Pustaka
Bahasa Indonesia

Duda Pebinor

104.0K · Tamat
Romansa Universe
82
Bab
4.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Ditinggal mati sang istri membuat Keenan menjadi duda tak waras. Berawal dari frustasi karena merasa sendirian, belum punya anak, dan cintanya dibawa pergi oleh mendiang istrinya akhirnya dia menjadi pria paling tak waras. Keenan awalnya hanya ingin bunuh diri di atas jembatan sungai Ciliwung, yang kalau malam sungai ini warna airnya paling gelap karena memang nomor satu kotornya itu. Dijamin, hanya dengan meminum satu tegukan air sungai ini, maka malaikat pencabut nyawa senang hati datang. Atas dasar itulah, akhirnya Keenan berdiri di atas penyangga jembatan. Namun, belum juga dia melompat terjun bebas tanpa pengaman, ada wanita yang menariknya sampai terjatuh.

MetropolitanOne-night StandCinta Pada Pandangan PertamaPernikahan

Bab 1 Prolog

Bab 1 Prolog

Ibukota dari seluruh kota di Indonesia memang menyuguhkan banyak harapan bagi orang-orang yang bukan berasal dari sana. Tinggal, berproses, dan akhirnya dapat bersaing di Ibukota merupakan keinginan semua orang, termaksud pemuda kampung yang satu ini.

Namanya Keenan, berasal dari kampung pindah ke Ibukota dengan sejuta mimpi dan harapan. Mimpinya sangat sederhana, membangun keluarga kecil yang sejahtera di Ibukota.

Mimpinya memang sederhana, namun jalan menuju mimpinya tidak sederhana yang harus dikejar dengan keringat, lelah, dan patah. Berbagai perusahaan sudah Keenan coba lamar lowongan pekerjaannya, namun belum juga mendapati hasil. Tidak cepat menyerah Keenan masih terus mencoba melamar dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya.

Pada hari ke-7 mencoba, Keenan mendapat titik terang. Bak mendapati emas, Keenan senang bukan main. Akhirnya dia dipanggil untuk interview dengan perusahaan yang memang bagus dan bergengsi di Ibukota.

Kabar ini sontak membuat keluarganya di Kampung sangat gembira dan antusias. Biaya dan tanggungan keluarga sudah diambil alih sejak saat Keenan bekerja. Sudah lama ia tidak pulang ke kampung halaman.

Akhirnya ia berkesempatan pulang menengok sang ibu yang kini sudah tidak muda lagi. Ibunya yang sekarang sudah renta meminta Keenan untuk segera memberikannya menantu. Bagai meminta barang ibunya sangat mendesak Keenan untuk segara menyudahi masa lajangnya.

“Bu...” panggil Keenan kepada ibunya saat ini.

“Bagaimana nak permintaan ibu?” Wanita yang menjadi ibu bagi Keenan itu menanyakan suatu hal.

Pria itu mendesah, matanya menatap sendu sosok renta yang sudah membesarkannya. “Bukannya aku tidak mau Bu, tapi emang belum ada yang cocok. Dan ibu tahu sendiri beberapa tahun belakangan ini aku sibuk dengan pekerjaan buat memenuhi semua kebutuhan di sini. Jadi, jangan buru-buru sekali bu, santai aja. Yang penting kalau nanti sudah ada dan tepat waktunya pasti aku membawanya dan mengenalkan ke ibu,” tuturnya mencari sebuah alasan.

“Ibu sudah tua Nak, dan cuma kamu yang belum ibu antarkan ke gerbang pernikahan.”

Ya, ibunya memang memintanya untuk segera menikah. Namun, mencari pendamping tak semudah mencari batu kerikil.

“Iya Bu aku tahu. Segera ya Bu? Doakan Keenan agar dapat istri yang baik nantinya,” jelas Keenan kepada ibunya.

Rasa sayang apapun tidak dapat menggantikan rasa sayang ibu kepada anaknya. Keenan tahu ibunya sangat sayang padanya sehingga meminta hal ini. Pemuda seumurnya memang sudah banyak yang berkeluarga bahkan memiliki anak. Membangun keluarga kecil, membina rumah tangga, menyatukan dua insan yang memiliki satu tujuan ke depan juga merupakan impian Keenan selain membahagiakan ibunya. Tapi hati tetaplah hati. Milik pribadi yang tidak dapat diubah sehari. Banyak perempuan di kampung halamannya yang sudah lama menantikan dirinya, namun Keenan bukan tidak mau tapi memang tidak tergerak membuka hati. Begitupun di Ibukota dan di lingkungan kerjanya, banyak perempuan pintar dan cantik namun tidak sanggup menggugah hati Keenan yang lama tidak terisi.

Ibukota yang ramai kini terasa sepi, semenjak Keenan terbuka pikiran untuk menengok hal sederhana yang sudah lama dinantikan ibunya. Sudah waktunya Keenan mencari bagian tubuhnya yang hilang, yaitu tulang rusuknya. Tulang rusuk yang akan menjadi pelengkap hidupnya, memberikan warna, kehangatan, dan kebahagiaan perjalanan di dunia sampai maut yang memisahkan. Keenan hanya ingin menikah sekali, dengan niat tulus berusaha menjadi imam keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah.

...

Selain aktif sebagai karyawan penyumbang ide, Keenan juga aktif diberbagai kegiatan sosial di Ibukota. Menjadi pendatang baru memang menuntut kita harus berbuat lebih dan selalu aktif dengan pemikiran positif dan inovatif. Maka di sinilah Keenan berada, di tempat kumuh,di pinggiran kota yang menjadi sasaran kegiatan kesekian yang diagendakan organisasinya. Ini juga menjadi perkumpulan perdana semua anggota diorganisasi tersebut.

“Hai Pak Keenan, saya tidak menduga bisa berjumpa bapak di sini dengan pakaian santai begini. Bapak terlihat berbeda saat di kantor,” sapa juniornya di kantor.

“Tidaklah, sama saja,” balas Keenan.

“Ayo Pak kumpul dengan anggota yang lain, sepertinya acara sudah mau dimulai.” Mereka langsung bergabung dengan anggota yang lain.

Pembukaan kegiatan dilangsungkan dengan hikmat. Semua anggota dan pengurus diberikan waktu berkenalan dan akhirnya nanti akan diberlakukan pembagian tim blusukan. Keenan masuk tim 2 dengan lokasi rumah-rumah warga pinggiran sungai. Tim ini dikoordinasi oleh Darina. Darina merupakan salah satu pengurus organisasi yang sudah lama ikut dan berkontribusi dengan kegiatan sosial. Darina adalah wanita yang ceria, tangguh, mandiri, dan manis. Keenan selalu salah fokus selama kegiatan bukannya membersihkan sampah dan berkomunikasi dengan warga, ia malah selalu mencuri pandang dan tidak sengaja selalu memperhatikan Darina yang sedang bersosialisasi dengan warga.

“Pak, kok melamun?” tanya junior di kantor yang sekarang satu tim dengannya.

“Oh tidak, lagi melihat aktivitas warga saja nih,” jawab Keenan.

Jurniornya itu penasaran melihat perilaku atasannya yang tidak biasa itu.“Saya lihat Bapak sepertinya tertarik sama Mbak Darina ya?”

“Darina?” sahut Keenan.

“Iya, itu namanya Mbak Darina, Ketua Bidang Sosial yang jadi penanggungjawab kegiatan ini pak.” jelas juniornya.

“Oh begitu, pantas dia seperti effort dan aktif ya sama kegiatan ini,” sambung Keenan.

Juniornya menyambung penjelasannya. “Tidak juga pak, si Mbak memang selalu aktif di semua kesempatan pak.”

Pria itu semakin penasaran dengan wanita di depannya. “Oh begitu, sudah menikah?”

“Siapa Pak, saya?” Melirik ke arah atasannya.

“Kok kamu, ya Mbak itu lah!”

Seperti pembawa informasi, juniornya itu seperti informan Darina untuk Keenan saat ini. Juniornya berkata, “Belum pak, sepertinya masih menunggu pangeran berkuda putih. Jangan lama-lama memandanginya pak, langsung PDKT saja. Siapa tahu jodoh. Saya ke sana dulu ya, Pak?”

Keenan memang terkenal humble dengan sesama rekan kerjanya. tidak terkecuali juga dengan juniornya. Maka dari itu hubungan Keenan tidak berbeda dengan junior atau rekan seangkatannya. Selama kegiatan Keenan gagal fokus, seluruh fokusnya terpusat pada sosok wanita yang baru dikenalnya hari ini. Darina menarik perhatiannya, dan seperti ada hal yang berbeda darinya yang mampu membuat hati Keenan terbuka.

Pria itu memberanikan diri membuka percakapan dengan wanita yang membuatnya gagal fokus itu. “Maaf dengan Mbak Darina?”

Wanita itu seraya menoleh. “Iya saya Darina, panggil nama saja Pak.”

“Saya Keenan, panggil saya Keenan saja jangan Pak,” jelas Keenan.

Darina sedikit bingung dengan kedatangan Keenan saat ini. “Oh begitu, siap. Ada yang bisa saya bantu?”

“Bisa bantu saya berkenalan secara pribadi?” Menatap Darina serius.

“Wah dengan siapa Pak, oh maksud saya Keenan,” sahut Darina.

“Dengan Darina,” ucapnya.

Darina tampak kebingungan dengan situasi ini, namun ia mencoba untuk tetap santai dan ramah seperti biasanya. “Dengan saya?”

“Boleh saya kenal lebih dekat dengan kamu?” tanya Keenan.

“Saya kira dengan warga. Boleh, untuk apa ya Keenan?” kelakar wanita itu seraya sedikit mengejek.

Pria itu sudah tidak bisa berbasa-basi lagi. “Maaf saya lancang, tapi sepertinya saya tertarik dan suka dengan Mbak.”

“Saya perempuan biasa yang banyak sekali kekurangannya, bagaimana bisa? Bisa saja bercandanya,” jawab Darina.

Keenan kembali menjelaskan dan berusaha memberikan jawaban yang serius kepada wanita yang telah mencuri hatinya ini. “Maaf, Mbak mungkin tidak percaya tapi saya bukan tipe orang yang main-main dengan perasaan.”

Wanita itu pun akhirnya menerima dan jujur memang ia juga sedikit tertarik dengan Keenan. “Oh iya, iya, maaf baiklah. Senang berkenalan denganmu Keenan.”

Pertemuan itu menjadi awal baru dari babak kehidupan Keenan menuju terwujudnya impian dan keinginan ibundanya. Begitu juga Darina sosok wanita yang tepat seperti yang Keenan pikirkan sifatnya. Banyak hal baru yang Keenan ketahui dari sosok wanita yang beberapa bulan lalu dikenalnya ini. Banyak hal juga yang sebenarnya Keenan tidak ketahui akan Darina. Darina dengan segala kehidupannya yang tertutup rapat, tapi selalu terbuka dengan kehidupan orang lain dengan niatan tulus membantu. Hal ini yang selalu membuat Keenan jatuh hati.