Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ethan Daniel

Ethan mendengar sebagian pembicaraan Opanya dengan wanita matrealistis itu, mengapa opa-nya sampai memohon seperti itu, seakan-akan dia bujangan lapuk? Aku ini Ethan Daniel, wanita mengantri untuk kencan bersamaku?

Dan yang lebih menyebalkannya, perempuan itu sok jual mahal sekali, sampai menikah dengannya perlu berpikir? Sekarang dia sudah mendengar masalah warisan pasti wanita itu akan menempel seperti lintah.Ethan masuk segera agar kakeknya itu menghentikan bujukannya.

"Opa sudah masuk jadwal dioperasi, jangan lupa nanti harus puasa. Kamarnya nyaman kan? Aku harus pulang, nanti jam 10 ada meeting dengan New York," jelasnya mendekati kakeknya sambil melihat jam, sekarang sudah hampir jam 9 malam.

"Ethan..." panggil opa Jacob dengan suara serak.

"Kita ngobrol dulu sebentar," ujarnya menatap cucu laki satu-satunya itu, dia hanya memikirkan pekerjaan. Umurnya sudah 29 tahun ini, sudah layak dia untuk menikah, pikir opa dengan penuh harap.

Tapi pandangan Ethan malah tertuju pada wanita itu. Dia memiliki rambut yang panjang tergerai indah di sebelah kiri di atas pundaknya sehingga memperlihatkan lehernya yang putih jenjang.

Ethan menghela nafas agar kembali konsentrasi, menghindari pandangan Anna yang mencela.

"Aku harus melihat berkasnya dulu opa, nanti nggak keburu lihat berkas, meeting jadi percuma," jawab Ethan mencari alasan karena sesungguhnya dia tidak mau membicarakan perjodohan ini, setelah melihatnya langsung, dia langsung tahu, wanita di hadapannya ini hanya wanita penggoda matrealistis.

"Meeting itu bisa ditunda, ayolah kita dah lama ga ngo,-" dia terbatuk lagi sebelum menyelesaikan kata-katanya. Wajah opa terlihat lelah namun dia masih memaksakan dirinya untuk berbicara.

"Udah, opa istirahat ya?" Ethan menatap opanya sungguh-sungguh, tapi opa tidak menggubrisnya. Ethan menatapnya dengan prihatin.

"Opa sungguh berharap kalian akan bahagia, sebahagia yang direncanakan oleh kakek-kakekmu," ucap opa Jacob sambil menatap mereka berdua, kata-katanya terasa janggal mengambang di udara.

"Opa ngomong apa sih, kaya mau ada apa aja," protes Anna yang merasakan hal yang sama seperti yang Ethan rasakan.

"Ethan, kamu antar Anna pulang ya? sudah malam nggak mungkin dia pulang sendirian," pinta opa Jacob langsung kepada cucunya, Ethan menghela napas panjang ingin protes. Tapi entah kenapa pandangan mata kakek tua itu malam ini sungguh membuatnya menjadi iba.

"Tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri kok, aku pulang ya Opa!" seru Anna tiba-tiba meraih opa Jacob dalam pelukannya.

Opa Jacob terkejut atas pelukannya, Ethan apalagi, keluarga mereka adalah keluarga yang kaku, bahkan bersalaman saja jarang.

"Baik, hati-hati sayang," ucap Opa Jacob setelah pulih dari keterkejutannya. Anna segera melambaikan tangannya dan berjalan keluar begitu saja dari kamar rawat opa, dia tidak mau diantar Ethan. Tapi Ethan kini merasa tersinggung karena Anna malah melarikan diri, dia segera mengejarnya.

"Hai!" teria Ethan memanggilnya di lorong rumah sakit. Suara sepatungnya bergaung tiap kali dia melangkah menjauh, tapi Anna tidak mau berhenti, dia malah mempercepat langkahnya, dia tak sudi dipanggil 'hei'.

"Hei, hei! Aku tau kamu mendengarku!" teriak Ethan kesal.

Anna yang menahan amarah berhenti berjalan, gaun kuningnya mengayun ketika dia berputar dan malah menghampiri Ethan sambil memandang tajam seakan mau memakan Ethan. Tanpa Ethan sadari dia berhenti mendekati Anna.

"Kenapa... kenapa kamu yang malah melihatku seperti itu?" tanya Ethan tiba-tiba kehilangan keberaniannya, bingung entah kenapa dia menjadi terintimidasi oleh Anna.

"Eh eh... hei hei, jangan seenaknya anda memanggil saya ya!" bentaknya. Ethan tertegun menatap wajahnya yang mungil marah itu.

"Ah..." Hanya itu yang dia bisa ucapkan.

"Dari tadi saya sudah cukup sabar dengan kelakuan anda ya, saya punya nama, anda tau kan nama saya, tadi kita sudah dikenalkan kan?" ucap Anna marah, dia sudah cukup sabar menghadapi kelakuan Ethan seharian.

Cih, Ethan Samuel sedang dimarahi, ada apa ini, kenapa dunia seakan-akan terbalik? Tapi herannya lidah Ethan kelu, dia tidak bisa menjawab pertanyaannya. Ethan hanya terbius dengan manik matanya yang berkilat-kilat.

"Nama saya Anna, Anna Federica," ucapnya lagi mengingatkan Ethan seakan Ethan seorang idiot. Dia segera menguasai dirinya.

"Anna, mari kita pulang," ujar Ethan menarik tangannya. Anna menurut beberapa langkah tapi segera sadar dia melepaskan genggaman tangannya.

"Eh... mengapa anda seenaknya menyentuh saya?" teriak Anna keras sengaja sehingga lagi, suster-suster yang ada di booth ikut memperhatikan mereka. siapa tahu pria kasar ini bisa diusir duluan, pikirnya dalam hati.

"Kamu mau pulang kan, aku antar," Ethan masih mencoba meraihnya, tapi Anna kembali menyingkir menjauhi Ethan yang semakin penasaran, baru kali ini dia merasakan ditolak.

"Nggak perlu, saya bisa pulang sendiri," balasnya. Anna langsung berjalan cepat menuju lift melewati booth suster yang sedang menggosipkan mereka.

"Hei!" panggil Ethan mengulang kesalahannya lagi. Anna segera masuk ke dalam lift.

"Anna, tunggu!" teriak Ethan segera ikut masuk ke dalam lift.

"Tuh nggak susah kan panggil nama orang pakai namanya!" serunya ketus. Ethan menggertakkan giginya separuh menyesal ikut masuk ke dalam lift

"Aku tak butuh diantar, aku bisa pulang sendiri!" seru Anna tanpa melihat Ethan yang merasa gemas sekali dengan wanita keras kepala ini.

Baru kali ini Ethan bertemu dengan seseorang yang sama keras kepalanya dengan dirinya.

Anna memandang ke layar yang menunjukkan lantai yang sedang dilewati dengan tidak sabar. Mengapa pria ini terus mengikutinya? Tadi dia kesannya tak sudi bicara dengannya mengapa kini dia malah memaksa untuk mengantarnya, pikir Anna kesal.

"Opa menyuruhku untuk mengantarmu pulang," ucap Ethan keras kepala mencari alasan, karena sejak kapan dia mendengarkan kakeknya?

"Nggak butuh!" jawabnya dengan sengit, Ethan semakin tertantang, karena semakin dilarang semakin ingin dia melakukannya.

"Hari ini sudah malam, kamu nggak mungkin pulang sendiri,” Ethan tidak mau kalah, emosinya kembali tersulut ketika berbicara dengan wanita itu. Pintu lift terbuka dan Anna melesat secepat sepatu hak barunya membawanya.

"Anna!" panggil Ethan tapi dia malah berjalan semakin cepat. Pegawai valet yang melihat kedatangan Ethan langsung menyiapkan mobilnya.Ethan berlari mengejarnya dan saat dia terpeleset, Ethan segera mendengus senang. Dia segera meraih tangannya, dan menariknya paksa untuk masuk ke dalam mobil.

Bola mata coklat mudanya terbelalak kaget. Ada bunyi krek tiba-tiba, tanpa Ethan sadari, dia telah merobek gaun kuning Anna. Ternyata dressnya robek, dari bagian ketiak sampai pinggang, dengan malu dia segera memegang gaunnya. Andai tidak robek dia bisa segera turun dari mobil saat Ethan memutar menuju kursi pengemudi.

Ethan mendegus sambil memakai sabuk pengaman, melihat Anna tidak turun dari mobilnya, mungkin dia kaget setelah melihat mobil mewahnya, semua perempuan sama, jika melihat mobil mewah pasti langsung mau ikut, pikirnya dalam hati sambil langsung menyetir keluar dari rumah sakit.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel