Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 1

Jennifer Renaldy, seorang wanita yang sedang bahagia menantikan dirinya di persunting oleh kekasihnya, Kevin Harris, seorang petani yang sukses dan memiliki banyak tanah di beberapa tempat, Kevin yang sibuk di bidangnya sangat jarang bertemu dengan Jennifer yang memutuskan untuk kuliah di Oxford. Ketika Jennifer pulang, Kevin ingin mempersuntingnya sebagai istrinya.

Namun, hal itu sepertinya tak mudah dengan keadaan yang seperti ini, Jennifer mungkin akan terkejut menyaksikan semua ini, hal yang berubah belakangan ini. Kevin hanya takut menghadapi amarah Jennifer.

Karena dia mengerti bagaimana jika wanita itu sudah marah dan sedih. Memikirkan hal itu, Kevin terbangun dari lamunannya oleh dering telpon dari Jennifer.

"Hi, sayang, aku udah di airport nih, kamu dimana? Kok gak jemput aku?"

Tanya Jennifer kepada kekasihnya sambil menatap arloji emas di yang cukup berkilauan terkena sinar matahari di tangan kirinya.

"Oh ya aku lupa, maaf yah sayang aku sibuk bertanam bunga mawar hari ini". Suara Kevin terdengar terburu-buru mengakhiri telponnya dan mengatakan akan segera menjemput Jennifer.

Jennifer menunggu beberapa menit di ruang tunggu dan meminum kopinya, tak banyak yang mengenali seorang Jennifer Renaldy, dia hanyalah seorang wanita yang tampil elegan di hadapan beberapa orang namun biasa di publik.

Kevin mencari-cari Jennifer yang berada di sudut ruang tunggu, Kevin memanggilnya dan Jennifer pun sontak berdiri dan mendekat kepada Kevin. Mereka saling berpelukan setelah 4 tahun berpisah, tak ada yang berbeda, bahkan kini mereka masih sepasang kekasih.

"Kamu kenapa terlihat pucat?" Tanya Jennifer kepada Kevin sambil mengelus wajah Kevin yang sangat pucat.

"Kamu sakit?" Tanyanya lagi.

"Gak, aku cuma kecapean aja, lupa pakai lipstik". Kevin mencoba mengalihkan pembicaraan agar dirinya tak terlihat aneh di depan Jennifer.

"Kebiasaan, ni aku kasih, tapi tipis aja, mana ada lipstik buat lelaki yah? Baru tau aku?" Balas Jennifer dengan tertawa sebentar.

Kevin menyadari dengan betul bahwa dia dan Jennifer saling merindukan, namun dirinya pun tak sanggup mengatakan suatu kebenaran yang akan membuat Jennifer sekarat bila harus kehilangan dirinya.

Kevin saja tak mau banyak bicara di hadapan Jennifer, tak seperti jauh-jauh hari sebelum ini, bahkan ketika mereka dalam Long distance relationship saja mereka masih berkomunikasi meski berbeda 6 jam.

Tak masalah bagi Kevin selama dia bisa melihat kekasihnya tersenyum dan melepaskan letihnya belajar dengan melihat dan berbicara dengan kekasihnya.

Namun, sekarang seolah bicara adalah masalah, ada yang tersembunyi rapat sekali di mata Kevin, namun Jennifer mengabaikannya. Dia berpikir bahwa Kevin mungkin merasa canggung untuk berbicara dengannya setelah 4 tahun tak bertemu.

Bukankah Jennifer orang yang masih sama? Memiliki mata biru yang indah, berbadan tinggi dan bertubuh ramping, hidungnya mancung, wajahnya tak terlalu lebar dan memiliki rambuh hitam yang indah.

Bukankah Jennifer wanita yang sering Kevin aja bicara dulu? Ketika ospek, ada acara pramuka? Semua organisasi mereka berdua selalu bersama, bahkan tak jarang mereka kehabisan topik untuk bicara. Selalu ada yang di bicarakan, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu sosial.

Kevin juga masih orang yang sama, karena dia asli keturunan manusia pribumi Indonesia, wajahnya tak ada bule-bulenya sama sekali, dia masih tinggi dan ramping, matanya berwarna coklat, seringkali jika dia kehabisan kata-kata dan menatap Jennifer dia akan mengatakan bahwa

"Mata coklatku membosankan".

Jennifer tak abis tertawa mendengarnya, namun kini mengapa? Apa yang membuat hubungan mereka menjadi begitu renggang? Bahkan selama setahunan terakhir di London karena sibuk skripsi, Kevin tak menelpon Jennifer, dia pikir tak mau menggangu skripsi Jennifer.

"Kita udah sampe nih di rumah kamu". Ucap Kevin

Kevin membuka pintu mobilnya untuk Jennifer dan menyuruh supir Jennifer memakirkan mobilnya.

Mereka berdua memasuki rumah mewah keluarga Renaldy, tak ada siapapun disana, namun kakak Jennifer, Thomas Renaldy berada disana untuk menyambut kepulangan adiknya dan memperkenalkan istrinya, Valerie Renaldy.

Valerie kini sedang hamil anak keduanya, dia agak bersedih karena Jennifer tak hadir dalam pernikahan mereka karena sibuk dengan organisasi kampus dan pekerjaan menulis jurnal di Oxford.

Waktu itu Jennifer sedang jatuh cinta dengan Oxford, dia pun tak menyangka dia meninggalkan hati yang luka disana.

"Your secret admirer". Kata yang selalu Jennifer ingat dari sahabatnya, Claudia tentang Sean Green.

Namun, Jennifer tak begitu yakin bahwa Sean begitu mengejarnya, wajahnya saja tak pernah terlihat riang ketika bertatap muka dengan Jennifer.

"Jennifer, welcome home, mama senang kamu pulang untuk menghadiri pernikahan kakak kamu". Ucap Trivia, Mama Jennifer, Thomas dan Scarlett.

"Maksud mama? Kak Scarlett mau menikah? Dengan siapa?"

Tanya Jennifer penasaran dan terkejut, bukankah selama ini Scarlett tak pernah mau menikah, dia bahkan tak ingin berkeluarga, bagaimana bisa tiba-tiba dia memutuskan untuk menikah?

"Dengan laki-laki yang ada di samping kamu, Kevin Harris".

"Jennifer, welcome back, kakak udah siapin makanan favorit kamu____". Ucap Scarlett tiba-tiba yang membuat Jennifer refleks menampar kakak perempuannya itu.

"Jennifer!!!! Apa-apaan kamu ini? Scarlett itu kakak kamu". Teriak Trivia mencoba menyadarkan Jennifer yang terlihat kehilangan akal sehatnya.

"Bukan berarti karena dia kakak aku, dia seenaknya bisa merebut kekasih aku, Kevin itu tunangan aku dia mengatakan bahwa kami akan menikah setelah aku pulang".

"Iya, maksud 'kami' itu, aku dengan Scarlett, Jenn, bukan dengan kamu".

Ucap Kevin menyuarakan seolah membela Scarlett yang kini menjadi tunangannya dan sebentar lagi akan menikah dengan kakak Jennifer.

"Jennifer, kami memang tidak pernah merestui pertunangan kamu dengan Kevin, " ucap James Renaldy, sang kepala rumah tangga dan ayah Jennifer.

"LALU APA ALASANNYA? kalau tak merestui mengapa baru sekarang? Kalau tak merestui bukan berarti dia harus menikah dengan orang lain? Apalagi kakak aku sendiri, pa? Apa alasan papa melakukan ini ke aku".

"Terima saja faktanya, Jennifer, kamu masih muda, kamu ini cantik, cerdas, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau, bukan begitu?" Balas Thomas yang membuat kedua orang tuanya mengangguk setuju.

"Apa salah aku sehingga aku harus menerima semua ini? Aku bahkan tak mengenal kalian lagi".

"Dan sejak kapan kamu menganggap kami ini keluarga? Bukankah kamu yang selalu menghindar selama ini, kalau kamu tak terima, cukup tinggalkan Scarlett, dia juga tak mau ada orang ketiga dalam rumah tangganya".

Ucap Trivia seolah mengusir anak perempuannya itu, bukankah Jennifer anak mereka? Mungkin bukan. Tapi, mengapa baru sekarang? Jika memang bukan anak kandung mereka mengapa baru sekarang memberi tau dan mengusir begitu saja seolah Jennifer adalah sampah, sampah yang datang membuat kediaman Renaldy berantakan.

Tak tahan dengan semua ucapan yang menyudutkan dirinya, dia pun berencana kembali ke Oxford, mungkin dia akan menemukan ketenangan setidaknya setelah berhari-hari. Sebelum dia berbalik dan keluar dari pintu Rumah Renaldy, Scarlett mencegah dirinya.

"Jennifer, tunggu dulu, bukan maksud aku menyakiti kamu, tapi, kamu harus tau, kamu gak perlu pergi, kakak janji akan mencarikan kamu lelaki yang berpendidikan sama seperti kamu, tapi kamu gak harus pergi dari sini". Hening.

Ucapan Scarlett bukanlah senjata yang membuat Jennifer mau merantai dirinya untuk tinggal di rumah itu dan mengiris hatinya melihat kekasihnya menikahi kakaknya.

To be continued.....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel