Bab 7
"Ini-?"
Adrian tersenyum puas melihat ekspresi Stella yang melotot. "Ini tidak mungkin!"
"Kau masih mau mengelak padahal jelas-jelas di foto itu kau yang memelukku," ucap Adrian dengan santainya meneguk minuman yang ada di atas meja bar.
"Itu gak mungkin," tolak Stella menatap tajam Adrian yang melipat kedua tangannya di dada. "Ja-jadi apa semalam kita-"
"Ya," ucap Adrian dan itu membuat Stella memekik kaget seraya menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap Adrian dengan horor. Sungguh saat ini Adrian ingin tertawa melihat wajah Stella yang terlihat bodoh.
"Tidak tidak," kekeh Adrian tak kuasa melihat wajah Stella. "Kita hanya tidur, aku tidak tertarik dengan tubuh krempengmu itu," ucap Adrian masih dengan kekehannya dan seketika wajah Stella berubah menjadi merah padam.
"Menyebalkan!" gerutunya dan beranjak memasuki kamar mandi. Adrian masih terkekeh mendengar makian Stella di dalam kamar mandi padanya.
"Lagu yang indah, Stella!" teriak Adrian dan berakhir dengan suara benda menghentak pintu membuat Adrian semakin terkekeh.
"Gadis yang menarik," gumamnya dan ia segera berpaling saat mendengar bel pintu kamar. Itu adalah Malik, asistennya yang mengantarkan pakaian untuknya.
***
"Adrian," panggilan itu menghentikan langkah Adrian yang hendak masuk ke dalam kamarnya. Ia menoleh dan menemukan Dhika tengah duduk santai sambil menikmati teh di temani istri tercinta.
Andrian berjalan mendekati mereka dan mengecup pipi Thalita sebelum akhirnya ia mengambil duduk di samping Thalita.
"Adrian, ada yang ingin Papa sampaikan padamu," ucap Dhika membuka suaranya. Adrian masih diam membisu menunggu kelanjutan ucapan dari Dhika.
"Begini, Papa tidak akan memaksamu Nak. Sebenarnya dari sejak lama mendiang Oma dan Opa ingin berbesan dengan keluarga dari Wiratama, tetapi karena kami sama-sama memiliki anak laki-laki maka rencana mereka di batalkan. Dan sekarang karena kebetulan Papa memiliki anak laki-laki dan mereka memiliki seorang anak perempuan. Kami berencana ingin menjodohkan kalian berdua. tetapi itupun kehendakmu, Papa tak akan memaksa," ucap Dhika.
"Stella?" tanya Adrian.
"Iya sayang, putri cantik yang kemarin malam kita temui," ucap Thalita.
Dan seulas seringai tercipta di bibir menawan nan menggoda milik Adrian. 'menarik.'
"Adrian mau menerima perjodohan ini," ucap Adrian dengan mantap membuat Thalita dan Dhika saling menatap dengan sedikit kebingungan.
"Kamu tampak bersemangat sekali," ucap Thalita.
"Gadis itu sangat menarik Ma, dan sepertinya ini peluang untuk Adrian," ucap Adrian misterius membuat Thalita tersenyum.
"Papa senang kamu mau menerima perjodohan ini," ucap Dhika yang di angguki Adrian.
***
"Apa?" pekik Stella. "Tidak mau!"
"Stella sayang, ini wasiat mendiang Kakek kamu, dan kesempatan kami untuk bisa berbesan dengan keluarga Adinata."
"Kenapa harus dengan dosen itu sih? Aku maunya sama Leonard!"
"Stella, Leonard sudah menikah. Kamu tidak bisa seenaknya seperti ini." Mama Stella menegur putri kesayangannya.
"Pokoknya tidak mau!" ucap Stella melipat tangannya di dada.
"Stella," ucapan sang Papa terhenti saat istrinya mengusap lengan suaminya.
"Sudah ah Stella ingin masuk ke kamar," ucapnya dan beranjak menuju ke kamarnya.
"Kita minta bantuan Ibu saja," ucap Mama Stella yang di angguki Papanya.
***
"Hallo Kirana,"
"Uncle Rian!" teriak Kirana, gadis kecil berusia 5 tahun itu berlari menerjang tubuh Adrian yang baru saja datang.
"Om bawa banyak boneka untukmu, Sayang." Adrian memangku tubuh Kirana dan menyerahkan boneka ke Kirana. "Sebagian di bawa Bibi dari dalam mobil Om."
"Selalu saja memanjakannya, boneka di kamarnya sudah sangat banyak, bikin sumpek dan gak bisa gerak," gerutu Leonna.
"Mommy iri yah sama Kiran, karena Kiran dapat boneka banyak. Sedangkan Mommy nggak dapat," ucap Kirana seraya meleletkan lidahnya ke arah Leonna membuat Leonna mendengus.
"Aku dengar kau menerima perjodohan dengan anak teman Papa," ucap Leonna menyuguhkan orange jus di atas meja untuk Adrian yang kini duduk di kursi meja bar di hadapan Leonna.
"Ya," ucap Adrian meneguk minumannya dan mendudukan Kirana di atas meja bar yang tampak anteng dengan bonekanya.
"Dia muridku di kampus," ucap Adrian membuat Leonna tertarik.
"Wow, Dosen dan Mahasiswi, menarik." Ucapnya terkekeh. "Jadi apa dia cantik?"
"Emm, masih lebih cantik Rose di film titanic," ucap Adrian membuat Leonna terkekeh. Adrian memang tergila-gila dengan pemeran utama di film titanic, padahal mungkin wanita itu sekarang sudah sangat tua. "Tetapi dia sangat gila dan bodoh," kekehnya.
"Gila dan bodoh?" Leonna menaikkan sebelah alisnya.
"Ya Gila dan bodoh, tetapi menarik," ucap Adrian masih dengan senyumannya.
"Aku penasaran bagaimana dengan rupa gadis yang tidak cantik tetapi bodoh dan gila," ucap Leonna.
"Apa Aunty itu lebih cantik dari Mommy, uncle?" tanya Kirana.
"Ya," ucap Adrian.
"Apa lebih cantik dari Kirana?" tanya Kirana sangat penasaran.
"Tidak, kamu jauh lebih cantik, baby." Andrian mengecup pipinya membuat Kirana tampak senang.
Kali ini Leonna yakin gadis ini memang bisa membuat Adrian bahagia, entah bagaimana rupa gadis itu. tetapi melihat Adrian sangat antusias saat membicarakannya, sudah pastilah gadis itu sangat spesial.
***
Stella datang ke kampus dengan wajah lesu, orangtuanya sangat pintar dengan mendatangkan Naani alias nenek kesayangannya. Ia sungguh menurut dan tidak bisa membantah Naani, dan sekarang Naani nya itu bekerja sama dengan kedua orangtuanya itu untuk menerima perjodohan ini.
Stella tak pernah bermimpi untuk menikah muda, apalagi di jodohkan. Memangnya ini di jaman siti nurbaya?
Andai pria itu Leonard, maka dia tak akan berpikir 2 kali untuk menolaknya. Tetapi ini sialnya dosen TMII musuh bebuyutannya, dosen killer yang masuk daftar pertama sebagai musuhnya. Bagaimana bisa dia menikah dengan pria licik selicik rubah itu.
"Woy melamun aja," tepukan di pundaknya membuatnya menoleh dan tampak Lenna berdiri di sampingnya.
"Kau mengagetkan saja, Lennong!" gerutu Stella.
"Ada apa? Kau tampak suram seperti tak ada daya dan upaya menjalani hidup yang menyedihkan ini," ucap Lenna dengan lebay.
"Ih amit amit deh kata-kata loe!" gerutu Stella membuat Lenna terkekeh.
"Kenapa sih loe?" tanya Lenna.
"Gue mau di jodohin sama bandot tua," ucapnya dengan wajah sedih.
"What? Sumpeh loe?" tanya Lenna membuat Stella menyipitkan matanya karena kata-kata alay Lenna.
"Yah, menyedihkan banget hidup gue, rasanya gue ingin lari dari kenyataan." Kali ini Lenna yang mencibir karena kelebayan Stella.
Sebenarnya mereka berdua sangatlah cocok apalagi dalam hal lebay, tak salah mereka menjadi sahabat dari sejak SMP.
"Loe bilang nyokap bokap loe sayang banget sama loe, kok mereka tega sih mau nikahin loe sama bandot tua?" tanya Lenna.
"Mungkin mereka lelah menghadapi gue," ucap Stella.
"Memang siapa sih? Bandot tua darimana? Rekan bisnis bokap loe?" tanya Lenna semakin penasaran, karena setaunya orangtua Stella adalah orangtua terbaik dan sangat memanjakan Stella, tidak mungkin kan mereka menyerahkan putri kesayangannya pada seorang bandot tua atau seorang gadun. Sungguh tak masuk di akal.
"Dia itu bukan rekan bisnis bokap gue, tetapi dia itu dosen kita," ucapan Stella semakin membuat mata Lenna membelalak lebar.
"Do-dosen kita? Siapa?" tanyanya mengingat lagi dosen yang belum menikah di kampus ini, tidak mungkin kan dia di jodohkan dengan seorang pria beristri? Orang tua macam apa yang menjodohkan putri mereka pada pria beristri.
"Apa pak Tama?" tanya Lenna,
"Bukan ih, masa pak Tama."
"Kalau begitu pak Kurnadi, pak Sulaeman?" tanya Lenna.
"Heh, apaan sih. Mereka tuh perjaka tua, usia gue aja udah seperti anaknya, loe kira-kira dong!" cibir Stella.
"Pan loe bilang bandot tua, yah gue pikir seperti gadun gitu. Usianya di atas 35tahunan dan belum menikah, di kampus kita siapa lagi selain mereka." Lenna berucap dengan kesal karena Stella membuatnya bingung.
"Pak Adrian."
"WHAT???????"
"Loe mau buat gue budek, hah?" pekik Stella mengusap telinganya.
Pletak
Lenna menggeplak kening Stella hingga membuatnya meringis.
"Wah beneran loe butuh dokter mata. Ya amsyong, cowok setampan, segagah, semuda dan seimut mister Adrian di bilang bandot tua. Loe bener-bener butuh psikiater Stell."
"Apaan sih loe," cibir Stella.
"Tapi ngomong-ngomong serius loe mau di jodohkan dengan Mr. Adrian? Wah beruntung banget, bakalan banyak mahasiswi yang patah hati, termasuk gue," ucap Lenna dengan raut wajah sedih.
Stella hanya mendengus kesal seraya memikirkan bagaimana caranya membatalkan perjodohan ini. Bisa gila kalau dia menikah dengan dosen TMII itu.
***
