Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Lelaki itu bernama Arjanta

Sudah hampir putus asa Laras saat ini, entah karena syndrom ketakutannya yang membuat dirinya kini tak bisa berjalan tiba-tiba. Ia terus meneriaki nama Fabian ditengah keputus asaannya, biasaya kekasihnya selalu datang menolongnya saat dia dalam masalah.

Dalam ketakutannya tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, bulu kuduknya sudah mulai merinding, matanya sudah mulai basah hingga dia sudah tak bisa mengontrol detak jantungnya yang sudah berdetak kencang tak karuan karena ketakutan.

Tak ada yang bisa ia lakukan, kakinya seperti lumpuh tak bisa digerakkan sama sekali, dalam hatinya selalu berpikir bahwa ini adalah hidup terakhirnya di Dunia ini.

“ Ya Allah, tolong selamatkan aku, aku belum menikmati surga Dunia saat ini.” Gumamnya dalam hati

Kreteeeek...

Terdengar cukup kencang suara pintu itu saat dibuka, Laras yang saat ini tak tau apa yang harus dilakukan hanya menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara sedikit pun.

“ Laras.. Laras.. Kamu dimana Laras?”

Terdengar suara lelaki memanggil namanya, namun Laras tak bergeming karrna ia tak kenal dengan suara bariton serak-serak basah dan sexy itu.

Lama Pemuda itu berteriak memanggil nama Laras, namun tak ada sahutan sedikitpun dari dalam Gubug itu, ia tau saat ini Laras pasti bersembunyi dan sedang ketakutan hingga dia pun tak berani bersuara saat ini.

“ Gadis bod*h, kenapa dia tak menayahut setelah aku memanggil namanya, jika kau terdiam terus malah kau bisa mati disini.” Umpatnya saat ini

Ia pun menyisir disetiap Ruangan yang ada di dalam Gubug itu, terlihat saru Ruangan yang cukup sempit yang ada disebelah kamar utama Gubug tersebut, disitu dia belum menyisir tempat tersebut. Segera dia memasuki Ruangan sempit itu, karena gelap ia pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menyalakan senter yang menerangi Ruangan tersebut.

Terlihat seorang gadis tengah meringkuk dibawah dengan wajah yang ditutupi kedua tangannya. Ia terlihat ketakutan saat itu, sungguh aku tak tega melihatnya.

“ T-tolong J-jangan s-sakiti a-aku.” Ucapnya dengan terbata-bata dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya

Segera pemuda tersebut menghampiri dirinya, lalu ia mulai berjongkok dan dengan perlahan mulai membuka tangannya yang menutupi wajahnya.

“ Kau tak perlu takut, aku akan segera menolong mu.” Ucapnya dengan tersenyum

“ Kau..” ucapnya dengan sedikit kebingungan ketika yang datang adalah Pemuda yang selalu membuatnya kesal sejak awal berkenalan

“ Iya , ini aku Arjanta, Laras.” Ucapnya dengan tersenyum ke arah Laras

Laras tak menanggapi, ia pun terpaksa harus pasrah saat Arjanta datang untuk menolong dirinya. Arjanta mulai menggendong tubuh mungilnya untuk segera keluar dari Gubug terdebut . terlihat wsjah Laras yang tertunduk malu saat Arjanta menggendongnya saat itu, kedua tangannya ia kalungkan di leher Arjanta, terlihat Arjanta yang saat ini tersenyum penuh kemenangan setelah lama diacuhkan oleh Laras sejak awal bertemu.

Tak lama kemudian Yuni menghampiri Kami, terlihat wsjah cemas saat melihatku saat ini. Kami pun segera mempercepat langkah kami menuju Balai Penginapan untuk segera memberitahukan kejadian ini kepada teman-teman kami.

Cukup jauh kami menyusuri jalanan setapak menuju Balai Penginapan kami, desa ini masih asri dan belum ada perbaikan jalan yang menghubungkan antara satu dusun dengan dusun lainnya.

Ku lihat peluh keringat sudah membasahi wajah Arjanta , inginku menghapus peluh keringat itu dengan lengan jaketku , namun aku terlalu gengsi untuk melakukan itu, ditambah dia yang terus memandangi wajahku.

Beberapa lama kemudian, akhirnya kami pun sampai di Pondok tersebut, segera aku dibaringkan oleh Arjanta di Kamar tidurku, kakiku di selonjorkan dan aku didudukkan olehnya, tak lama kemudian dia keluar entah kemana, aku mencoba untuk menggerakkan kakiku yang baru bisa digerakkan lagi walaupun hanya sedikit. Sejenak aku mengulas senyuman dalam pikiranku aku bersyukur karena aku tidak akan lumpuh.

Saat aku menggerakkan kakiku, tiba-tiba Arjanta masuk dengan membawah ramuan untuk kaki ku, ia sibakkan celana kulot yang aku pakai sampai atas lutut, tangannya kini mulai lincah mengolesi ramuan pada kedua kakiku..

Entah apa yang aku rasakan, pikiranku sudah mulai melayang saat tangannya mulai mengolesi ramuan itu pada dua kakiku, aku merasakan tangannya seperti menggelitik diriku, hingga pada akhirnya aku sedikit terangsang oleh sentuhan tangannya itu.

Tangan itu seakan menghipnotis pikiranku hingga aku tak sadar aku mendesah saat itu dan langsung aku tutup mulutku saat Yuni dan Arjanta melihatku dengan tatapan heran.

Kulihat Arjanta yang sudah tau akan diriku yang sudah terangsang oleh sentuhannya, ia pun tak berhenti sampai disitu, ia lalu menggodaku dengan memberikan sentuhan yang berbeda dari awal ia lakukan pertama kali kepadaku.

Tangannya bukan lagi mengoles dan memijat, namun berganti mengelus-elus kedua kakiku hingga aku tak bisa untuk menahan geli-geli enak yang menyelingkupi pikiranku saat ini. Aku terus menyingkirkan tangannya namun dia tetap menyentuh kaki ku, hingga akhirnya dia beralibi bahwa ini pemijatan agar otot-ototku tidak terasa kaku saat ini.

“ Berhentilah menyingkirkan tanganku Laras, aku sedang menyembuhkan kakimu.” Ucapnya dengan terus menyorot tajam matanya ke arahku.

Yuni yang melihatku selalu menyingkirkan tangan Arjanta segera memegangiku agar aku tak bisa lagi memberontak saat tangan jahil Arjanta menari-nari diatas kakiku.

Aku menggelinjang kegelian, sungguh sentuhan Arjanta membuat birahiku naik seketika, entah magnet sihir apa yang dimilikinya, tubuhku sudah mulai merasakan panas, ditambah wajahku yang sudah mulai merah padam.

Nampak dia asyik melihatku mulai terangsang dengan sentuhannya, hingga ia pun segera menghentikan tangannya yang tadi mengelus kakiku.

“ Sudah selesai, sekarang coba kau gerakkan.” Ucapnya dengan menurunkan kedua kakiku diatas ranjang

Segera aku gerakkan kedua kakiku, ternya sekarang jauh lebih baik dan sudah mulai bisa di gerakkan, aku mencoba berdiri dan ternyata ramuan dari Arjanta cukup berhasil saat ini. Aku senang dan tersenyum kepadanya, inginku berterima kasih karena sudah mau menolong dan mengobati kaki ku, namun lagi-lagi aku terlalu gengsi untuk melakukan itu.

“ Kau bisa berdiri Laras, coba kau berjalan sampai depan pintu.” Ucap Yuni dengan melepaskan tangannya yang tadi sempat memegangiku

Aku pun berjala sampai depan pintu kamar, tak ada sakit yang aku rasakan, aku sudah bisa berjalan normal kembali saat ini.

“ Kau terkena Syndrom kaki gelisah atau disebut dengan Restless leg Syndrome ( RLS ). Syndrome itu terjadi karena gangguan neurologis yang menyebabkan dorongan kuat Yang tak bisa ditahan saat menggerakkan kaki.”

Jelasnya kepada kami saat ini, cukup kagum aku saat mendengar penjelasan darinya, sepertinya pemuda ini memang bukan pemuda biasa seperti yang aku pikir.

“ Kadang terjadi saat tiba-tiba kamu sedang panik atau ketakutan, tapi tak apa-apa semua itu bisa disembuhkan dengan cara terapi. “ lanjutnya

“ Kau seorang Dokter? “ Tanya Yuni tiba-tiba

“ Bukan, tapi aku mengerti tentang ilmu pengobatan.” Jawabnya dengan tersenyum ke arahku

“ Ohya, siapa nama kamu Mas? Aku Yuni. “ ucapnya dengan mengulurkan tangannya kearah Arjanta

“ Arjanta.” Jawabnya dengan menerima uluran tangan Yuni

“ Kau Pemuda sini? Apa kau kenal dengan Bu Ratih Sang Kepada Desa disini?”

Tanya Yuni dengan tatapan penuh menelisik

“ Bisa dikatakan begitu Kenapa dengan Bu Ratih ?”

“ Dia punya ilmu mistis, barusan kami kesana melihat teman kami sedang dijadikan tumbal olehnya.” Ucap Yuni

sejenak Arjanta terdiam, ia sudah tau wanita itu bakal mencari tumbal para Mahasiswi yang sedang melakukan KKN di sini, ditambah sebentar lagi bulan Purnama akan segera tiba, sudah pasti akan banyak tumbal dan ritual yang akan dilakukannya

bersambung..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel