Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2 || Langit Masih Biru Tapi Kamu Telah Berubah.

Jumlah ikan Mas milik Hao Yang meningkat drastis setelah kali pertama diternak!

Bermodalkan jaring penangkap ikan buatannya, Yu Li diminta mengambil beberapa untuk dibuat sup ikan sekaligus diminta menyiapkan tungku api.

Berhubung mereka tidak memiliki stok bumbu, Hao Yang harus mengambil bumbu-bumbuan dari dapur utama.

"Nyonya." Tiga Pelayan kurus menegur sopan.

Hao Yang melirik pelan kepada Pelayan yang menegurnya. Mereka termasuk Pelayan yang tak pernah membelanya sebelum kematian menjemput. Dan sekarang dia tak akan bersikap ramah seperti dulu.

Selir kedua Adipati Feng itu jangankan tersenyum, balas menegur mereka pun tidak sama sekali.

Sikap diam dan tenangnya inilah yang membuat para Pelayan bergosip satu sama lain sepanjang berjalan.

Diam-diam Selir Nian mendengar percakapan mereka dari balik pintu gerbang yang hendak dibuka.

Percakapan mereka terdengar semakin jelas, dan Selir Nian yang tidak tahan dengan segera membuka gerbang kediamannya kemudian bertanya spontan. "Eh, apa yang kalian obrolkan?"

Para Pelayan memberi hormat dan menjawab, "Kami membicarakan perubahan drastis Nyonya Hao setelah sakit."

Selir Nian bergeming, wajahnya penuh minat dan penasaran tadi seketika menyelimuti pikirannya. "Berubah bagaimana?"

"Nyonya Hao tidak lagi ramah tamah seperti dahulu. Setelah bangun dari koma, Nyonya Hao bahkan tidak pernah keluar selain ke kolam ikan atau dapur," jawab salah satu Pelayan.

Selir Nian manggut-manggut sambil merenungkan perkataan mereka. "Hum, benar juga, hari ini dia bahkan tidak menemui Adipati Feng padahal biasanya dia selalu mencari perhatian."

Para Pelayan tadi lantas berpamitan. "Kami permisi Nyonya."

Selir Nian mengibaskan tangannya acuh tak acuh. Dan karena rasa penasarannya itulah, dia mendekati kediaman Hao Yang dengan langkah mengendap-endap seperti maling.

Kebetulan sekali Hao Yang sudah kembali usai mengambil beberapa bumbu. Sekarang wanita itu dan Pelayan nya mulai membuat sup ikan yang telah dibersihkan.

Selir Nian memantau dari jauh seraya bertanya-tanya dalam hati. "Apa setelah sakit otaknya sedikit geser? Kenapa dia terlihat berbeda?"

Di dunia ini tidak akan ada yang tahu, jika Hao Yang telah lahir kembali setelah melewati kematian tragis. 

"Ahh, aku tidak yakin ini akan enak atau tidak," gumam Hao Yang sembari menjaga api tungku agar tetap menyala.

Yu Li menghiburnya. "Nyonya tidak perlu khawatir. Sejak belum menikah Nyonya ahli memasak, tentu saja masakan Nyonya berakhir enak."

Hao Yang tersenyum. Momen membahagiakan sebelum pernikahannya menggantung di depan mata. Sayang sekali momen bersama keluarga tidak akan pernah terulang, karena seluruhnya telah dibantai atas tuduhan korupsi dana kuil.

Oleh sebab itu, dalam masa satu tahun pernikahan, Hao Yang diperlakukan begitu buruk lantaran dianggap anak tukang korupsi. Namun, di akhir tahun dia terbebas dari tuduhan itu karena akhirnya kasus sebenarnya terkuak. 

Menyadari ucapan sebelumnya membuat Hao Yang teringat keluarganya yang dibantai, Yu Li merasa bersalah. "Maafkan aku."

Hao Yang menepis. "Aku tidak sedih. Aku senang dulu bisa lahir dari keluarga yang hangat meski sederhana."

Yu Li mengangguk menambahkan, "Dan aku senang menjadi Pelayan Nyonya sejak Nyonya muda, karena aku tidak pernah mendapat perlakuan baik kecuali dari keluarga Nyonya."

Hao Yang tersenyum lagi sebelum lanjut mengecek apakah sup ikan telah matang atau belum. 

Percakapan mereka tak sampai ke telinga Selir Nian. Hal itu sekaligus menyadarkan dirinya untuk segera pergi sebelum ketahuan Hao Yang.

Sayangnya tatkala Selir Nian berbalik, Hao Yang secara tidak sengaja melihat wanita itu berjalan pergi dari arah gerbang masuk kediaman pribadinya.

Kemunculannya memicu kebencian mendarah daging di diri Hao Yang, pasalnya wanita itu bukan saja membunuh tapi juga melakukan banyak trik untuk menyingkirkan Hao Yang dari kediaman Adipati Feng.

Bicara soal Adipati Feng, saat ini bukan wajah tenang seperti biasa yang memadu kedinginannya, melainkan kegusaran samar yang terasa menyengsarakan.

"Sekarang dimana dan sedang apa wanita itu?" tanya Adipati Feng pada Pengawal pribadinya sendiri.

Pengawal pribadinya menjawab, "Nyonya Hao ada di kediaman. Beliau baru saja membuat sup ikan."

"Bagus!" Adipati tersenyum kesal. "Setelah diberi makan, dia membunuh dan memakannya."

Pengawal pribadi Adipati Feng tersenyum geli serta meledek. "Anda jarang menanyakan Nyonya Hao. Jika sekarang anda tergila-gila padanya, kenapa tidak bernyali mendekat?"

"Diam kamu!" tegur Adipati Feng.

Pengawal pribadinya seketika tertunduk cengengesan tapi dia kembali mengangkat wajah dan berkata, "Hamba siap menerima perintah memanggil Nyonya Hao seperti biasa."

Tangan Adipati Feng terangkat tanda menolak. Dia kemudian balik badan memasuki kamar, sekaligus menutup pintu secara kasar hingga Pengawal pribadinya terkesiap kaget.

"Mengetahui isi hatinya laksana menyelami lautan tanpa ujung," lirih Pengawal pribadinya seraya melenggang pergi.

Di dalam kamar, Adipati Feng memikirkan alasan Hao Yang yang tumben-tumbennya tidak menyambut kepulangan dirinya. Padahal selama dua tahun ini, Hao Yang tidak pernah sekalipun absen menyambut kepulangan Adipati meski setiap kali dia muncul tidak ada yang memperlakukannya dengan baik.

Hal itu membuat Adipati Feng menemukan satu kemungkinan. "Apakah karena sejauh ini …"

Kemungkinan yang terlintas dalam otaknya mendorong Adipati Feng meninggalkan kamar hanya untuk pergi ke kediaman Selir Hao, yang otomatis melewati kediaman Selir Nian lebih dulu.

Setelah melangkah lebar, nyali Adipati Feng malah menciut di ambang gerbang kediaman Hao Yang sehingga ayunan kakinya menggantung di tempat.

Adipati Feng menjadi bimbang, antara masuk atau balik badan dikarenakan selama ini dia nyaris tidak pernah mengawali diri menghampiri Hao Yang, melainkan mengutus seseorang untuk mengundangnya ke hadapan.

Oleh sebab itu, sejauh ini yang Adipati Feng pikirkan hanya satu, Hao Yang sangat mencintai dirinya hingga tidak peduli bagaimana dunia memperlakukan wanita itu.

Usai berpikir masak-masak, Adipati Feng yakin tidak perlu dia masuk dan menemui Hao Yang lantaran tindakannya bisa meninggalkan kecurigaan di pikiran wanita itu.

Adipati Feng akhirnya berjalan mundur sebelum balik badan dengan berpikir Hao Yang pasti akan datang menemui dirinya seperti biasa.

Tanpa Adipati Feng sadari, sejak tadi rupanya Hao Yang memperhatikan kemunculan mendadak pria itu di ambang gerbang. Juga tanpa Adipati Feng sadari, Selir Nian secara sembunyi-sembunyi merekam gerak-geriknya lantas menebak kalau pria itu sebenarnya hendak mendatangi kediaman Hao Yang.

Selir Nian terbakar api cemburu. Tangannya tanpa sadar mengepal hingga buku-bukunya memutih. "Aku tidak akan membiarkan Feng Xi berbalik padamu, Selir Hao!"

Sementara Hao Yang lekas menutup jendela kamarnya sambil berkata diiringi senyuman satu sisi. "Aku memperlakukanmu begitu baik, Adipati Feng. Namun, sikapmu padaku terlalu tiran.

Sekarang aku tidak akan sebodoh dulu. Hubungan kita saat ini sekedar penyelamatan berkedok pernikahan. Tidak akan ada perasaan cinta, tidak akan ada kasih sayang. Lalu … jangan harap aku akan menemuimu!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel