Pustaka
Bahasa Indonesia

Bukan Siti Nurbaya

12.0K · Ongoing
Asda Tan
27
Bab
96
View
9.0
Rating

Ringkasan

"Kania, tiga hari lagi pernikahanmu akan dilangsungkan!" "Papa yang benar saja, kenapa Nia harus menikah dengan tua bangka itu? Nia masih SMA, Pa!" Kania Anastasia adalah gadis cantik dari keluarga kaya raya. Namun, kerakusan ayahnya akan materi membuat Kania dipaksa menikah dengan lelaki tua, milyarded yang sudah bau tanah. Batin Kania menolak karena hatinya sudah milik Verrel Alexander, kekasih yang sangat ia cintai. Apalagi Kania masih SMA, mana mungkin dia akan menikah. Menjelang hari pernikahannya, Kania dan Alex kabur dan berencana kawin lari. Namun, kecelakaan membawa Kania kembali ke masa lalunya. Ia mengetahui dirinya adalah Siti Nurbaya di masa lalu yang dipaksa menikah dengan Datuak Maringgih agar keluarganya terbebas dari hutang. Dilema hati membuat Kania ingin mengubah takdir hidupnya. Ia tidak Ingin nasib buruk terulang kembali. Ia ingin memperjuangkan cintanya. Akankah cinta Kania dan Alex bisa bersatu? Apakah Kania bisa kembali lagi ke masa depan?

Pengembara WaktuWanita CantikTuan MudaRomansaTeenfictionSweetPernikahanpendekarBaperZaman Kuno

Dijodohkan?

"Kania, Papa ingin kamu menikah dengan Om Galih!” bentak lelaki paruh baya yang tidak lain adalah papa Kania Anastasia.

"Oh Galih? Si tua Bangka itu?” Dengan mata membelalak Kania berusaha menantang mata papanya yang membuat lelaki paruh baya itu semakin emosi.

Kania baru saja pulang sekolah, baju putih abu-abu yang ia kenakan bahkan belum sempat ia ganti, bahkan sekaran ia masih sangat lelah, tapi sang Papa malah mengatakan hal tidak-tidak, bahkan itu diluar nalar Kania.

"Mulai hari ini kamu nurut, jangan membantah Papa!"

"Pa, apa Papa menjual Nia?" tantang Kania dengan kedua bola mata membelalak.

P R A K !

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Kania.

S A K I T !

Itulah yang saat ini dirasakan Kania. Wajah mulus putih bersih itu kini berubah menjadi merah, hingga tangan mulus Kania memegang sebelah pipi yang ditampar oleh lelaki yang sangat disayangnya itu. Darah Kania serasa mendidih, hatinya merintih dan matanya mengeluarkan butiran-butiran mutiara. Sungguh, kesakitan ini bukan hanya tamparan papanya, tapi keegoisan papanya untuk memaksakan pernikahan yang tidak layak kepadanya. Ia masih SMA, bahkan baru saja naik ke kelas tiga, begitu panjang hidup dan cita-cita yang ingin ia raih di masa depan.

Air mata mulai mengalir membasahi pipi Kania Anastasia, gadis cantik berusia 17 tahun itu. Hatinya terasa teramat sangat sakit dan terluka, Karena papanya begitu tega menjualnya kepada lelaki yang seusia dengan papanya hanya gara-gara harta.

"Jaga mulutmu! Dia adalah calon suamimu!” Tunjuk kiri papa Haris tepat di depan wajah Kania. Mata lelaki paruh baya itu memerah dengan pancaran emosi yang meluap di wajahnya.

Kania mengangkat wajahnya dan menatap tajam ke arah papanya yang selama ini menjadi idolanya itu.

"Pa, ini adalah tamparan pertama Papa,” ucap Kania dengan nada suara terisak-isak.

"Tiga hari lagi pernikahanmu akan dilangsungkan, tapi kamu malah membantah Papa. Itu sama saja dengan kamu menghancurkan perusahaan kita! Om Galih adalah investor terbesar perusahaan kita,” bentak keras papa Haris.

"Tiga hari lagi?"

Mata Kania membelalak, mana mungkin ada pernikahan mendadak tanpa pemberitahuan dan persiapan seperti itu. Jangankan untuk menikah, membayangkan akan menikah muda saja Kania tidak sanggup.

Kania berlari menuju kamarnya dengan air mata yang terus bercucuran membasahi pipinya.

Kania emosi, hatinya merasa sangat sakit dan hancur, hingga ia meluapkan semua amarah di hatinya dengan membanting pintu kamarnya. Sungguh, Kania saat ini merasa ingin mati saja!

H A N C U R !

Kania merasa seperti sebuah barang yang dijual untuk memuaskan hasrat papanya yang terlalu mencintai harta benda.

K E C E W A !

Kania tidak menyangka, lelaki yang selama ini menjadi panutannya itu sekarang berubah menjadi seseorang yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan sejak mamanya meninggalkan dunia ini.

'Mama, Nia rindu!' ucap Kania di dalam hati.

Kania benar-benar merindukan pelukan hangat dari mamanya yang sudah tidak lagi bisa ia temukan di dunia ini.

Kania menghempaskan tubuhnya di ranjang empuk namun terasa tidak nyaman baginya, ia meraih telepon genggamnya dan menghubungi kekasih hati yang teramat sangat dicintainya.

[Sayang …] sapa Kania lembut.

[Sayang, kamu menangis?] terdengar suara Verrel Alexander dari seberang sana.

[Tidak, aku tidak menangis!] Kania berusaha berbohong.

[Kita ketemuan yuk!] ajak Alex.

[Bukankah sepuluh menit yang lalu kita sudah ketemu di sekolah?]

Kania heran kenapa kekasihnya itu tiba-tiba mengajaknya bertemu, bahkan seragam sekolah yang ia kenakan belum dibuka sama sekali.

[Aku masih rindu!] ungkap Alex dengan suara yang terdengar manja.

Dengan bergegas Kania bangkit dari tempat tidurnya, ia ingin segera bertemu dengan kekasih hati yang teramat sangat disayanginya itu. Lelaki yang merupakan kekasihnya di sekolah itu telah menjalin hubungan dengan Kania sejak dua tahun terakhir.

Kania menatap wajahnya di cermin, gadis cantik dengan tinggi 160cm itu kini tengah menyisir rambutnya dan membiarkan rambut itu terurai panjang, kemudian memakai pelembab bibir di bibir mungilnya yang memang sudah berwarna merah muda alami. Namun, bagi seorang wanita berhias adalah kebutuhan wajib agar penampilannya terlihat cantik di depan sang kekasih.

Seragam putih abu-abu dengan rok diatas lutut yang ia kenakan membuat Kania terlihat semakin mempesona di usianya.

Kania keluar dari kamar dengan perasaan berbunga-bunga.

"Kania, kamu mau kemana?” teriak keras papa Haris ketika melihat sang putri bergegas keluar dari kamarnya.

"Bukan urusan Papa!” jawab Kania singkat dengan nada suara tinggi dan membantah.

"Kamu tidak boleh kemana-mana, Nia!"

Kania tidak mempedulikan papanya, ia segera berlari menuju garasi, ia tidak ingin papanya menghambat keinginannya untuk bertemu dengan kekasih hatinya.

"Kania, tunggu!” teriakan keras yang keluar dari mulut papanya kini sudah tidak lagi ia hiraukan.

Kania mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimal. Ia sudah tidak lagi bisa mengendalikan dirinya. Kania terus melaju di jalan tol dengan sangat cepat hingga sampailah ia di sebuah caffe favorit di mana ia dengan sang kekasih hati sering menghabiskan waktu disana hanya untuk melepaskan penat dari rutinitas pekerjaan yang teramat sangat padat.

"Sayang …,” sapa lelaki tampan yang saat ini tengah berada di depan Kania.

Alex, lelaki dengan tinggi 165, kulit putih dan hidung mancung itu lebih terlihat seperti artis Korea, hingga semua mata yang memandang akan langsung jatuh cinta kepadanya. Namun, mereka tidak akan berkutik jika Kania sedang berada di samping lelaki tampan itu, karena Kania tidak akan segan-segan menghukum dan membully orang yang mengganggu kekasihnya.

"Yuk, masuk!" ucap Alex.

Lelaki itu tersenyum dan mengulurkan satu tangannya untuk menggandeng tangan Kania.

"Sayang ….” Kania segera berlari kepelukan Alex dengan perasaan hati yang berkecamuk.

Kania melingkarkan kedua tangannya semakin erat memeluk Alex dengan air mata yang terus bercucuran.

"Sayang, berantem lagi ya sama Papa?”

Alex mengangkat wajah Kania dengan lembut, ia kemudian menghapus air mata yang terus mengalir di pipi kekasih yang teramat sangat dicintainya itu.

"Kamu nggak kerja sambilan, Sayang?”

Kania berusaha mengalihkan pembicaraan di antara mereka, ia tidak ingin lelaki yang sangat dicintainya itu ikut merasakan luka yang ia rasakan.

"Kania, aku tahu tiga hari lagi kamu akan menikah dengan Pak Galih 'kan?”

Ucapan yang keluar dari mulut Alex membuat hati Kania bergetar sangat hebat. Kania selalu menyembunyikan tentang hal yang memalukan itu dari Alex dan teman-temannya, namun lelaki itu tetap mengetahuinya dari gosip-gosip yang telah menyebar di tempat kerjanya, karena Alex memang bekerja di salah satu toko milik pak Galih.

"Kania, aku ingin memperjuangkan cinta kita! Apakah kamu mau meninggalkan semuanya dan ikut denganku?”