Pustaka
Bahasa Indonesia

GAIRAH CINTA CEO DINGIN

21.0K · Ongoing
Sigma Rain
89
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Karin Arvantie diterima bekerja sebagai seorang sekretaris pribadi pada sebuah perusahan swasta ternama, Atmaja Corp. Pimpinan sekaligus perusahaan tersebut adalah Ryan Atmaja, seorang pria tampan dan dingin yang terkenal sebagai playboy dan penakluk wanita. Sejak awal diterima bekerja, Karin merasa bosnya itu selalu menatapnya dengan tatapan yang tajam dan membius, seakan membujuk Karin untuk jatuh ke dalam jerat pesonanya. Ryan, sejak awal melihat Karin memasuki kantornya, sudah merasakan ketertarikan yang begitu besar. Namun, bagi Ryan, Karin adalah sebuah distraksi baginya, membuatnya mampu untuk kehilangan ketenangannya. Demikian, pria itu selalu menyangkal perasaannya sendiri dan kerap bersikap dingin kepada wanita tersebut. Karin dan Ryan yang harus sering bertemu dan berada di ruangan yang sama, membuat keduanya tidak bisa mengelak getar-getar asmara yang mereka rasakan. Terlebih lagi, adanya gairah yang begitu besar di setiap kali mereka berdekatan, seperti ada aliran listrik yang begitu kuat. Sampai suatu hari, Ryan harus menghadiri sebuah pertemuan dengan seorang klien dan berujung mabuk berat. Pada hari itu, Ryan tidak pergi bersama sopir lantaran ingin menyetir sendiri. Saat dia ingin pulang, dia berusaha menghubungi sopirnya, tapi malah berujung menelepon Karin. Karin pun datang menjemput dan membawa pria itu pulang. Saat membawa Ryan ke kamarnya, pria itu memaksa wanita itu untuk tidur bersamanya. Ketika terbangun dan menemukan Karin di sebelahnya, Ryan merasa terkejut. Dia langsung menuding Karin ingin menjebaknya, sama seperti semua wanita lain yang ingin naik ke atas ranjangnya untuk mendapatkan kedudukan. Akan tetapi, Karin memotong Ryan dan malah berkata agar pria ini menyembunyikan kejadian tersebut. Karin tidak ingin adanya drama lantaran sadar diri bahwa kasta mereka berbeda, dan berhubungan dengan orang kaya akan membawa masalah untuknya. Karin harap Ryan bisa melupakan semuanya dan hubungan mereka tetap sebagai atasan dan bawahan yang sebagaimana mestinya. Mendengar Karin mengatakan itu, Ryan merasa terkejut. Egonya terluka dan dia pun mengira bahwa Karin sering melakukan hal serupa dengan pria lain. Itulah kenapa wanita itu biasa saja menghadapi kecelakaan seperti ini. Padahal, tanpa pria itu ketahui, Karin pertama kali melakukan hal tersebut dengannya. Akan tetapi, wanita itu lebih memilih menghindari masalah. Mulai hari itu, Ryan pun selalu menggoda Karin. Akan tetapi, egonya semakin terluka karena setiap kali dia mengambil langkah mendekati wanita itu, Karin selalu menghindar dan menolaknya. Sampai akhirnya, pria itu tidak lagi mampu menerima penolakan Karin ketika melihat wanita itu dekat dengan karyawan lain. Ryan memaksakan diri kepada Karin dan berujung membuat wanita itu menangis. Saat itulah kenyataan tentang masa lalu Karin tentang ibunya terbongkar. Ryan merasa bersalah dan langsung berubah memperlakukan wanita itu dengan lembut dan tulus, menghargai wanita itu. Nanti ada banyak tantangan dalam hubungan Karin dan Ryan sebelum akhirnya keduanya menjalin hubungan. Setelah Ryan dan Karin menjalin hubungan, percintaan mereka terendus oleh keluarga Ryan yang berujung tidak setuju. Di mata keluarga Ryan, terutama ibunya, Karin tidak setara dengan mereka. Selain itu, ketika bertemu, Ibu Ryan langsung tahu bahwa Karin adalah putri dari sekretaris pribadi sang suami sekaligus selingkuhan pria tersebut. Hubungan Ryan dan Karin diuji dengan kenyataan pahit tentang hubungan asmara antara ayah Ryan dan ibu Karin di masa lalu, terutama dengan asumsi keduanya adalah saudara satu ayah. Namun, dengan perjuangan keduanya, terbongkarlah bahwa Karin bukanlah putri ayah Ryan, melainkan pria lain yang juga mencintai ibu Karin dan berujung memperkosanya--sahabat dekat ayah Ryan. Walau awalnya sangat membenci Karin, tapi melihat kebaikan wanita itu, ibu Ryan pun berakhir luluh dan merestui hubungan keduanya. Lagi pula, yang salah di masa lalu adalah ibu Karin, bukan Karin. Ditambah dengan kenyataan bahwa Karin berakhir ditemukan oleh sang ayah kandung--sahabat ayah Ryan--yang memohon maaf atas kesalahannya, kedudukan mereka pun menjadi setara dan pernikahan pun dilangsungkan. Karin dan Ryan pun berakhir bahagia.

SuspenseRomansaBillionaireplayboySalah Paham

TERLAMBAT

'Astaga! Sudah jam berapa ini? Aku bisa terlambat menghadiri wawancara kerja hari ini. Bagaimana aku akan diterima bekerja, kalau untuk menghadiri wawancara kerja saja aku sampai datang terlambat,' batin Karin.

Ia pun bergegas menuju kamar mandi, lalu mandi di bawah air pancuran. Selesai mandi Karin pun mengambil kemeja berwarna putih dan rok dengan panjang di atas lutut. Ia lalu mematut dirinya di depan cermin besar, yang ada di dalam kamarnya. Ia hanya mengenakan make up tipis dan lip tint, agar wajahnya tidak terlihat pucat.

Selesai sarapan, dengan menyandang tas kecil di pundaknya. Karin pun berjalan ke luar dari apartemennya menuju ke halte bis.

Tak lama berselang, bis yang ditunggunya datang. Karin pun duduk di dalam bis dengan perasaan yang tegang dan gugup. Hari ini ia akan menjalani wawancara, untuk lowongan sebagai sekretaris yang dilamarnya. Sesekali ia melihat jam tangannya, untuk memastikan ia tidak datang terlambat.

Begitu bis yang ditumpanginya berhenti di halte, yang letaknya tidak jauh dari perusahaan yang akan ditujunya. Rasa lega, menghinggapi hati Karin, karena ia tidak terlambat. Masih ada waktu baginya, untuk bersiap nantinya sebelum menjalani wawancara.

Ia terlalu bersemangat, dengan wawancara yang akan dijalaninya pada hari ini. Ada harapan besar, yang ia inginkan dari wawancaranya nanti. ‘Aku harus mendapatkan pekerjaan itu, karena ini bisa jadi merupakan jawaban dari masalahku selama ini,’ gumam Karin dalam hati.

Dengan terburu-buru, Karin keluar dari dalam bis dan berjalan cepat menuju gedung tempatnya akan menjalani wawancara. Sesampainya di dalam gedung tersebut Karin pun bertanya, di mana ruangan pimpinan tersebut berada.

‘Sial! Aku tidak memiliki waktu untuk merapikan penampilanku terlebih dahulu. Dan ini semua, karena aku yang bangun kesiangan,’ batin Karin.

Menurut informasi yang didapatnya ia akan menjalani wawancara langsung, dengan sang pimpinan perusahaan tersebut. Duduk di depan ruangan dengan dinding yang di car warna putih, rasa gugup itu semakin terasa.

Baru saja Karin sampai di depan pintu, yang dijanjikan menjadi tempat dirinya melakukan wawancara, sebagai sekretaris bagi pimpinan di perusahaan tersebut.

Sebuah suara terdengar menyebut namanya dan mempersilakan kepadanya untuk masuk ke dalam ruangan, yang pintunya tertutup rapat.

"Nona Karin Arvantie?" panggil seorang wanita yang mengenakan setelan profesional. Ekspresi jutek terpasang di wajahnya, membuat jantung Karin berdegup kencang ketika dipanggil. "Giliranmu," ucapnya saat menangkap keberadaan orang yang dipanggil.

Karin pun berdiri dari kursinya dan melangkah masuk ke dalam ruangan. Bulir-bulir keringat menghiasi dahi Karin, menunjukkan jelas kegugupannya menghadapi wawancara kerja yang segera menantinya. Ini merupakan pengalaman pertama Karin menjalani wawancara pekerjaan.

Diabaikannya sorot tatapan tidak suka dari wanita itu, ia akan menghindari wanita dengan raut wajah jutek, yang dengan jelas memperlihatkan aura tidak suka kepadanya. Diketuknya pintu yang tertutup rapat di depannya dan setelah dipersilakan masuk ia pun membuka pintu tersebut.

Karin merasakan pungggungnya, seperti terbakar. Dan ia merasa itu pasti, karena wanita yang tadi memanggilnya. Entah alasan apa yang membuat wanita itu menjadi tidak menyukainya.

Saat masuk ke dalam ruangan, pandangan Karin terarah pada seorang pria yang terduduk di depan sebuah meja dengan kertas menutupi wajahnya. Rambut hitam pria itu ditarik ke belakang, terlihat sangat rapi. Tubuhnya yang dibalut kemeja putih tetap kentara kekar di mata Karin, terlebih karena lengan kemeja itu digulung mencapai siku. Dengan dua kancing kemeja bagian atas yang dibuka dan memperlihatkan sedikit rambut di dadanya.

Karin sedikit ragu untuk menyapa pria yang sedang duduk di kursi kerjanya. Dan terlihat ia begitu serius dengan apa yang sedang dikerjakannya.

"Permisi, Pak," panggil Karin sembari berdiri di sebelah kursi yang disediakan untuknya, tidak berani duduk sebelum dipersilakan.

Mendengar suara wanita tersebut, pria di hadapan pun menurunkan kertas yang sedang dia pegang. Raut wajah pria itu terlihat dingin, dengan bibir tipisnya yang terkatup rapat.

Detik itu, juga Karin membeku. Jantungnya langsung berdetak kencang, berhadapan dengan wajah tampan, walaupun terkesan dingin.

Tatapan tajam yang diberikan netra hitam itu begitu menghanyutkan. Ditambah guratan alis tebal dan rahang tegas, wajah pria tersebut patut Karin akui sebagai pria tertampan yang pernah dia lihat secara langsung. Bahkan, bila Karin menonton televisi pun, sepertinya agak sulit menemukan pria setampan itu!

"Duduk." Suara dalam pria tersebut menggetarkan hati Karin, membuat wanita itu tanpa berpikir langsung bertindak sesuai arah. "Perkenalkan dirimu," titahnya tegas, membuat Karin entah kenapa merasa sedikit jengkel.

'Dia ... belum memperkenalkan diri, 'kan?' batin Karin.

Memang, tanpa diberi tahu, Karin sebenarnya sudah bisa menebak siapa pria di hadapannya. Pria itu tidak lain adalah Ryan Atmaja, CEO Atmaja Corp. yang sedang mencari seorang sekretaris, pekerjaan yang sedang Karin incar. Rumor mengatakan bahwa pria itu memang sangat tampan, tapi juga dingin dan kejam. Itulah alasan kenapa tidak ada sekretaris pribadi yang bertahan bekerja untuknya lebih dari tiga bulan.

Ah, Karin lupa. Tidak hanya itu, pria tersebut juga sering dikabarkan sebagai seorang playboy yang senang mempermainkan wanita.

‘Bagaimana kami para wanita tidak tertarik dengannya? Wajah tampan, dengan aura dingin dan misterius yang membuatnya, seperti sebuah tantangan,’ batin Karin.

Namun, bahkan dengan rumor dan berita-berita tentang Ryan, masih banyak wanita yang bersedia mencoba menjadi sekretaris pribadi pria tersebut. Lagi pula, bayaran dan benefit yang ditawarkan sangatlah menggiurkan!

Sebelum melamun terlalu lama, Karin pun langsung memperkenalkan dirinya, "Nama saya Karin Arvantie, saya merupakan lulusan universitas ternama di kota ini dengan predikat cumlaude."

Selagi Karin memperkenalkan dirinya, wanita itu merasa netra hitam tersebut tidak berpindah dari wajahnya. Ada sesuatu dari pandangan Ryan yang membuat darah Karin berdesir. Namun, wanita itu berusaha untuk tetap tenang dan profesional, menunjukkan sisi terbaiknya agar bisa mendapatkan posisi yang dia inginkan itu.

‘Kenapa ia terus menatapku dan membuatku menjadi resah? Apakah ada yang salah dengan penampilanku? Seharusnya tadi aku mematut diriku dahulu di dalam toilet, sebelum masuk ke dalam ruangan ini,’ gumam Karin dalam hatinya.

Selesai memperkenalkan diri, Karin terkejut dengan pertanyaan yang terlontar dari bibir Ryan. “Apakah kita pernah bertemu?" Dengan manik terpaku pada sosok Karin, Ryan menambahkan, "Wajahmu terlihat tidak asing di mataku?”

'Apa ini ... cara baru untuk merayu wanita?' batin Karin dalam hati, teringat rumor bahwa pria di depan adalah seorang playboy. Karena ditatap dengan tajam dan begitu intens oleh Ryan, dia mengepalkan tangannya untuk menahan kegugupannya. Hanya dengan sebuah senyuman tipis, wanita itu pun membalas, "Kalau kita pernah bertemu, saya rasa saya tidak akan melupakan pria seperti Anda, Pak.”

Tatapan Ryan berpindah ke bibir Karin, yang terlihat seksi dan menggoda. Bibir itu seolah mengundang untuk dicium bibirnya.

Ryan berdiri dari kursinya, mengitari meja sebelum akhirnya bersandar di sana. Dua tangan terlipat di depan dada, sebuah senyuman terlukis di bibirnya. "Pintar menyanjung," balasnya, entah itu sindiran atau pujian. "Apa yang membuatmu melamar ke perusahaanku?"

Pertanyaan Ryan membuat Karin menggigit bibir, sedikit kesulitan dengan pertanyaan yang diajukan. Namun, dengan cepat wanita itu menjawab, "Pengalaman, gaji, dan juga jenjang karir. Saya yakin Atmaja Corp. adalah tempat yang tepat untuk mendapatkan yang terbaik untuk tiga hal tersebut."

Jantung Karin berdebar semakin kencang. tangannya terasa berkeringat dingin. Ia belum pernah merasakan aura panas, berada dekat dengan Ryan, seperti ini.

Netra Ryan terarah pada bibir Karin yang memerah karena sempat digigit. "Begitukah?" Pria itu berjalan menghampiri wanita di kursi itu, menyebabkan senyuman profesional Karin sedikit bergetar dan tubuhnya menempel pada sandaran kursi. Dengan dua tangannya mendarat di tangan kursi Karin dan wajah hanya berjarak beberapa inci dari wajah wanita tersebut, sudut bibir Ryan pun terangkat. "Apa kamu yakin kamu kemari bukan karena diriku?"