Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

SIDER = JOMBLO ABADI

WAJIB VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA✨✨

***

STARLA baru saja tiba di rumahnya dengan perasaan dongkol. Natasya dan Larissa yang mengantar gadis itu, cukup takjub dengan pemandangan rumah Starla yang tidak biasa.

"Gila, ya. Itu geng apaan, sih? Isinya banci semua!" Omel Starla seraya melangkah masuk ke dalam rumahnya, diikuti kedua temannya.

"Non Starla?" Bi Ijah menghampiri anak majikannya itu.

"Apa?" sahut Starla ketus.

"Ma-mau makan apa, Non?" tanya wanita paruh baya itu dengan sedikit takut.

"Oh, makan ... " Starla menghentikan langkahnya, kemudian kembali menghampiri Bi Ijah dengan raut wajah sumringah, "aku mau ayam bakar, sate, sama steak."

"Kalian mau apa?" tanya Starla seraya menoleh kepada Natasya dan Larissa.

"Kita ngikut lo aja, Star," jawab Natasya yang diangguki oleh Larissa.

Starla mengangguk. "Kalau udah siap, panggil aku ya, Bi. Aku di kamar sama temen-temen."

"Siap, Non." Kemudian Bi Ijah kembali ke dapur, gadis itu mengajak kedua temannya untuk ke kamar.

Tiba di depan kamarnya, Starla mendapati Angkasa-kakaknya, baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapi.

"Mau ke mana lo, Bang?" tanya Starla dengan nada tidak santai. Seperti mengajak berkelahi.

"Latihan," sahut Angkasa singkat.

"Latihan paan? Kok nggak pake seragam?"

"Gue latihan olimpiade, sejak kapan lo jadi kepo, sih?" Sungut Angkasa yang kemudian berlalu. Memang, kedua makhluk itu tidak pernah akur.

"Kakak lo, Star?" tanya Natasya.

"Hooh, culun, kan?" Starla membuka pintu kamarnya, "beda jauh sama gue."

Natasya dan Larissa saling pandang. Cowok sekeran dan se-stylelish Angkasa, bagi Starla adalah kategori cowok culun?

"Star, gue mau nanya," ucap Natasya ketika mereka sudah duduk di atas kasur Starla.

"Apa?" Sahut Starla seraya melepaskan seragamnya.

"Lo pasti orang yang cukup mampu, kan? Bahkan kelihatannya lebih. Kenapa lo sampe nekat minta ganti rugi sama Dewa?" tanya Natasya.

"Sumpah, Star. Cuman lo yang berani ke basecamp mereka selain Sheril," ujar Larissa.

"Emang kenapa? Cuman ke situ doang." Starla memasang baju santaiya kemudian menghampiri Natasya dan Larissa.

"Nih, ya. Waroenk Bang Jali itu udah kayak neraka, dah. Sarangnya anak EAGLE buat rencana, entah tawuran atau gimana. Main judi-judian, sampe mabuk juga di sana bisa," ucap Natasya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangankan ke sana, gue nih di suruh emak gue ke warung biasa beli gula. Ada cowok banyak, gue balik lagi," ucap Larissa yang ditanggapi kekehan oleh Starla.

"Mending lo jangan deket-deket atau cari masalah sama anak EAGLE deh, Star. Bahaya, hidup lo nggak bakalan sama lagi."

Starla menoleh pada Natasya. "Gue cuman takut sama Tuhan, Ca."

"Mereka tuh Raja-nya kejahatan, Star. Kalau dalam bahasa latin tuh, Scelus. Apalagi Dewa, tuh ketuanya. Namanya aja Dewa, artinya penguasa. Ryoji juga dalam bahasa latin artinya penguasa kejahatan. Kebayang nggak lo?"

"Nama gue Starla, artinya bintang. Sherena itu dewi langit. Kalau dari segi nama, gue setara sama Dewa. Apa yang harus gue takutin?"

"Ih, Star. Ini tuh masalahnya, mereka itu-"

"Gue nggak takut," potong Starla cepat. Gadis itu menarik segaris senyumnya, "gue ... punya sesuatu yang harus gue selesaikan."

***

Setelah kedatangan Starla yang tiba-tiba ke WABAJA, gadis itu seketika menjadi objek obrolan para anak EAGLE. Tentu saja, karena selama ini belum ada gadis yang berani ke sana kecuali Sheril.

"Nyalinya gede juga tuh cewek," ujar Tama.

"Gue nggak tahu tujuannya apa, tapi kalau buat minta tanggung jawab doang, dia cuman buang-buang waktu." Timpal Bagus.

"Cewek caper model gitu, nggak usah diladenin," ujar Dewa.

"Capernya niat amat sampai ke sini, njir." Indra menggelengkan kepala.

"Gue doang yang ngerasa, kalau cewek tadi mirip sama Sheril?" Celetuk Reonaldo yang membuat Dewa menoleh dengan tatapan tajam.

"Gue kira, gue doang yang mikir gitu. Gue setuju sama Reon, mirip sih mereka," ujar Tama.

"Siapa tadi namanya?" tanya Indra.

"Starla," sahut Arjuna.

"Eh, iya. Tumben Juna mau ngatasin cewek." Goda Tama, "biasanya, dia yang paling anti."

"Nggak usah dibahas." Arjuna mencebikkan bibirnya.

"Btw, gimana kabar RAJAWALI?" Semuanya menoleh pada Bagus, "gue gatel mau balas dendam."

"Demi dah, susah banget mau nyari mereka sekarang," sahut Reonaldo.

"Mereka pasti lagi ngerencanain sesuatu," ucap Dewa.

"Mereka pasti juga udah ngatur semuanya. Makanya mereka berani nyerang Dewa, pasti mereka tahu resikonya kalau EAGLE nggak bakal tinggal diam." Arjuna menimpali, "kita harus hati-hati."

"Btw, nih. Lo bener-bener lupa, malam lo kecelakaan itu lo mau ke mana atau habis dari mana, Wa?" tanya Bagus.

Dewa menggelengkan kepalanya. "Gue nggak inget."

"Lo inget nggak, sebelum lo kecelakaan, lo sering keluar tanpa ngajak kita?" tanya Bagus, lagi.

Dewa menggelengkan kepalanya. "Gue nggak inget sama sekali."

"Coba, sini gue geplak pala lu, Wa. Kalau di spongebob atau tom & jerry, pasti ingetannya langsung balik lagi," celetuk Tama yang sudah bersiap hendak memukul kepala Dewa.

"Gila lo?" Cegah Arjuna, "bukannya sembuh, malah tambah parah."

"Sini, pala lu yang gue geplak." Bagus menempeleng kepala Tama dari belakang.

"Bangsat, ngapa jadi gue!" Prostes Tama hendak membalas Bagus.

"Gue mau balik." Dewa bangkit dari posisinya.

"Tumben?" ucap Arjuna.

"Duluan," ujar Dewa seraya melenggang pergi.

"Ngapa tuh?" tanya Tama seraya menunjuk punggung Dewa yang menjauh dengan dagunya.

"Biarin lah, kudu banyak istirahat dia," ucap Bagus.

Dewa melangkah menuju motornya. Menyalakan mesin, kemudian tancap gas menuju rumahnya. Tidak sampai dua puluh menit, karena Dewa memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.

Setelah sampai di garasi rumah, cowok itu memarkirkan motornya di deretan koleksi motor besarnya. Cowok itu melangkah masuk dan langsung disambut oleh beberapa pelayan.

"Den Dewa, mau makan sekarang?" Dewa menggeleng.

"Den Dewa, mau mandi?" Dewa kembali menggeleng.

Cowok itu terus berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Sampai di depan pintu kamarnya, ada seorang kepala pelayan yang menghampirinya.

"Den, ini tadi jatuh di depan kamar Den Dewa," ucap Wanita paruhbaya itu seraya menyerahkan kain berwarna putih.

Dewa meraih benda itu. "Makasih." Kemudian kepala pelayan itu pergi.

Mata tajam Dewa meneliti benda itu, kemudian membuka lipatannya. Ah, iya, Dewa ingat. Ini adalah sapu tangan yang diberikan oleh gadis yang menabraknya tadi. Perhatian Dewa teralihkan pada tulisan bordir yang terletak di tengah kain putih itu.

"Starla Sherena Alsca," eja Dewa membaca deretan huruf yang terbordir rapi di sana.

*SCELUS*

JANGAN LUPA FOLLOW!

@we.are.eagle

Lihat followingnya untuk instagram resmi seluruh roleplayer :)

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel