Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

James benar-benar membawa seluruh penumpangnya melintasi dua gumpalan awan yang menghambat penerbangan. Keputusan itu diambil dan disetujui oleh pihak menara kontrol. Meski sedikit mendapatkan penentangan dari pihak ATC.

Guncangan dan getaran di kabin karena pesawat bersungguh dengan awan membuat seisi penumpang berteriak histeris. Tak hanya awak kabin saja yang ketakutan, seluruh penumpang merasakan hal yang sama.

Di tengah kegaduhan itu, sebuah kejadian di luar kebiasaan terjadi. Pria yang tadi sempat meminta air minum tampak mengaduh kesakitan. Dengan sembarangan pria berbaju putih itu melepaskan safe belt dan tubunya terhuyung hingga jatuh di lantai kabin.

Kejadian itu sontak membuat penumpang lain panik. Belum selesai mereka melalui masa turbulensi. Namun, mereka harus melihat suatu hal yang mengerikan.

Di tengah kepanikan penumpang kelas bisnis, seorang wanita berdiri seusai melepas sabuk pengamannya dan menghambur ke arah penumpang yang pingsan.

Kegaduhan di kelas bisnis, mau tidak mau membuat pramugari keluar dan memeriksa. "Non, sebaiknya Anda kembali ke tempat Anda!" pinta salah satu pramugari cantik pada Rebecca.

Tetapi, Rebecca sama sekali tidak mengindahkan seruan tersebut karena ia tak bisa melihat seorang lelaki tergolek lemas tak berdaya.

"Aku harus menolong orang ini!"

"Tenang, Nona. Masa turbulensi belum selesai. Anda bisa jatuh dan cidera."

Becca, tak mendengarkan perintah si pramugari dan tetap mendekati lelaki yang tengah pingsan di lantai kabin.

Rebecca memeriksa tanda organ vital lelaki tersebut. Sontak Rebecca molotot karena pria tersebut mengalami serangan jantung secara mendadak.

Kegaduhan di kokpit mungkin menjadi salah satu penyebab serangan tersebut. Namun, tak menutup kemungkinan alasan lain yang membuat pria itu pingsan.

Pesawat kembali stabil, pramugari serta pramugara lain datang membantu sehingga membuat sebuah kerumunan. Dan hal tersebut mampu memperparah keadaan pasien.

"Apa di sini ada dokter?" tanya salah seorang pramugari pada penumpang.

Rebecca lalu mengulurkan kartu keanggotaannya ketika bekerja sebagai tenaga medis di salah satu rumah sakit di New South Wales.

"Bisakah kalian semua tenang? Jangan sentuh pasien!"

Rebecca mulai membuka kancing kemeja pria tersebut guna melonggarkan pakaian yang ia kenakan. Becca mulai melakukan RJP.

Resusitasi jantung paru merupakan pertolongan medis untuk mengembalikan kemampuan napas dan sirkulasi darah yang terhenti karena kondisi atau situasi tertentu. Tindakan ini perlu dilakukan secara cepat dan tepat sebagai langkah awal menyelamatkan nyawa seseorang.

Selain itu, Rebecca juga meminta petugas kabin agar mengecek barang bawaan pasien.

"Tolong temukan aspirin dalam barang bawaan pasien, jika pasien menderita penyakit jantung, pasti pasien akan membawanya ke manapun."

Pramugari bergerak segesit mungkin guna mencari aspirin.

Namun, keadaan pasien yang terus kehilangan kesadarannya membuat panik seisi kabin. Hanya Rebecca saja lah yang masih tampak tenang dengan terus memberi pertolongan pertama pada pria tersebut.

"Sampai kapan pesawat ini akan landing?" Rebecca mulai memikirkan risiko terburuk jika pasien terus seperti ini tanpa ada kemajuan.

"Saya akan bertanya pada kapten!"

Sembari menunggu jawaban, Rebecca mulai menelisik ke arah penumpang lain. Pandangan matanya menyapu ke setiap sudut kabin guna mendapatkan barang yang ia inginkan.

Pramugara yang sejak tadi bertanya pada kapten di kokpit, kini keluar setelah mendapatkan jawaban secara pasti oleh kapten James.

"Sekitar lima belas menit, Dok!"

Pramugara tersebut tampak ketakutan karena ini merupakan kejadian menghebohkan kali pertama ia bekerja di dunia penerbangan dan harus berurusan dengan nyawa.

"Pastinya berapa? Ini menyangkut nyawa!" Suara Rebecca sedikit berteriak sehingga mampu ke kokpit melalui ke alat komunikasi antar crew.

"Dia dokter beneran?" James memastikan kebenarannya ada Yudi yang berada di sisi kirinya.

"Menurut pramugara tadi, iya! dokter bedah toraks dan kardiovaskula dari New South Wales." sahut Yudi sedikit mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh awak kabin. tadi padanya.

"Katakan padanya jangan banyak bicara, dia kira kita bisa mengemudi seperti need for speed ? Nyawa seluruh penumpang tanggung jawab kita, Yud!"

Yudi kemudian keluar dari kokpit guna memberi pemahaman seperti apa yang telah dijelaskan oleh James padanya. Dan meminta semua orang agar tenang.

Rebecca menyerobot sebuah headphone yang berada di bagasi kabin dekat sebuah remaja lelaki.

"Kakak, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku boleh meminjamnya untuk menolong orang?"

Remaja tadi mengangguk dengan spontan karena bangga barangnya akan digunakan untuk menyelamatkan orang lain.

"Kita akan mendarat pada 15 menit lagi, bolehkah saya tahu apa yang terjadi?" Yudi keluar menemui Rebecca dengan sikap gentleman.

"Pasien mengalami aritmia jantung, dan memerlukan penanganan secepat."

Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa merasakan irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.

Sebenarnya, aritmia normal terjadi pada kondisi jantung yang sehat. Namun, bila terjadi terus menerus atau berulang, aritmia bisa menandakan adanya masalah pada organ jantung.

Yudi kembali seperti kambing cengo karena tak bisa mengambil keputusan. Pria muda yang belum banyak memiliki jam terbang tersebut harus meminta pendapat kapten Jamesnya.

"Capt, kondisinya benar-benar parah!"

"Aku akan menghubungi menara kontrol untuk menyiapkan petugas medis begitu kita tiba. Untuk dokter wanita itu, suruh dia jangan gegabah!"

Rebecca sendiri masih maju mundur akan mengaliri jantung korban dengan gelombang elektromagnetik. Karena Rebecca tidak bisa memastikan berapa Joule kombinasi headphone dan charger miliknya.

"Atau aku coba metode lain, seperti membuat sayatan di dinding jantung?"

Prosedur seperti ini disebut dengan istilah Maze Procedure. Prosedur maze adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengatasi fibrilasi atrium, yakni gangguan irama jantung (aritmia) yang ditandai dengan denyut jantung cepat dan tidak teratur.

Memang memiliki risiko pendarahan, tetapi Rebecca bisa memutus masalah hanya dengan satu tembakan. Jika menggunakan gelombang elektromagnetik yang tidak sesuai dengan alat kejut fibrilator.

"Aku akan membedahnya di sini! bisa siapkan alat yang tajam dan alkohol?" Pertanyaan dari Rebecca sontak mengagetkan seluruh awak kabin dan juga penumpang lain.

Pasalnya operasi yang mereka tahu selama ini, hanya dilakukan di ruang operasi. Dan bukan di dalam pesawat.

Pramugari melaporkan hal tersebut pada James, dan membuat dahi duda satu orang putri itu berkerut.

"Apa? Apa dia gila? Ini pesawat! bukan meja operasi,"

"Tapi, Capt! keadaannya memburuk. Dan jantungnya semakin melemah. Kita ada kotak P3K dan alat yang tajam. Dokter bilang itu saja bisa."

"Tidak, aku tidak mengizinkan!" jawab James benar-benar murka karena merasa jika tindakan dokter wanita itu gila.

Pada prosedur maze, dokter akan membuat pola jaringan parut pada atrium jantung dengan energi panas atau dingin. Jaringan parut juga dapat dibuat dengan menciptakan sayatan pada dinding jantung.

Karena jaringan parut tidak bisa menyalurkan arus listrik, prosedur maze dapat menghentikan impuls listrik jantung yang menyebabkan fibrilasi atrium.

Operasi yang memakan waktu 2-3 jam itu bisa dimulai oleh Rebecca dalam keadaan di pesawat dan bisa dilanjutkan tanpa jeda setalah landing.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel