Bab 5
Malam ini aku dan Lenna diam-diam kabur dari rumah dan pergi ke sebuah club malam yang ada di Jakarta. Aku sebelumnya tidak pernah ke tempat seperti ini, karena orangtuaku begitu menjagaku dengan ketat. Tetapi karena malam ini Papaku sedang ada pekerjaan diluar kota dan hanya ada Mama, jadi aku bisa keluar dari rumah dan datang ke sini bersama Lenna sahabatku. Mungkin untuk sekedar mencari teman kencan atau bersenang-senang.
Aku duduk di kursi penumpang dimana Lenna sedang duduk manis di kursi pengemudi. Kami begitu bahagia bisa keluar dari rumah malam minggu ini. Lenna tampak cantik dengan setelah kemeja dan rok mini yang begitu seksi berwarna tosca dan putih. Dan aku memakai dres ketat berwarna hitam dan begitu pas di tubuhku hingga memperlihatkan semua lekukan tubuhku yang bisa terbilang seksi.
Aku menuruni mobil bersama dengan Lenna dan masuk ke sebuah club yang cukup terkenal dan mewah di Jakarta. Saat memasuki ruangan besar yang gelap dan pencahayaan minim, kami di sambut oleh suara keras yang memekakan telinga. Beribu orang berlalu lalang dan ada juga yang menari di tempatnya. Suasananya begitu hidup dan ramai sekali walau sedikit pengap dan berbagai macam bau. Dari bau rokok sampai alkohol.
"Aduh," ringis Lenna membuatku menoleh padanya.
"Kenapa loe?"
"Perut gue melilit, astaga kenapa harus mules di saat yang tidak tepat." Ya Tuhan Lenna, hahaha.
"Loe abis makan apaan emang tadi?"
"Baso, ya Tuhan gue gak tahan lagi Stell."
"Ya udah sana ke kamar mandi, malah curhat."
"Iya, sebentar yah, jangan kemana-mana." Dia langsung beranjak berlalu pergi.
Well? Sekarang aku sendiri dan aku harus mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Aku memilih duduk di sebuah kursi bartender yang cukup kosong walau tak jauh dariku 3 orang pria tengah duduk dan terang-terangan memperhatikanku.
"Minum apa?" tanya sang bartender membuatku sedikit bingung. Jujur saja aku tidak pernah ke tempat seperti ini sebelumnya.
"Itu," ucapku menunjuk ke seorang wanita yang duduk sendiri seraya meneguk cairan coklat terang dengan campuran buah kiwi yang terlihat manis.
Tak lama bartender itu menyerahkan minuman yang sama padaku. Aku menatap sekeliling seraya menyeduh minuman itu dan rasanya. Pahit!
Ini kelihatannya manis tetapi rasanya kenapa pahit. Sungguh penampilan yang menipu. Minuman ini mengingatkanku pada dosen itu, mirip sekali dengan jenis minuman ini. Dan kenapa aku harus mengingatnya lagi?
Aku mengusap wajahku supaya dosen TMII itu lenyap dari otakku, aku membencinya dan rasanya tak perlu otakku ternodai oleh wajah super menyebalkannya itu.
Aku menatap sekeliling mencari pemandangan yang indah, tetapi tak ada sesuatu yang menarik perhatianku. Hingga bartender menyerahkan minuman lagi padaku padahal aku tak memesannya. Minuman itu berwarna coklat dan berada di dalam takaran gelas kecil.
"Aku tidak memesannya," seruku pada bartender itu.
"Itu bonus untukmu Nona, dari pria di sana," ucapnya membuatku menoleh dan ketiga pria tadi tampak mengedipkan matanya dan melambaikan matanya kepadaku membuatku mendengus. Mereka pikir aku akan tertipu dan meneguk minuman mereka ini. Bagaimana kalau airnya memakai obat bisu atau obat tidur kadar tinggi. Bisa kehilangan segalanya...
Aku memalingkan wajahku dan meneguk minumanku sendiri walau rasanya begitu pahit membuatku meleletkan lidah karena rasanya yang pahit dan panas ke daerah kerongkonganku. Ngomong-ngomong Lenna lama sekali. Apa dia boker di negri Jiran? Sampai belum kembali juga.
Aduh, kenapa dengan kepalaku. Aku merasa hatiku senang dan melayang. Kepalaku juga seperti ada ribuan bintang mengelilingi. Sepertinya aku mulai mengantuk. Aku kembali meneguk minumanku hingga habis berusaha menghilangkan kantuk dan rasa panas di tenggorokanku. Tetapi bukannya menolong, aku malah semakin berkunang-kunang.
"Stella," panggilan itu membuatku menoleh dan seketika semuanya gelap.
***
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan terlihat langit-langit kamar berwarna coklat, aku mengernyitkan dahiku. Seingatku semalam aku berada di sebuah club malam menunggu Lenna kenapa sekarang aku ada di sini. Apa aku sudah pulang? Tapi ini bukan rumahku.
Aku membelalak lebar saat mengingat ketiga pria itu. aku hendak bangun tetapi gerakanku terhenti saat tangan kekar melingkar di perutku dengan posesive.
Ya Tuhan!!! Apa yang aku lakukan????
Aku langsung meloncat dari ranjang dengan menedang tubuh pria itu. Aku menunduk dan memeriksa seluruh pakaianku dan Utuh, syukurlah.
"Kenapa kau berisik sekali, Stell?" ucapnya membuatku membelalak lebar.
"Mr. Adrian?"
***
