya. Padahal hatinya sangat hancur melihat Charles berkata kasar pada Theresa.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel