Doctor I'm Yours

Dan ketika semua rencana untuk menata masa depan yang dirancang begitu apik kemudian hancur secara tak terduga, maka hanya akan ada kehancuran yang membungkam semua mulut kala harapan tak sesuai dengan takdir. Timbunan tanah merah tersebut membuat setiap mata yang memandang jelas merasa sedih dan hancur. Terutama, sosok pria yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara apapun.

Tangisnya tak lagi tersisa. Kacamata yang dikenakan olehnya itu menutup mata hijaunya yang terlihat sangat hancur. Dari semua manusia yang mati hari ini, kenapa diharuskan istrinya menjadi salah satunya? Padahal, baru saja mereka hendak menata bersama-sama masa depan tepat setelah istrinya melahirkan. Namun, takdir berkata lain. Istrinya hanya meninggalkan sang anak untuk dirawat olehnya. Anak yang bahkan sama sekali belum melihat sosok ibunya.

“Sayang,” Eliza Henderson menepuk pundak puteranya. “Kita harus kembali ke rumah sakit. Keylo butuh melihatmu, Nak.”

William atau biasa dipanggil Willy hanya bisa mengangguk lemah. Ditatapnya makam itu untuk yang terakhir sebelum langkahnya menjauhi kuburan tersebut.

“Kenapa kau memilih untuk melahirkannya jika kau tahu kau akan mati?” tanyanya sesak dalam hati. “Apa kau sengaja melakukan ini, Keey?”

Willy menggeleng miris. Istrinya mati karena melahirkan putera pertama mereka. Istrinya telah pergi meninggalkannya. Janji yang awalnya dibuat berdua, hanya akan ditepati oleh satu orang. Karena Willy tahu, janji tetaplah janji! Dan janjinya kepada Keeyna ataupun janji Keeyna kepadanya adalah tetap hidup walau keduanya akan terpisah oleh maut.