Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8

Di Sebuah Club malam

Percy sudah habis dua botol bir dan masih terus meneguknya hingga seseorang menahannya. Percy mendengus kesal saat melihat siapa yang datang itu. "ngapain loe kesini?" Tanya Percy.

"Perasaan gue gak enak, gue tau sahabat gue sedang butuh gue." Ucap seorang itu dengan ekspresi sedih yang di buat-buat.

"Dasar pembohong ulung," cibir Percy membuat seseorang yang tak lain adalah Verrel itu hanya bisa terkekeh dan duduk di samping Percy. "loe ninggalin bini loe demi gue? Uch so sweets sekali. Membuat gue geli sendiri." celetuk Percy,

"Ah jangan sungkan buat berterima kasih," ucap Verrel membuat Percy mendengus kesal. "kenapa lagi sih loe?"

"Gue akan menikah dengan Rasya akhir bulan ini."

"What???" pekik Verrel tak percaya.

"Ekspresi loe berlebihan sekali."

"Kenapa kritikin ekspresi gue? Trus loe nerima?"

"Nyokap gue masuk rumah sakit, jadi gue berjanji padanya untuk tetap menikahi Rasya."

"Lalu Rasya sendiri," Tanya Verrel.

"Gue gak paham sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan, tetapi dia menerima pernikahan ini tanpa protes apapun."

"Serius?"

"Ya, dia bilang dia tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya." Verrel mengusap dagunya seakan memikirkan ucapan Percy barusan mengenai Rasya.

"Cukup, loe mau mati di usia muda." Verrel merebut botol dari tangan Percy.

"Balikin botolnya," ujar Percy dengan wajahnya sudah terlihat memerah. Ia hendak merebut botol minumannya kembali dari tangan Verrel tetapi Verrel malah menyimpannya di atas nampan seorang pelayan yang baru saja datang dan meminta pelayan itu untuk pergi. "Apaan sih loe, Rel !!"

"Cukup,,!! Loe sudah mabuk." ujar Verrel, "Ayo pulang, gue gak mau pulang malam dan istri gue udah tidur." Ucapnya menarik lengan Percy.

"Urusi diri loe sendiri, jangan ganggu gue !!" pekiknya.

"Inginnya begitu, tapi gue gak bisa. Loe tau kan gue sahabat yang baik."

"Sialan,"

"Ayo balik, jangan menyusahkan." Verrel menarik lengan Percy kembali walau Percy terus menepisnya. "Oh loe belum nyobain tendangan baru gue yah. Kemarin loe liat kan saat latihan tendangan gue gimana."

"Gue bisa jalan sendiri." Percy berjalan dengan sedikit sempoyongan meninggalkan Verrel yang terkikik di belakangnya.

Mereka sudah sampai di parkiran mobil, Percy masih berjalan dengan sempoyongan menuju mobilnya, ia bahkan terjatuh ke tanah membuat Verrel berdecak kesal. "Loe pria paling angkuh dan sombong, di tolongi kagak mau." Verrel menarik Percy tetapi kembali di tepis olehnya.

"Sialan," gerutu Verrel saat Percy kembali menepisnya dan berdiri sendiri dengan sedikit susah payah.

"Bisa kagak yah gue pergi dari negri ini atau dunia ini?" Tanya Percy mulai ngaco.

"Loe mau ngebooking duluan yah di neraka sana, boleh deh tar gue kasih loe kopi sianida." jawab Verrel asal membuat Percy mencibir kesal. Sahabat macam apa, datang hanya membuatnya semakin emosi.

"Kenapa?" Tanya Verrel.

"Di dunia udah tersiksa, masa iya di akhirat juga. Kampret loe," celetuk Percy makin ngawur.

"Kalau ingin bahagia di akhirat, tinggalin kebiasaan mabuk. Gak guna kali, loe banyak-banyak solat taubat dan dzikir." ujar Verrel dan Percy kembali mencibir.

"Kalau gue jadi ustad memangnya cocok?" gumam Percy.

"Kagak, gue ngeri lihatnya." Kekeh Verrel kembali membuat Percy mencibir.

"Hah, gue ingin Rindi tapi malah di sodorin Rasya." Keluh Percy duduk di atas tanah dengan menyandarkan punggungnya ke mobil miliknya.

"Ya masih mending kan di sodorin Rasya, dari pada jadi jones seumur hidup. Kan lebih nelangsa."

"Gue kok pengen bunuh loe yah Rel." celetuk Percy membuat Verrel terkekeh.

"Loe yakin mau bunuh gue? Kagak kasian Leonna baru nikah udah harus jadi janda. Dan gue yakin nanti loe bakalan nangis kejer di depan nisan gue." Celetuk Verrel.

"Dasar sialan, antarkan gue balik. Gue ngantuk males nyetir." Amuk Percy.

"Daritadi kek ah, jangan buang-buang waktu. Kagak kasian apa sama penganten baru." Ucap Verrel membantu Percy untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Kalau bisa gue ingin lepaskan Rasya dan memilih Rindi, tetapi takdir meminta gue sebaliknya. Kan stress gue, mana nyokap masuk rumah sakit lagi." ujar Percy terus berceloteh walau Verrel sudah membawa mobilnya meninggalkan area itu.. "Hidup gue bener-bener penuh drama, udah kayak cerita sinetron saja yang pelik dan hanya nemu jalan buntu. Kalau bisa tuh jalan gue bongkar dan buat jalan baru. Tapi gak bisa."

"Lepaskan saja Rindi, mungkin memang kalian tidak di takdirkan berjodoh. Loe harus bisa berkorban demi cinta loe." ucap Verrel dan seketika Percy beranjak dari rebahannya di kursi penumpang belajang. Ia mengapit leher Verrel dengan lengannya.

"Loe mudah bicara kayak gitu, gue yang ngalaminnya !!!" bentak Percy.

"oke sorry,, loe gak mau buat gue mati sekarang kan. Jangan ajak-ajak gue kalau loe frustasi." pekik Verrel mencoba melepaskan cengkraman Percy.

"Berhenti mengoceh, gue mau tidur." Ucap Percy melepaskan cengkramannya.

"Perasaan yang sejak tadi mengoceh kayak cewek itu siapa." Gumam Verrel serata merapihkan kerah kemejanya.

"Loe ngomong sesuatu?"

"Kagak," ucap Verrel. "Ah sialan, bau alkohol badan gue. Kalau Delia nyium gimana, dia pasti nyangka gue minum." Gerutu Verrel mencium pakaiannya sendiri.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel