Pustaka
Bahasa Indonesia

Cooking

82.0K · Tamat
Del BlushOn
56
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Demi kecantikan apa pun akan dilakukan. Memasak dengan bahan-bahan yang tidak biasa. Salah satu bahannya adalah pemuda-pemuda tampan.

One-night StandSupernaturalpembunuhanAktorWanita CantikSuspenseDewasa

1. Hologram dan Bayangan Hitam di Mansion

*Sebutlah Tuhan dan ingatlah Tuhan di setiap hela napas*

FADE IN FADE OUT. Dari terang ke gelap.

Di luar, di depan sebuah mansion kuno antik, pada malam hari.

Miliaran hologram dan bayangan hitam, sosok hantu, berjalan dan berterbangan.

***

Di dalam ruangan, di ruang tamu mansion kuno antik, pada malam hari.

Ruangan itu gelap gulita, penerangannya selalu dimatikan. Di ruang itu tampak beberapa hologram sosok hantu.

***

Di dalam ruangan, di tangga mansion kuno antik, pada malam hari.

Di tangga itu ada penerangan, tetapi bercahaya sangat redup. Di tangga itu tampak bayangan hitam sekelebat terbang.

***

Di dalam ruangan, di ruang ballroom mansion kuno antik, pada malam hari.

Ruangan itu gelap lalu satu bola lampu menyala lalu terdengar suara musik mengalun lembut romantis. Sedetik kemudian terdengar suara tawa dua sosok, yang satu suara perempuan, yang satu suara laki-laki. Sedetik selanjutnya muncul hologram sepasang sosok hantu yang sedang berdansa sambil tertawa dimabuk asmara. Hologram sepasang kekasih menghilang, suara musik dan sedikit tawa masih terdengar.

***

Di ruang kamar tidur Mela, di mansion kuno antik, pada malam hari.

Semilir angin sepoi mengalun lembut seketika berubah menjadi angin yang berhembus kencang. Masuk melalui celah jendela, menggerakkan tirai, menyentuh wajah, dan tubuh Mela. Miliaran hologram dan bayangan hitam sosok hantu masuk sambil berbisik kencang, tetapi lembut.

"Jangan lupa waktunya memasak!" seru berbisik, kencang, dan lembut dari sosok bayangan-bayangan hitam.

"Naar ....! Naar ....!" peringatan dari sosok hologram-hologram dengan nada suara yang sama dengan sosok-sosok bayangan hitam, agar Mela tidak memasak.

Miliaran hologram dan bayangan hitam menghilang. Angin kembali menjadi semilir mengalun lembut. Perlahan Mela terbangun dan membuka matanya. Dia bangkit dan duduk di tempat tidurnya. Dia beranjak, berjalan menuju ke sebuah cermin raksasa yang ada di dalam kamarnya. Dia duduk di kursi yang ia sediakan di depan cermin untuknya duduk bercermin. Dia memandang dan membelai wajahnya yang sangat cantik tanpa makeup dan tampak seperti masih usia tujuh belas tahun. Apalagi saat bermakeup, semakin cantik menjelis saja wajahnya. Dia lalu tersenyum bangga melihat kecantikannya itu. Angin kembali berhembus kencang menyentuh wajah dan tubuhnya. Miliaran hologram dan bayangan hitam sosok hantu kembali muncul dan berbisik berebut memberi pengaruh kepadanya. Para bayangan hitam memberi pengaruh buruk sedangkan para hologram memberi peringatan agar ia tidak melakukan yang dikehendaki para bayangan hitam.

"Jangan lupa memasak! Jangan lupa! Jangan lupa!" kata bayangan-bayangan hitam.

"Suatu saat kau akan menuai yang kau tanam! Naar ....! Naar ....!" kata hologram-hologram.

Bayangan-bayangan hitam menyibak bayangan-bayangan hologram. Bayangan hologram menghilang semua.

Waktu berjalan, berlalu, hingga hari telah menjadi terang.

Di luar ruangan, di halaman mansion kuno antik, pada pagi hari.

Mela mengeluarkan smartphonenya sembari ke luar dari bangunan mansionnya. Ia melangkah ke halaman mansionnya sembari menelepon seseorang asistennya.

"Kosongkan jadwal untuk satu pekan ini!" perintah Mela.

"Oke, akan saya bilang ke manager Anda, Nona!" jawab Cindy asisten Mela di telepon.

Telepon mati. Mela masuk ke dalam mobilnya.

"Aku membutuhkan ari-ari bayi yang baru lahir!" ujar Mela. Mela menaruh smartphonenya di pinggir kaca depan mobil. Selanjutnya ia menyalakan mesin mobilnya. Selanjutnya ia melaju perlahan, pergi bersama mobilnya.

***

Di luar ruangan, di seberang jalan, di depan rumah sakit bersalin, pada pagi hari.

Mobil Mela berhenti di seberang jalan di depan rumah sakit bersalin. Ia memperhatikan rumah sakit bersalin itu dari dalam mobilnya. Ia mengedarkan pandangannya mencari yang ia butuhkan. Ia pun dengan sabar menantikannya.

Masih di pagi hari, masih di tempat yang sama, persis di depan rumah sakit bersalin, tampak seorang wanita hamil masuk ke dalam rumah sakit itu, ditemani pria yang tampaknya adalah suaminya. Perutnya tampak sangat besar sepertinya hampir mau melahirkan. Mela yang ada di seberang rumah sakit itu memperhatikan wanita hamil besar itu. Ia mendapatkan apa yang sedang ia butuhkan. Ia pun tersenyum lega kecantikannya akan tetap menawan menggelegar.

"Jangan melewatkannya satu detik pun!" ujar Mela.

Satu hari itu telah berubah menjadi gelap. Tepat pada saat gelap itu, wanita hamil besar tadi sudah saatnya lahiran. Mela memakai seragam dan masker bergabung, berada di antara perawat yang ikut menangani persalinan wanita itu. Dokter dan para perawat segera menangani persalinan wanita hamil itu. Wanita hamil melahirkan. Mela tersenyum di balik maskernya. Tampak ari-ari bayi baru lahir yang ia butuhkan. Mela segera berinisiatif yang mengurusi ari-ari itu. Gendok tanah liat ia ganti dengan yang lain yang tampak serupa. Setelah mendapatkan yang ia butuhkan ia pun pergi dengan lancar.

Hari berganti, hari kembali terang.

Di luar, di depan sebuah supermarket, dipagi hari, mobil Mela datang ke tempat itu. Mela turun dari mobilnya. Semua yang mengenalnya, baik pria maupun wanita, seketika mengalihkan perhatian kepada Mela. Ada yang menyapa, ada yang bersalaman, meminta foto, dan ada yang sekedar diam mengagumi kecantikannya. Mela menanggapi mereka sekedarnya bukan mau sombong, tetapi karena ia harus segera berbelanja.

Di dalam supermarket itu juga demikian, para pengunjung supermarket berebut berfoto dengan Mela. Setelah berhasil memberi pengertian kepada mereka, akhirnya ia pun bisa melangkah melanjutkan tujuannya, untuk berbelanja.

"Area rempah-rempah sebelah mana?" tanya Mela kepada mereka sebelum meninggal mereka.

"Di sana!" tunjuk salah satu ibu yang turut antri foto dengannya tadi.

Ia berjalan menuju ke area rempah-rempah. Ia mengambil berbagai macam rempah sembari melihat kualitasnya dengan cara mencium aromanya.

"Woah, artis cantik berbelanja kebutuhan dapur?" heran takjub seorang pengunjung yang juga sedang berbelanja rempah-rempah. Mela tersenyum manis ramah menanggapi perkataan ibu itu.

"Memasak hobi saya, Ibu," alasan Mela dengan menebarkan senyumannya. Setelah mendapat semua rempah, ia pun bergegas pergi. "Saya duluan, Bu!" pamitnya kepada pengunjung itu.

"Iya!" kata ibu itu.

***

Masih pagi, ia bergegas melajukan mobilnya menuju ke toko yang lain. Kali ini ia akan menuju ke toko bunga. Tidak lama kemudian, akhirnya Mela mendapati sebuah toko bunga. Mobil Mela segera berhenti, parkir di depan toko bunga itu. Ia turun dari mobil. Ia masuk ke dalam toko bunga itu.

Di dalam toko bunga itu, Mela melihat-lihat bunga-bunga yang ada di sekitarnya. Melihat kedatangan seorang artis, pelayan toko terbelalak ternganga, hingga hatinya menjerit senang. Pelayan toko dengan senang hati menghampirinya sambil membawa smartphonenya.

"Boleh saya berfoto bersama Anda, Nona Mela?" tanya pelayan toko itu yang memakai nama dada bertuliskan Rania.

"Tentu, Rania," jawab Mela dengan sangat ramah, lembut, dan manis sekali. Rania yang merasa disebut namanya oleh sang aktris, hatinya yang sudah menjerit senang menjadi histeris senang sekali. Mereka berdua berfoto bersama beberapa kali.

"Sudah?" tanya Mela.

"Sudah terima kasih, Nona Mela!" ucap Rania.

"Saya beli semua jenis bunga yang ada di sini!" ujar Mela.

"Berapa-berapa per jenisnya?" tanya Rania.

"Setiap jenisnya sepuluh tangkai bunga," jawab Mela.

"Oke, ditunggu sebentar, Nona Mela!" kata Rania dengan semangat. Dengan senang hati sembari bersenandung, ia segera membungkuskan pesanan Mela dengan sangat cantik.

"Terima kasih, Rania!" ucap Mela sembari membayar lalu menerima bunga-bunga yang dibelinya dari tangan Rania. Setelahnya, ia pun segera ke luar dari toko bunga itu.

Di pagi hari menjelang siang itu, seorang pemuda tidak sengaja pandangannya beredar ke arah toko bunga itu. Di depan toko bunga itu, tampak Mela ke luar dari toko bunga. Tampak Mela sedang memasukkan bunga-bunga itu ke dalam mobilnya, di kursi belakang. Tangan pria itu sedang membawa kamera rekam. Pria itu tidak melewatkan momen itu untuk merekamnya.

"Sekarang waktunya mencari tiga tamu pria, muda dan tampan!" suai bibir Mela.

Seorang wartawan pria muda yang melihat Mela dari kejauhan itu segera melangkah menghampiri sembari kameranya tetap menyala.

"Nona Mela! Nona Mela!" seru Edward. Mela melihat ke arah pria muda nan tampan itu. Melihat Mela menoleh ke arahnya, pria itu pun melambaikan tangannya. "Tunggu, Nona Mela!" serunya lagi kemudian berlari mendekat. "Mungkin hari ini dan Nona Mela adalah keberuntunganku!" benaknya sembari berlari mendekati Mela.

Di pagi hari menjelang siang itu, di depan toko bunga mereka bertemu. Edward wartawan muda sudah berada tepat di hadapan Mela sang artis aktris cantik jelita, pujaan hatinya selama ini.

"Hai, Nona Mela! Perkenalkan, saya Edward!" kata Edward sembari mengulurkan tangannya. Mela dengan ramah dan senang hati menjabatnya.

"Apakah kamu wartawan, Edward?" tanya Mela saat melihat kamera rekam yang sedang dibawa oleh Edward.

"Saya masih belajar menjadi wartawan, Nona Mela," jawab Edward.

"Umur kamu dua puluh lima tahun, Edward?" tanya Mela.

"Di bawah dua puluh lima tahun, Nona Mela," jawab Edward.

"Bagus, itu lebih baik, Edward!" kata Mela.

"Lebih baik? Kenapa lebih baik, Nona Mela?" heran Edward dengan pernyataan Mela. Semua itu terekam suaranya oleh kamera yang masih menyala, yang dibawa Edward.

"Karena akan membuat aku lebih muda dan cantik, Edward," jawab Mela.

"Bagaimana bisa begitu, Nona Mela?" tanya Edward yang semakin bingung dengan pernyataan Mela.

"Lupakan!" kata Mela saat menyadari kata-katanya yang berterus terang itu. "Kau mau mewawancarai aku, Edward?" tanya Mela mengalihkan perhatian.

"Iya, tentu, Nona Mela!" jawab Edward antusias.

"Oke, tapi nanti malam di mansion pribadi aku!" kata Mela menyetujui.

"Nanti malam di mansion pribadi Anda, Nona Mela?" tanya Edward memastikan apa yang didengarnya.

"Kamu mau datang, Edward?" tanya Mela tanpa menjawab pertanyaan Edward.

"Iya tentu, Nona Mela! Saya sangat senang sekali malah, Nona Mela!" ujar Edward dengan lebih antusias karena mendapatkan ajakan dari sang aktris cantik pujaannya.

"Apakah kamu punya dua teman pria muda seusia kamu, Edward?" tanya Mela kemudian.

"Iya, saya punya, Nona Mela! Andrew dan Peter!" jawab Edward.

"Usia dua puluh lima tahun atau usia di bawah dua puluh lima tahun?" tanya Mela.

"Usia dua puluh empat tahun dan yang satunya usia dua puluh tiga tahun," jawab Edward.

"Oke, kamu harus ajak mereka berdua! Kamu jangan ajak yang lain!" tegas Mela.

"Oke, Nona Mela! Hanya Andrew dan Peter yang akan datang bersamaku, ke mansion Anda, Nona Mela!" ujar Edward.