Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Wajahnya Tampan, Masih Bisa Diselamatkan

Dari seluruh fitur yang ada di wajahnya ini, yang paling dia sukai adalah bagian mata. Matanya sangat terang dan jernih, sangat mirip dengan matanya sendiri. Saat dia masih kuliah, pernah ada seseorang yang menuliskan surat cinta untuknya. Di dalam surat itu, sang pengirim mengatakan bahwa matanya seolah dipenuhi dengan cahaya bintang dan embun pagi yang begitu indah. Meskipun deskripsi ini sedikit berlebihan, matanya memang benar-benar seindah itu.

Ming Ruo mengangkat lengan bajunya untuk menyeka riasan di wajahnya. Hmmm...ini jauh lebih mengerikan dibanding saat tadi.

Pada akhirnya, dia menyerah.

Dia melemparkan cermin di tangannya ke samping, mengambil cadar merah yang tergantung di kepalanya, kemudian melipatnya dan menggunakannya untuk menutupi setengah wajahnya sampai hanya kedua matanya saja yang terlihat.

Dia bukannya takut kalau dirinya akan menakuti orang lain dengan wajah ini, tapi takut kalau dirinya sendiri yang terkejut saat melihat pantulan wajahnya di cermin.

Ming Ruo berjalan ke pintu, kemudian mendorongnya hingga terbuka secara perlahan.

Furnitur di luar ruangan tersebut ternyata jauh lebih indah dan mewah, tapi hal yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah peti mati berpernis hitam dengan pola emas, yang diletakkan di bagian tengahnya.

Ming Ruo terlahir di keluarga dokter metafisika, jadi hal-hal yang menyangkut kematian, hantu dan sejenisnya bukan merupakan hal tabu baginya, seperti kata pepatah: Tidak melakukan hal buruk, tidak perlu takut didatangi hantu.

Dia melangkah maju perlahan-lahan sambil sedikit mengangkat gaunnya, hal yang mengejutkannya adalah, peti mati tersebut hanya setengah tertutup...

Pria yang berbaring di peti mati itu memakai sebuah mahkota di kepalanya dan memakai jubah hitam dengan pola naga bercakar empat, ada sebuah gesper berpola naga dan sebuah pedang yang tergantung di pinggangnya, wajahnya sangat tampan dan gagah.

Apa pria ini adalah Raja Yun?

Ckck, sayang sekali, padahal dia mempunyai wajah setampan ini, tapi dia harus mati di usia yang begitu muda, apa jangan-jangan...Tuhan iri dengan ketampanannya?

"Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini...wajahnya begitu tampan, dia sama sekali tidak terlihat seperti orang yang umurnya tidak akan lama..." Meskipun Ming Ruo bahkan tidak mewarisi 1% dari ilmu fisiognomi yang dikuasai ayahnya, tapi tidak masalah kalau hanya melihat-lihat saja.

Wajah ini tidak terlihat seperti wajah orang yang sudah mati. Seingatnya, orang-orang mengatakan bahwa penyakit jantung Raja Yun kambuh, tapi kalau dilihat dari fisiknya, pria ini tidak terlihat seperti orang yang sakit parah...

Peti mati tersebut sangat tinggi, sehingga Ming Ruo tidak bisa menyentuh pria itu bahkan meskipun dia sudah berjinjit dan memasukkan setengah tubuhnya ke dalam peti itu...

Dia menghela napas sejenak, tidak punya pilihan lain selain mengangkat gaunnya dan melompat hingga akhirnya masuk ke dalam peti mati tersebut.

"Ah..." Ming Ruo terjatuh tepat di atas "mayat" yang terbaring di dalam peti tersebut.

Dia bukannya mempunyai keseimbangan yang buruk, tapi peti mati tersebut dipenuhi dengan mutiara yang berkilauan, dia sama sekali tidak bisa menjaga keseimbangannya.

Ming Ruo langsung berdiri dengan tergesa-gesa, kemudian berkata sambil menyatukan kedua tangannya, "Maaf, maafkan aku, tolong jangan tersinggung. Wajahmu sangat tampan, aku rasa kamu masih bisa diselamatkan. Kalau masih bisa diselamatkan, maka kamu tidak akan mati, aku pun tidak perlu ikut dikubur bersamamu, dengan begitu kita berdua sama-sama diuntungkakn..."

Ming Ruo merasa bahwa menyelamatkan Raja Yun adalah satu-satunya cara agar dirinya bisa tetap hidup.

Sang pemilik tubuh asli adalah Permaisuri yang akan ikut dikuburkan bersama Raja Yun. Kalau pria itu mati, sejauh apapun dia melarikan diri nantinya, pada akhirnya dia pasti akan tertangkap dan dibawa kembali ke sini atas perintah dari istana.

Selain itu, Ming Ruo juga tidak mempunyai kepercayaan diri untuk melarikan diri dan keluar dari tempat ini seorang diri, dengan kondisi makam yang seperti ini, di dalamnya mungkin ada banyak jebakan yang sedang menunggunya.

Ming Ruo mengulurkan tangannya untuk memeriksa denyut nadi pria itu, denyut nadinya sama sekali tidak ada, tapi kulit dan persendian pergelangan tangannya tidak kaku, jelas sekali bahwa ini bukan kondisi "mayat" seperti pada umumnya.

Ming Ruo tanpa sadar mengaktifkan sistem medis yang tertanam di sistem saraf pusatnya, tapi saat ini dia sedang "meminjam" tubuh orang lain, apa itu artinya sistem medis tidak bisa digunakan?

Sepertinya ada yang salah dengan sistem medisnya, tapi dia tidak tahu salahnya ada di bagian mana, untuk saat ini dia belum bisa memahaminya, tapi untungnya dia masih bisa menggunakannya.

Setelah melakukan pemeriksaan singkat, benar saja, ternyata pria tampan ini belum mati, hanya saja tanda-tanda vital di tubuhnya sangat lemah, dan kambuhnya penyakit jantungnya bukan karena serangan jantung mendadak, melainkan karena ada sebuah benda asing yang tertahan di dalam jantungnya.

Kalau dilihat dari hasil MRI-nya, itu seperti sebuah benda logam berbentuk kerucut, dan itu terlihat seperti sebuah luka lama. Benda logam itu seolah dibungkus oleh sesuatu, yang melindungi jantungnya sampai batas tertentu. Kalau tidak ada benda itu, mungkin pria ini sudah mati sejak lama.

Kondisi pria ini sama sekali tidak baik, tapi belum sampai ke tahap "tidak bisa diselamatkan lagi".

Ming Ruo harus menyelamatkannya terlebih dahulu, dan ketika tubuhnya sudah dalam keadaan mampu untuk menjalani operasi pembedahan, dia baru akan mengeluarkan benda asing tersebut dari tubuhnya, karena ini adalah cara pengobatan terbaik yang bisa dia lakukan.

Namun, langkah pertama yang harus dia lakukan ini sangat sulit.

Ming Ruo menarik napas dalam-dalam, setelah itu dia memulai proses penyelamatan pertamanya.

Untungnya, dia mempunyai sistem medis dalam dirinya, karena kalau tidak, bahkan meski dia merupakan seorang master dalam dunia kedokteran pun, dia akan sangat kesulitan untuk menyelamatkannya.

Setelah menstimulus jantungnya dengan cara menusukkan jarum, Ming Ruo terus melakukan resusitasi jantung paru terhadapnya, butiran keringat mulai membasahi dahinya hingga menetes ke pakaian pria itu, tapi dia terus melakukannya lagi dan lagi.

"Aku mohon, berdetaklah kembali..."

Tiba-tiba, terdengar suara mendesing yang cukup nyaring. Ming Ruo merasakan ada benda dingin yang menempel pada lehernya, benda dingin itu adalah sebuah pedang...

Tangan Ming Ruo langsung membeku, dia mengangkat matanya dan menatap wajah pria itu, tiba-tiba matanya bertemu dengan sepasang mata yang begitu dingin.

Wajah pria yang masih dalam keadaan koma itu sangat tampan, hingga membuat orang lain tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke arahnya lagi, dan setelah pria itu sadarkan diri, mata dinginnya itu bahkan lebih menakjubkan lagi, hanya saja, aura dingin yang terpancar dari dirinya terlalu kuat, hal ini membuat orang lain tidak berani menatapnya secara langsung.

Tenggorokan Ming Ruo tercekat, dia tahu betul kalau begitu pedang ini digerakkan ke arahnya lagi barang satu milimeter saja, darahnya akan langsung memercik ke mana-mana.

Untungnya, setelah mempelajari dan mempraktikkan ilmu kedokteran selama bertahun-tahun, dia menjadi lebih bisa mengendalikan perasaannya, terutama perasaan takut dan panik, jadi, dia hanya terdiam di tempatnya selama beberapa detik, setelah itu baru berkata dengan tenang, "Saat ini kamu mengalami gagal jantung, kalau kamu sampai terkena serangan jantung mendadak lagi, bahkan seorang Dewa pun tidak akan mampu menyelamatkanmu..."

Si Haochen tidak memahami arti dari frasa "gagal jantung" dan "serangan jantung mendadak" yang diucapkan oleh Ming Ruo barusan, tapi dia bisa memahami kalimat terakhir yang wanita itu ucapkan. Pergelangan tangan Si Haochen langsung mengendur dan pedang panjangnya langsung terlepas dari genggamannya hingga terjatuh ke peti mati. Detik berikutnya, dia terbatuk-batuk dengan keras.

Ekspresi wajah Ming Ruo sedikit berubah, dia bergegas mengeluarkan jarum perak dan menusukkannya ke beberapa titik utama untuk melindungi pembuluh darah jantungnya, kemudian dia mengeluarkan sebutir pil penyelamat jantung dan menyodorkannya ke depan mulut Si Haochen, "Letakkan pil ini di bawah lidahmu terlebih dahulu dan jangan langsung ditelan."

Si Haochen tidak membuka mulutnya, mata dinginnya sedikit menyipit.

Setelah tinggal di keluarga kekaisaran selama lebih dari dua puluh tahun, dia selalu meningkatkan kewaspadaannya terhadap siapa pun termasuk terhadap orang-orang terdekatnya, apa lagi terhadap orang asing sepertinya.

"Kalau aku berniat untuk menyakitimu, aku hanya tinggal duduk di sampingmu dan menunggu sampai kamu mati dengan sendirinya. Untuk apa aku repot-repot melakukan ini terhadapmu..."

Ming Ruo memiliki temperamen yang cukup buruk. Tidak peduli seberapa pun sulitnya pasien yang dia tangani, pasien itu harus patuh kepadanya. Hari ini adalah hari yang baru baginya. Pertama, "pasien"nya ini menodongkan pedang ke lehernya, dan sekarang, dia tidak mau bekerja sama dengannya dalam proses penyelamatannya ini, hal ini benar-benar membuat Ming Ruo ingin membiarkannya mati begitu saja!

"Akupunktur ini membuat kondisi jantungku terkendali."

Penyakit jantung ini telah menyiksa Si Haochen selama tiga tahun lamanya. Setiap dua sampai tiga bulan sekali, dia selalu berada di ambang kematian. Meskipun penyakit yang diidap oleh Si Haochen ini belum sampai ke tingkat penyakit jangka panjang, tapi dia bisa mengetahui dengan jelas apakah gejalanya sudah mereda atau belum.

Keterampilan akupunktur wanita ini tidak berada di bawah keterampilan akupunktur Tabib Sakti Xue, dan kalau dalam hal keterampilan medis, dia jelas berada di atasnya.

Dengan kondisinya saat ini, Tabib Sakti Xue tidak hanya akan menggunakan teknik akupunktur dan meminum obat, tapi juga membutuhkan orang lain untuk menggunakan kekuatan internalnya untuk membantunya mengendalikan kondisi jantung Si Haochen.

Ming Ruo mempunyai mata yang tajam dan gerakan tangan yang cepat, ketika Si Haochen sedang berbicara, dia memanfaatkan momen ini untuk melemparkan pil penyelamat jantung ke mulut Si Haochen, "Tahan dulu sebentar."

Si Haochen sedikit tersedak, dia langsung menatap wanita di depannya itu lekat-lekat seolah sedang mengatakan: Apa kamu mencoba untuk membuatku mati tersedak?

Namun, saat pil yang pahit itu berangsur-angsur meleleh di dalam mulutnya, rasa sakit di jantungnya juga berangsur-angsur mereda, napasnya yang sebelumnya terasa berat juga berangsur-angsur menjadi ringan.

Ming Ruo berpura-pura memeriksa denyut nadi Si Haochen, padahal sebenarnya dia sedang memeriksanya dengan sistem medis.

Kondisi fisik pria ini benar-benar tidak biasa. Bisa pulih ke kondisi seperti ini setelah melalui proses penyelamatan barusan benar-benar seperti sebuah keajaiban.

Namun, gula darahnya masih sangat rendah, "Apa kamu merasa pusing?"

"Iya." Si Haochen menjawab dengan singkat.

"Tunggu sebentar." Ming Ruo merangkak keluar dari peti mati tersebut, kemudian berjalan mengelilingi ruangan tersebut.

Dia mengambil cangkir teh yang tertata rapi di atas meja, kelihatannya cangkir itu tidak kotor, jadi dia langsung membuka sebotol glukosa dan menuangkannya ke dalam cangkir tersebut hingga penuh.

Proses penyelamatan pertamanya ini juga membuat dirinya pusing, jadi dia meminum secangkir glukosa itu terlebih dahulu, kemudian baru menuangkannya secangkir lagi.

Ming Ruo adalah orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak, sebotol glukosa ini seharusnya belum ada di di zaman ini, agar nantinya dia tidak terlibat masalah karena hal ini, dia memutuskan untuk mengambil tindakan preventif.

Dia membuang botol glukosa yang sudah kosong itu ke tempat sampah daur ulang yang ada di dalam sistemnya, kemudian baru berjalan kembali ke peti mati.

Si Haochen sedang duduk bersandar di peti mati tersebut, sepasang mata gelapnya memandangi Ming Ruo yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.

Ming Ruo menyerahkan cangkir berisi cairan glukosa itu kepada Si Haochen, Si Haochen langsung menerimanya dan meminumnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel