Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

Mata Allura terbuka, napasnya terengah-engah, keringat membasahi dahinya. Ia seperti terbangun dari mimpi buruk yang sangat mengerikan.

Ia bangkit dari posisi tidurnya dalam keadaan linglung. Tirai tempat tidur yang lusuh, kasur yang seperti batu, meja dan kursi yang rusak, serta lemari pakaian yang dimakan oleh rayap. Kamar menyedihkan itu adalah kamar yang telah ia tempati selama 18 tahun ia hidup.

Tunggu dulu! Allura meletakan tangannya ke dada, ada detak kehidupan di sana. Masih belum yakin, ia mencubit tangannya dan kemudian meringis karena kesakitan. "Apa yang terjadi? Jelas-jelas aku telah mati karena diracuni Arlene. Bagaimana aku bisa berada di kamarku saat ini?" Ia kini kebingungan.

Allura memeriksa tubuhnya segera. Tidak ada luka-luka mengerikan bekas cambukan di tubuhnya. Yang ada hanya bintik-bintik merah yang memenuhi kulitnya.

Allura segera turun dari ranjang reyot nya. Ia memeriksa kalender sekarang. Wajahnya yang semula bingung kini menjadi sangat dingin. Entah iblis atau dewa yang telah mengirimnya kembali ke hari ia dijebak oleh adik dan tunangannya, siapapun itu ia sangat berterima kasih. Karena ia telah kembali ke hari ini maka ia tidak akan menyia-nyiakannya.

Ia akan membalik keadaan. Hari ini bukan ia yang seharusnya berada di kamar dengan dua orang pria yang menyetubuhinya dengan cara brutal.

Pintu kayu tua kamar Allura terbuka. Adiknya dengan gaun berwarna merah muda dengan motif bunga berwarna biru mendekat ke arahnya. Wajah adiknya terlihat sangat lembut dan hangat, jika saja ia belum melalui hari paling mengerikan dalam hidupnya maka saat ini ia pasti akan ditipu lagi dengan senyuman itu. Ia pasti akan menganggap senyuman adiknya adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat.

Allura mendengus. Ia memang terlalu naif. Bagaimana mungkin ia buta dan tidak bisa melihat kebusukan adiknya. Seharusnya sejak dulu ia menyadari hal itu.

Ketika ia berusia 7 tahun dan Arlene 6 tahun, ia dan adiknya bermain di taman. Saat ayah mereka melewati taman, sang adik menangis kencang. Allura tidak tahu kenapa adiknya menangis histeris seperti itu.

Ayahnya datang mendekat, lalu memerintahkan pelayan untuk memberi 10 pukulan pada Allura. Ia tidak tahu untuk alasan apa ia dipukuli.

"Ayah, aku tidak melakukan apapun. Aku tidak tahu kenapa Arlene menangis." Allura kecil menjelaskan pada ayahnya sembari menangis.

"Kau masih kecil tapi kau sudah pandai berbohong. Kau pasti telah menyakiti adikmu hingga dia menangis! Aku tidak akan membiarkan kau bertindak semaumu!" tegas sang ayah dengan wajah bengis.

Arlene yang ada di gendongan sang ayah hanya terus menangis dan menangis. "Diamlah, Sayang. Ayah sudah memberi pelajaran untuk Kakakmu."

Hati Allura sakit saat itu. Kenapa ayahnya tidak mempercayai ucapannya? Kenapa sang ayah tidak pernah mengasihinya seperti ia mengasihi Arlene? Allura benar-benar ingin digendong seperti Arlene saat itu, tapi ia tidak pernah bisa mendapatkannya.

"Allura, kenapa kau menyakiti adikmu sendiri? Apakah kau sangat membenci adikmu?" Selir Samantha menatap Allura sedih. Ia merasa sakit untuk putrinya yang teraniaya.

"Tambahkan sepuluh pukulan lagi! Anak mengerikan ini harus diajari dengan baik agar dia bisa menyayangi adiknya!" Ayah Allura bicara tanpa belas kasih.

Allura masih terlalu kecil untuk mendapatkan 20 pukulan, tapi pelayan tidak bisa menentang keputusan sang Perdana Menteri. Ia memberi Allura 20 pukulan di betis Allura hingga membuat Allura tidak bisa berdiri lagi.

Setelah hari itu, Arlene datang pada Allura, menjenguk Allura dengan raut khawatir.

"Kakak, kau baik-baik saja?" tanya Arlene. "Maafkan aku, Kakak. Ini semua salahku. Kemarin sesuatu menggigit pahaku dan rasanya sangat menyakitkan. Aku tidak bisa menjelaskannya pada ayah karena itu terlalu sakit. Setelah rasa sakitnya sedikit membaik aku memberitahu ayah bahwa kau tidak menyakitiku. Ayah telah salah paham padamu karena aku. Aku sungguh menyesal, Kakak." Ia bicara dengan penyesalan yang dalam.

Allura saat itu mempercayai ucapan Arlene. Ia bahkan mengkhawatirkan keadaan adiknya. "Apakah sekarang kau sudah baik-baik saja?"

"Ya, Kakak. Ibu langsung memberiku obat, jadi aku baik-baik saja," jawab Arlene.

Allura bernapas lega. Ia takut sesuatu yang buruk menimpa adiknya. Hanya Arlene yang mau bermain dengan dirinya. Ia tidak memiliki teman sama sekali. Ia dianggap mengerikan oleh orang-orang di sekitarnya karena di tubuhnya terdapat banyak bintik hitam yang membuatnya terlihat buruk rupa.

Ketika ia keluar rumah, orang-orang akan berkata bahwa ia lahir dengan kutukan penyakit yang tidak ada obatnya. Sejak saat itu ia tidak berani lagi keluar rumah, karena orang-orang bukan hanya membencinya tapi juga menganggapnya seperti kutukan.

Ia hanya memiliki Arlene yang masih setia di dekatnya dan tidak takut padanya.

"Apakah Kakak baik-baik saja? Aku akan meminta Ibu untuk memberikan Kakak obat juga." Arlene berkata penuh perhatian.

Kembali ke masa sekarang, Allura kini semakin mengagumi tingkat keahlian sandiwara Arlene. Adiknya itu telah bisa bersandiwara dengan baik dari kecil.

Ia kini juga meragukan apa yang Arlene katakan pada ayahnya dahulu. Arlene mungkin saja mengatakan hal yang membuat ayahnya semakin tidak menyukainya. Karena setelah itu sikap ayahnya semakin tidak peduli padanya. Ia bahkan tidak diizinkan makan bersama dengan keluarga lagi.

Saat-saat itu hanya Arlene yang datang menghiburnya. Mengatakan bahwa ayah mereka hanya sedang sibuk jadi tidak bisa mengunjunginya.

Sandiwara Arlene tidak hanya berhenti di sana. Ketika itu Allura berusia 11 tahun, ia berada di tepi kolam bersama dengan Arlene. Memberi makan ikan kesayangan ayah mereka.

Arlene terjatuh ke kolam, semua orang bergegas menyelamatkan Arlene. Perasaan Allura begitu cemas. Ia mengikuti Arlene yang sudah dibawa ke kamar oleh pelayan yang berhasil menyelamatkan Arlene dari kolam yang cukup dalam untuk anak seusia Arlene.

Dan lagi-lagi Allura yang disalahkan. Ia dituduh sengaja mendorong Arlene ke kolam renang. Selir Samantha menampar Allura dengan keras. Wajahnya terlihat sangat marah.

"Apa kau sangat membenci Arlene hingga kau ingin melenyapkan adikmu sendiri!" raung Selir Samantha.dengan tatapan tajam.

"Ibu, aku tidak mendorong Arlene. Arlene jatuh sendiri." Allura mencoba membela diri.

Selir Samantha menampar Allura sekali lagi hingga sudut bibir gadis kecil itu berdarah. "Tidak usah berbohong, Allura! Aku tahu bagaimana kau membenci adikmu! Dan di sini hanya ada kau dan Arlene saja. Siapa lagi yang mendorongnya jika bukan kau!"

Allura tidak bisa mengatakan apapun lagi. Ia tidak berbohong, ia benar-benar tidak mendorong Arlene.

"Kau menginginkan kematian adikmu! Kau tidak menyukai keberadaannya karena ayahmu menyayanginya! Kau benar-benar mengerikan, Allura!" Selir Samantha mengatakan kata-kata yang membaut Allura terlihat sangat keji.

Dari arah belakang Selir Samantha, Perdana Menteri datang dengan wajah murka. "Apa yang telah terjadi di sini!" Ia telah mendengar dari seorang pelayan bahwa putri kesayangannya jatuh ke kolam ikan.

"Apa yang terjadi pada Arlene?! Jawab aku!" bentak Perdana Menteri.

"Suamiku, ini semua karena Allura. Dia mendorong Arlene ke kolam ikan." Selir Samantha menjawab suaminya.

"Anak mengerikan ini!" Perdana Menteri menampar wajah Allura. Ia bahkan tidak membiarkan Allura mengatakan apapun.

"Kurung dia di gudang dan jangan memberinya makan!!" Perdana Menteri dengan kejam menghukum Allura.

Allura tidak bisa mengatakan apapun karena rasa sakit yang sampai ke otaknya. Ia hanya bisa menangis. Lagi-lagi ia dihukum untuk sesuatu yang tidak ia lakukan. Namun, pemikirannya tidak pernah terbuka. Ia malah berharap Arlene segera sadar dan mengatakan yang sebenarnya.

Tiga hari Allura tidak diberi makan dan minum. Ia sekarat karena haus dan lapar. Dan setelah itu pintu gudang baru terbuka.

"Kakak, maaf aku datang terlambat. Aku terlalu lemah karena kejadian di kolam. Aku telah menjelaskan pada ayah, dan dia memerintahkan agar kau dikeluarkan dari gudang." Arlene tampak seperti malaikat saat itu.

Allura yang polos merasa sangat senang. Akhirnya ia bisa kelaur dari gudang. Ia bisa makan dan minum lagi.

"Aku butuh air." Allura bicara serak. Kerongkongannya tidak dibasahi selama tiga hari.

"Berikan Kakakku air, cepat!" Arlene memerintah pelayan. Ia menunjukan perhatian yang besar bagi kakaknya.

"Kakak, ayo aku bantu keluar dari sini." Arlene memegangi bahi Allura, membawa kakaknya ke kamar Allura yang tidak tampak seperti kamar anak sulung seorang Perdana Menteri.

Waktu berjalan, Allura dijodohkan dengan Pangeran Jourell. Perjodohan itu terjadi karena wasiat dari kakek sang pangeran. Dan di antara semua pangeran, Pangeran Jourell lah yang dipilih raja untuk menikah dengan Allura.

Saat itu Arlene mengatakan tentang apa yang disukai oleh Pangeran Jourell. Dan karena itu Allura semakin menyayangi Arlene. Jika bukan karena adiknya maka ia tidak akan mengetahui apa yang tidak disukai dan disukai oleh Pangeran Jourell.

Allura berpikir adiknya benar-benar tulus. Namun, sekarang Allura sudah mengetahui semuanya. Jika ia pikirkan lagi Arlene mengatakan hal-hal yang disukai oleh Pangeran Jourell hanya untuk membuat ia melakukan hal yang sia-sia. Pada akhirnya Pangeran Jourell tidak mencintainya sedikit pun, semua hanya sandiwara yang telah disusun oleh keduanya.

"Kakak, bisakah kau menemaniku ke penjahit? Aku ingin membuat gaun untuk pesta musim semi." Arlene mengatakan maksud kedatangannya, sama persis dengan yang Arlene katakan sebelumnya.

Allura memiringkan tubuhnya. Wajahnya terlihat polos seperti di masa lalu. Ia menekan dendam dan kebenciannya dalam-dalam. "Tentu saja, ayo." Ia mengikuti permainan Arlene, menyetujuinya seperti dahulu.

Arlene tersenyum gembira. Dahulu ketika Allura melihat senyum Arlene ia juga akan tersenyum. Namun, sekarang setelah ia tahu kebusukan Arlene, ia tidak lagi melakukan hal bodoh itu.

"Kita akan lewat jalan belakang. Jadi Ayah dan Ibu tidak akan tahu bahwa Kakak keluar denganku. Bagaimana?" Arlene memberikan ide yang terdengar baik. Namun, Allura tahu maksud Arlene memberi ide itu agar semua orang tidak tahu bahwa Arlene pergi bersamanya, dan itu bisa menguatkan ucapan Arlene yang mengatakan bahwa ia berada di dalam kamar seharian.

Memikirkan itu, hati Allura berdarah. Bagaimana ia bisa terjebak dalam skema licik Arlene dan Pangeran Jourell.

"Kau memang cerdas, Arlene." Allura memuji adiknya.

Arlene terkekeh pelan. "Hanya itu cara yang bisa aku gunakan agar bisa keluar bersama Kakak. Jika tidak Ibu dan Ayah pasti tidak akan mengizinkanku." Arlene membuat ayah dan ibunya terdengar jahat di telinga Allura. Hal ini memang selalu berhasil menipu Allura hingga ia sangat mempercayai kasih sayang Arlene padanya.

"Aku juga akan memakai cadar agar orang-orang tidak mengenali kita." Arlene mengenakan kain tipis yang menutupi sebagian wajah Arlene.

Wajah Allura memang selalu tertutupi cadar baik itu di dalam atau di luar kediaman Perdana Menteri. Itu semua karena ia sudah terbiasa.

Keduanya kini keluar dari kediaman Perdana Menteri melalui jalan belakang. Tidak ada yang melihat mereka keluar. Semua berjalan sesuai rencana Arlene.

Arlene menghentikan kereta kuda yang melintas. "Antarkan kami ke Penjahit Eijazz." Ia menyerahkan sekantung uang pada orang yang mengemudikan kereta kuda.

Sebelumnya Arlene memang telah menyiapkan segalanya. Ia membuat kereta kuda itu tampak melewati jalan belakang yang sepi seperti sebuah kebetulan. Dan untuk hal ini, Allura memuji Arlene lagi. Adiknya benar-benar merencanakan sesuatu dengan matang.

"Kakak, ayo masuk." Arlene naik ke atas kereta.

Allura menyusul. Ia duduk di sebelah Arlene dengan tenang. Ia tengah menghitung mundur kapan Arlene akan membiusnya.

Sekarang! Allura ingat kapan tepat waktunya Arlene membiusnya dengan sapu tangan. Dan inilah waktunya, ketika kereta kuda memasuki gerbang utama menuju pasar.

Allura langsung meraih tangan Arlene, ia menekan tangan itu ke mulut Arlene sendiri. Mata Arlene membelalak, ia mencoba untuk menjerit, tapi obat bius yang ia gunakan adalah obat yang sangat kuat hingga ia tidak sadarkan diri dalam waktu satu menit.

"Pembalasan dimulai, Arlene." Senyum iblis muncul di wajah Allura yang tertutupi cadar.

Hari ini ia akan mengembalikan semua yang telah Arlene berikan padanya. Setiap rasa sakit yang ia rasakan harus dibayarkan dengan lunas.

TBC

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel