Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pesta Pertunangan

Hotel Queen menjadi saksi betapa tamu yang datang sangat banyak. Malam ini adalah malam dimana Ibra dan Izma akan melangsungkan pesta pertunangan.

Hotel yang mewah dan dekorasi yang megah membawa suana glamor dan elite. Tentu saja yang mengadakan pesta adalah orang terkenal di kota New York. Bukan pesta yang kecil. Tetapi pesta yang meriah dengan 1000 tamu undangan. Bahkan untuk sebuah pertunangan ini terlalu istimewa.

Izma tidak menyangka bahwa dia akan di berikan pesta pertunangan semeriah ini oleh keluarga Ibra. Padahal dia adalah seorang janda dan bahkan sempat hamil. Tetapi beruntunglah Izma karena Ibra dan keluarganya menerima semua kekurangan Izma tanpa ragu dan tanpa batas.

"Ya Tuhan pesta pertunangan ini begitu meriah, tidak terpikirkan aku bisa bertunangan dengan pesta semegah ini," kata Izma di dasar hatinya. Mengingat bahwa dahulu bahkan Izma menikah dengan Azam secara tersembunyi dan tanpa pesta sama sekali. Hanya ada penghulu dan beberapa saksi pernikahan.

Dunia kini terbalik. Bahkan Izma bisa mendapatkan pesta lebih dari seorang gadis.

Layaknya seorang Cinderella Izma datang kepada pangeran yang bernama Ibrahim. Yang super sempurna dengan kekayaan yang tak terbatas. Pria keturunan Arab ini super sempurna dan tidak kalah tampan dari Pangeran Arab.

"Bagaimana Sayang, apa kamu suka?" tanya Ibra dengan senyum yang manis. Menggenggam tangan sang calon tunangannya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Izma menoleh dan tersenyum kepada Ibrahim. Dia mengangguk dengan wajah bersemu merah. Walau beberapa hari ini wanita itu sempat dilema dengan keputusannya. Tetapi kini hatinya sudah mantap. Bahwa Ibra dan keluarganyalah tempatnya untuk pulang dan memungut beberapa mimpinya soal pernikahan.

"Ayo Sayang, kita naik ke panggung pelaminan," ajak Ibra manis.

"Iya, Ibra aku akan mengikutimu," jawab Izma dengan penuh keyakinan. Tidak di pungkiri bahwa wanita itu terobati oleh pesta yang meriah ini. Rasa galau beberapa hari ini sirna karena melihat betapa tulusnya keluarga Ibra menerima dirinya.

"Sayang ayo naik, cepatlah kalian sudah ditunggu oleh para tamu undangan," kata umi Sayida kepada Izma dan Ibra.

"Iya Umi, terima kasih," jawab Izma dengan senyumannya.

Wanita itu berjalan du samping Ibra. Melangkah dengan anggun dan gaun berwarna hijau muda, memperlihatkan kecantikan yang terpancar bagaikan sinar rembulan.

Detik demi detik seolah mengiringi langkah kaki mereka menuju ke panggung pelaminan. Seperti halnya degupan jantung yang tak beraturan di antara keduanya.

"Silahkan waktunya untuk kalian bertukar cincin," kata pembawa acara dengan senyum yang lebar.

Semua tamu undangan bertepuk tangan, ketika kini Ibra sudah berhasil memasangkan cincin di jemari sang kekasih. Dan juga sebaliknya. Mereka berdua kini sudah resmi bertunangan. Umi dan Abi Ibrahim bahkan meneteskan air matanya. Ketika melihat putranya bertunangan.

Pasalnya mereka berharap Ibra segera menikah dan memberikan seorang cucu untuk keturunan mereka, yang bisa menjadi ahli waris untuk keluarga mereka.

"Kiss kiss kiss," riuh para tamu undangan meneriakkan dengan sangat kencang. Agar Ibra dan Izma berciuman. Namun Izma hanya tersenyum dengan pipi yang memerah. Wanita itu menundukkan wajahnya. Lalu Ibra mengangkat dagu sang kekasih sehingga kini mereka saling bertatapan.

"Izma ... you are mine," bisik Ibra dengan sangat romantis lalu pria itu mengecup kening wanita cantik di hadapannya. Dan Izma hanya bisa memejamkan matanya saja.

Umi dan Abi sangat senang dengan tindakan Ibra kepada Izma. Walau pun mereka tinggal di New York dengan segala pergaulan bebasnya. Tetapi Ibra putranya Sangat menghargai perempuan. apalagi Izma. Kecupan di kening itu membuktikan bahwa Ibra memang tidak urakan dan tidak menggunakan budaya barat walau pun mereka tinggal di barat.

Satu sisi Ibra sangat berdebar bahkan hanya sekedar mengecup lembut kening sang kekasih. Apalagi kalau mereka berbuat lebih.

Mereka berdua kini sudah berdiri dan menerima ucapan terima kasih dari para tamu undangan. Senyum bahagia terpancar dari keduanya. Walau kebahagiaan Izma tidak sebesar kebahagiaan Ibra. Tetapi Izma berusaha untuk terlihat menjadi wanita paling bahagia di muka bumi ini. Dan itu sudah dia lalukan.

Para Wartawan sudah menayangkan secara langsung berita pertunangan Ibra dan Izma. Sekarang seluruh New York tahu soal pesta pertunangan tersebut.

"Dokter Izma, Dokter Ibra, kalian sangat cocok, ya," kata salah satu Suster di Rumah Sakit tempat mereka bekerja.

"Suster Anita, terima kasih ya." Izma menorehkan senyuman manis. Dan mereka berpelukan. Banyak sekali yang mengucapkan selamat kepada mereka berdua.

Tapi memang sebuah kenyataan bahwa mereka sangat serasi. Izma yang cantik dan Ibra yang tampan. Membuat orang iri karena mereka sangat sempurna. Jika kelak mereka menikah maka mereka pasti akan mendapatkan anak yang sangat cantik dan juga tampan.

"Suster Anita datang dengan siapa?" Izma berbisik pada Susternya.

"Emhh ... itu Dok eh, teman." Wanita itu bersemu merah, karena merasa malu.

"Baiklah aku tahu, dia pasti kekasihmu kan." Izma tersenyum manis. Dan Suster Anita kini hanya mengangguk.

"Sayang, nanti saja bergosipnya. Lihat di Belakang kita antri," kata teman pria Suster Anita.

"Oh iya, eh pokonya selamat ya untuk kalian berdua, semoga ini adalah awal kebahagiaan untuk kalian berdua," kata Suster Anita lalu segera berlalu.

"Terima kasih banyak, Sayang banyak sekali yang mendoakan kita," bisik Ibra dengan senyuman manisnya. Lalu Izma pun tersenyum manis kepada Ibra.

Mereka lalu bersalaman dengan tamu yang lainnya. Sungguh itu sangat menyenangkan sekaligus sangat melelahkan. Sampai larut malam mereka akhirnya bisa duduk santai.

"Pestanya sudah selesai, Sayang sini peluk Umi," kata Umi Sayiba dengan senyuman manisnya.

"Umi, terima kasih pestanya sangat meriah, walau terkadang Izma minder Umi, Izma hanya hanya seorang janda, apa Izma tidak pantas mendapatkan Ibra?" kata Izma sambil menatap Umi.

"Izma Sayang, jangan berkata seperti itu, kamu begitu berharga untuk putra Umi, Ibra begitu mencintai kamu, dan kami sudah sewajarnya memberikan seluruh restu kami untuk kalian berdua, Sayang. Umi harap pernikahan kalian kelak bahkan bisa lebih meriah dari pesta malam ini. Umi janji, selama Umi mampu, Umi akan memberikan yang terbaik untuk Izma dan Ibra," tutur Umi Sayiba dengan senyumannya.

Izma tidak tahu harus berkata apa. Pasalnya Umi Sayiba terlalu baik untukknya. Dia selama ini tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Semenjak ibunya meninggal. Kini Umi Sayiba bahkan memberikan seluruh kasih sayangnya untuk Izma, layaknya anak perempuannya sendiri.

Lantas apa alasan Izma untuk tidak bahagia, jika mendapatkan keluarga yang begitu tulus menyayanginya.

"Umi, Izma Sayang Umi," lirih Izma dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu Umi pun memeluk Izma kembali. Setelah itu Abi datang bersama Ibra.

"Jadi Abi tidak di sayang?" tanya Abi.

"Abi?"

"Sini peluk Abi, Sayang. Menantu Abi yang cantik."

Izma melepaskan pelukan Umi lalu berjalan memeluk Abi-nya. Hati Izma begitu hangat. Keluarga Ibra adalah keluarga terbaik yang dia miliki. Tidak ada alasan Izma untuk tidak bahagia. Tetapi kenapa rasanya masih terasa hampa?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel