Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14 Status Baru Part - 3

Brian memaniku jalan sampai ke depan pagar rumahku.

"Makasih ya udah traktir aku makan"

"Iya Re, masuk gih udah malem"

"Kaka pulangnya hati-hati ya"

"Ya, sayang"

Entah mengapa, rasanya ingin berlama-lama denganya. Meskipun begitu hari sudah menunjukan pukul 8 malam jadi kami harus berpisah dulu.

Esokan harinya, Brian seperti biasa menjemputku namun kali ini aku tak minta diturunkan lagi di depan gerbang. Dia mengantarku sampai ke depan kelas dan membuat seluruh isi kelasku heboh karnanya. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak bisa terus-menerus menyembunyikan ini semua. Tentu saja Brian sangat senang dengan keputusanku.

Pagi ini semua anak kelas X dan X1 di kumpulkan di lapangan untuk pemberitahuan tentang adanya acara sekolah, tepatnya ulang taun sekolah yang akan berlangsung 2 hari lagi.

Masing-masing kelas wajib mengirimkan perwakilanya untuk mengisi acara tersebut.

Setelah kepala sekolah memberi informasi yang cukup, kami dibubarkan dan langsung masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar seperti biasanya.

Kami, semua anak X1 AP 1 sepakat untuk membahas acara ini sepulang sekolah.

Tepat jam 2 siang bel pertanda pulangpun berbunyi.

Ketua kelas kami, Dito langsung maju kedepan untuk memimpin diskusi.

"Jadi.. ada saran kita mau nampilin apa ?" Tanya dito kepada seluruh anak di kelas

"Dance aja"

"Modeling gimana?"

"Drama, drama"

"Band lah ayok"

Semua anak-anak memberi saranya masing-masing, namun kami hanya bisa menampilkan satu saja.

Setelah berdiskusi akhirnya suara terbanyak adalah menampilkan Band.

Dito mengisi posisi drummer. Randy, fana, desta mengisi posisi gitaris. Kami semua bingung siapa yang akan mengisi posisi vocalis.

Semua anak tak ada yang mau dikarenakan berbagai macam alasan.

Akhirnya dengan terpaksa Ema bersedia menjadi Vocalis.

Semua sudah lengkap, tinggal diskusi untuk pemilihan lagu dan lainya. Pembahasan akan dilanjutkan besok siang saat jam istirahat.

Saat Ema dan yang lainya masih berdiskusi tentang apa yang akan dibahas besok siang, Brain meneleponku.

"Hallo kak"

"Iya, udah selesai?. Aku kesitu ya"

"Gak usah kak, ini udah mau selesai kok. Kaka tunggu di parkiran aja. Bentar lagi aku kesitu"

"Oke.."

Aku melirik ke arah Randy yang masih sibuk diskusi dengan anak-anak.

Perlahan ku dekati dia dan mengajaknya berbicara.

"Gue duluan ya, lu terusin aja dulu sama anak-anak"

"Lu mau kemana re, pulang? Bareng gue aja bentar lagi"

"Gakpapa gak usah, lu lanjut aja. Gue duluan ya"

Tanpa mendengar jawaban Randy aku sudah berjalan keluar kelas.

Tiba-tiba saja aku ingin buang air kecil dan aku pergi ke toilet dahulu.

Saat aku sedang buang air kecil di salah satu bilik toilet, ku dengar beberapa anak masuk ke toilet sambil mengobrol, ya apalagi kalo bukan karna mereka mau dandan agar tetap tampil maksimal sepulang sekolah.

Namun ketika aku hendak keluar dari bilik toilet, tak sengaja aku mendengar pembicaraan mereka.

"Eh, lu pada udah denger belum"

"Denger apaan?"

"Denger dari anak-anak sih katanya Brian punya cewe loh.... Anak kelas XI gitu"

"Serius lu? My baby Brian yang ganteng kebangetan itu?"

"Iya, si Brian"

"Cewe yang mana sih, secantik apa dia sampe Brian mau jadian sama dia. Gue aja yang begini susah banget deketin dia. Palingan juga tu anak duluan yang kecentilan deketin My baby Brian"

"Katanya sih tu cewe biasa-biasa aja, gak Waah banget tuh"

"Hah? Serius ?"

"Ah palingan dia cuman jadi maenanya Brian aja kaya si Mery"

"Iya palingan. Kasian banget ya hahahaha"

Setelah puas tertawa dan mereka rasa dandanan mereka sudah sesuai, anak-anak tersebut keluar dari toilet. Aku kesal mendengar percakapan tadi, namun rasa kesalku kalah dengan rasa penasaranku. Siapa Mery ?, apa dia juga mantanya Brian kaya Luna.

Aku menghadap cermin sembari memikirkan hal itu, lamunanku dibuyarkan oleh bunyi ponsel-ku.

"Iya kak aku dari toilet, ini mau kesana"

"Oke.."

Aku bergegas menuju parkiran.

Dari jauh terlihat Brian sedang duduk di atas motornya sambil melihat ke arahku.

"Maaf kak, lama ya?" Tanyaku setelah sampai

"Iya gakpapa" jawabnya singkat sembari tersenyum.

Tanpa basa-basi kami pergi. Sepanjang perjalanan aku jadi terdiam, slalu teringat pembicaraan orang-orang di toilet tadi.

Siapa sih Mery, kok aku gak pernah denger namanya sebelumnya. Trus kok kak Brian gak pernah cerita juga tentang Mery.

"Hei, kok diem" suara Brian mengagetkanku

"Oh, engga kak. Tadi tanya apa?"

"Engga, kelasmu mau tampilin apa re?"

"Katanya sih mau nampilin Band"

"Ohya??, bagus dong"

"Kelas kaka sendiri mau nampilin apa?

"Dance". Suaranya samar tertiup angin namun masih bisa ku dengar.

"Trus kaka ikut dance?" Tanyaku penasaran.

"Engga, cewe-cewe di kelas yang ikut 6 orang kayanya aku juga belum tau jelasnya" jelasnya.

Sepanjang perjalanan kami membahas tentang acara sekolah yang akan kami rayakan dua hari lagi. Tak lama kamipun sampai.

"Gak mampir?" Aku menawarkanya sembari turun dari motornya.

"Kapan-kapan aja ya re, aku masih ada urusan?"

"Urusan apa?"

"Sama anak-anak kelas bentar"

"Ohh..."

Sebenarnya aku ingin menanyakan tentang Mery padanya. Namun dia terlihat buru-buru, jadi ku urungkan saja.

Mungkin setelah acara sekolah aku bisa menanyakanya.

Dia melambaikan tanganya sebelum akhirnya hilang bersama motornya.

Aku memasuki rumah dengan perasaan yang tidak senang, mungkin karna aku masih memikirkan kejadian di toilet tadi.

Belum ada tanda-tanda keberadaan mama dan papa dirumah, mungkin mama sedang ada kegiatan diluar sedang papa masih kerja dan mungkin akan pulang sore.

Hanya ada kak Reno dan aku dirumah.

Aku duduk di sofa tepat disebelahnya yang sedang main game online di Hp-nya.

"Kak, dulu Brian itu kaya apa sih"

"Pulang pulang kok malah yang ditanya Brian sih" respon kakak dengan mata tetap mengarah pada game-nya.

"Iya.. Rena pengen tau aja. Kata Randy, kalian kan pernah jadi temen deketnya Brian"

"Bukan pernah re, sekarangpun masih. Cuman karna sibuk masing-masing aja jadi keliatanya aja gak temenan lagi" kaka mencoba memberiku alasan logis yang sebenarnya aku sudah tau dari Randy fakta sebenarnya bahwa mereka sudah tidak pernah lagi main bareng atau kumpul setelah Brian berubah dingin.

"Trus menurut kaka.. Brian itu gimana?"

"Ya kaya gitu, kan kamu liat sendiri dia gimana. Sama ajalah"

"Masa sih" kataku sembari meliriknya

"Ya kalo gak percaya terserah kamu re, mandi sana trus makan. Tar kalo mama balik gue lagi yang diomelin karna lu gak makan".

"Iya, iya!" Jawabku kesal.

Sembariku menghabiskan makan siangku, aku memainkan ponselku, atau lebih tepatnya menunggu chat dari Brian.

Tanda pesan whatsapp berbunyi. Saat ku lihat, benar itu Brian.

"Re, aku udah sampe sekolahan. Mungkin pulang ke rumah sore"

Lalu ku jawab,

"Ohh, oke..." sambil tersenyum.

"Kak.."

"Iya re?"

"Aku mau tanya sesuatu, boleh?"

rasa penasaranku tak bisa ku bendung lagi, rasanya aku tak bisa menunggu sampai acara sekolah selesai. jadi mungkin ku tanya sekarang saja.

"Iya boleh, tanya apa?"

"Mery itu siapa?"

Pesan tersebut hanya dibacanya tanpa membalasnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel