Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Couple Meresahkan

Memang sih, Via dan Bagas adalah tipe orang yang cuek pada respon orang sekitar, bahkan mereka tidak malu jika menjadi sorotan tiap pasang mata. Tapi Bagi Debo itu sangat mengganggu. OK lah Bagas dan Via tidak malu tapi dia yang mendampingi Bagas juga ikutan jadi lirikan sinis penghuni kantin.

“Apaan sih, Deb! Bilang aja nggak mau jauh dari aku, sorry aja ya. Aku udah ada yang punya.” tandas Via.

“Hih! Siapa juga?!” ucap Debo sambil bergidik ngeri. Direspon tawa oleh Bagas dan Via.

“Bukannya apa-apa, Vi. Malu dilihat orang, emang dasar kadar malu kalian tuh minim,” ucap Debo lagi terkesan menghina tapi sungguh tak ada niat untuk menghina di hatinya. Bagas dan Via pun tak merasa dihina karena memang tipe bercandaan mereka terlihat frontal dan nusuk. Mungkin karena terlalu akrabnya mereka.

Di tempat duduknya sana Via kembali tertawa puas disusul oleh Bagas yang ada di samping Debo, mereka menertawakan Debo.

“Eh debu! Emang nggak sadar siapa yang ikutan treak-treak?!” telak Via.

Debo melongo. Via benar, jatuh sudah image pemimpin berwibawa di diri Debo gara-gara kedua temannya yang sering ia tuduh 'sedikit geser' itu.

“Haduh! turun nih nilai jual gue sebagai cowok berwibawa,” keluh Debo menunduk menyembunyikan wajahnya, ia lirik teman-teman di sekitarnya, mereka senyum-senyum tak jelas ke arah Debo.

“Yaelah bro udah nggak usah jaim, keluarin aja aslinya,” kata Bagas santai.

“Kamu sama Via tuh biang rusuh, dasar!” Debo mengayunkan garpu ke wajah Bagas namun Bagas langsung menghindar.

Alyssa hanya mendengarkan ketiga temannya berbicara. Sungguh dia tak suka di posisi ini. berada di tempat berpenghuni lelaki dan perempuan bercampur baur. Tapi dia luruskan hatinya dengan berfikir logis ini adalah tempat umum—boleh laki-laki dan perempuan bertemu dan berkomunikasi yang sewajarnya tanpa ada unsur masalah pribadi. Ia mencoba membiasakan dirinya karena memang di sini hari-harinya akan berjalan.

Dari arah pintu masuk terlihat dua sejoli berjalan bergandengan tangan layaknya orang kasmaran yang dimabuk cinta. mereka adalah Shilla dan Beril, hubunggan mereka terjalin baru seminggu yang lalu, dengan begitu beraninya Beril mengungkapkan isi hatinya kepada Shilla di depan siswa SMA Safir tepat pada hari ulang tahun Shilla yang ke enam belas, tak kuasa dengan keaadaan Shilla pun memberi jawaban terindah untuk Beril yang konon jawaban itu telah membuat hancur hati para lelaki yang selama ini mengincar Shilla untuk dijadikan pacar, dan hati para gadis yang mengharapkan Beril. Keduanya memang memiliki wajah yang subhanallah Eloknya, banyak yang mengatakan mereka adalah pasangan yang serasi, Cantik dan Tampan.

Mereka berhenti di meja Debo dan Bagas.

“Tau deh pasangan baru, nempel mulu kayak sepatu sama kaki,” celetuk Bagas wajahnya terlihat masam.

“Cielah, yang jomblo akut iri gitu,” jawab Shilla balik meledek Bagas dan membuat Bagas panas karena mendengar harga dirinya diremehkan gara-gara tidak memiliki kekasih. Padahal bukan karena ia tidak laku dikalangan cewek-cewek tapi, karena tak ada yang mau padanya? Tidak, tidak. Bagas tengah menunggu seseorang membuka hati padanya, dan yang paling penting Bagas tengah menunggu keberanian muncul untuk menyatakan perasaan pada gadis itu, gadis yang istimewa, gadis yang berbeda dengan dirinya, ada satu benteng kokoh yang selalu mengurungkan niat yang lama ia pendam.

“Ee sembarangan, kamu nggak tau, hah? Ariana Grande aja meleleh ngeliat aku!” ketus Bagas dengan mantapnya ia berbicara seolah itu sungguhan.

“Es batu kali meleleh. Yaudah, bye JoKut! Jomblo Akut,” kata Shilla buru-buru ia menarik lengan Beril, takut Bagas bersikap anarkis padanya karena telah mengolok-olok kejombloan Bagas. Shilla menggandeng Beril mendekati bangku Via dan Alyssa.

“Via tumben amat ambil pojokan? Biasanyakan kamu di depan biar enak nambah baksonya,” sapa Shilla setelah sampai di depan meja Via dan Alyssa.

“Hih Shilla mah, soalnya di depan banyak setannya, Shil, iya kan, Lyss?” jawab Via.

Alyssa yang sedari tadi menikmati baksonya kini beralih melihat siapa yang diajak bicara oleh Via.

Sontak Alyssa kaget. Kuah di mulutnya tertelan ke jalan yang salah. Kini hidung bagian dalam Alyssa terasa panas, segera Via menyodorkan teh pada Alyssa. Alyssa menunduk dalam, ia sangat kaget ketika melihat Shilla yang bergelayut mesra pada lelaki yang dirangkulnya.

“Kenapa sih, Lys?” tanya Via panic.

Alyssa tak menjawab. Dia terus menunduk.

“Sayang kamu mau pesan apa?” tanya Beril.

“Samaain deh, yang,” jawab Shilla.

“Yaudah aku pesan dulu, ya?” ucap Beril sembari mengangkat kedua tangan shilla yang ia genggam seolah akan berpisah lama, genggaman itu semakin kuat dan akhirnya terlepas saat Beril pergi memesan makanan. Shilla menyeret dua kursi kemudian duduk di depan Alyssa.

“Oiya Al, kenalin tadi itu pacarku namanya Beril anak XI IPA 2, ganteng, kan?” Shilla memperkenalkan Beril pada Alyssa. Alyssa hanya tersenyum.

Tak butuh waktu lama Beril datang membawa makanan.

“Selamat makan,” ucap Shilla.

Ketiganya melahap makanan dengan semangat, beda dengan Alyssa yang tengah gusar. Berada di antara mereka hatinya tak tenang.

“Sayang mau bakso? Yang ini nggak pedes,” kata Beril sambil memperlihatkan sepotong bakso yang menancap di garpunya.

“Boleh,” jawab Shilla, segera Beril menyuapi Shilla dengan mesranya.

“Tau deh kantin cuma milik berdua yang lain ngontrak, woy ngontrak!” kata Via dia sengaja mengeraskan suara. Via bahkan mengunyah baksonya dengan kasar.

“Iri, ya Vi?” tanya Shilla santai.

“Hih, ogah!” Via memalingkan wajahnya ke samping. Shilla tidak pernah malu mengumbar kemesraan dengan lelaki yang berstatus sebagai pacarnya. Shilla berdalih ngapain malu? toh kita saling suka dan nggak bertepuk sebelah tangan. Dan yang pasti mereka punya ikatan. Pacaran.

“Via, aku mau ke toilet.” Alyssa berdiri. Menyudahi makan, menyodorkan uang dua puluh ribu pada Via lalu beranjak meninggalkan meja makan.

“Mau aku temenin, Lyss?” teriak Via melihat Alyssa yang setengah berlari.

Alyssa hanya menggeleng dengan tergesa-gesa ia meninggalkan kantin yang membuatnya sulit bernafas itu.

“Emang dia tau jalan ke toilet?” tanya Via pada orang yang ada di depannya, serempak Beril dan Shilla mengendikkan bahu pertanda mereka tak tau jawaban atas pertanyaan Via.

Via hanya mempercayai bahwa Alyssa tahu kemana dia harus pergi. Karena yang Via lihat, Alyssa begitu yakin hendak kemana dia melangkah. Tidak ada pikiran lain, Via melanjutkan kembali menyantap bakso bakarnya sebelum jengkel pada dua sejoli yang tengan asik saling suap.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel