6. Keluarga Nara
Hai semua, ini adalah Kisah Rafina anak Bungsu Rayyan-Nasha (Bukan Calon Kakak Ipar). Jadi ini flashback gitu ya. Di bab 1-5 kalian udah lihat sedikit konfliknya kan? Nah, pasti penasaran kan Fina itu nikah sama siapa? Di bab 6 dan seterusnya akan dibuka semua tabirnya. Yuk ikuti.
Jangan kaget jika alurnya maju mundur. Karena memang seperti itu mamak nyusunnya.
****
Seorang gadis berusia lima belas tahun tengah menatap kedua orang tua dan saudara-saudaranya. Ckckck. Benar-benar ngenes. Ini adalah acara ulang tahun keponakan cantiknya, Royya. Acara sudah berakhir satu jam yang lalu. Teman-tema Royya sudah pada pulang. Royya sendiri sedang bermain bersama Rael ditemani oleh si dokter ganteng bermuka dingin tapi penyayang.
Mumpung duo krucil lagi ada boy sitter super kece, justru malah dimanfaatkan oleh tiga pasangan buat yayang-yayangan. Nasha dan Rayyan lagi pijit-pijitan. Eh, maksudnya Rayyan minta dipijit gitu. Maklum udah tua, muka masih ada kesan gantengnya tapi kesehatan gak bisa bohong. Encok kadang kumat melanda.
Royyan dan Ayana sedang cekakak cekikik duduk di sofa. Mana tangan Royyan toal toel bikin mbak iparnya geli-geli manjah dan yang lihat merasa gerah.
Pasangan Elang-Fiqa sama saja. Kakak juteknya sepertinya lagi sibuk membahas pekerjaan dengan rekan melalui ponsel. Tapi dasar mas iparnyq terlalu bucin, orang istrinya lagi duduk pakai dipeluk erat kayak takut istrinya bakalan ilang. Mana tuh tangan ikutan toal toel juga. Astaga!
Benar-benar pada lupa mereka. Kalau dalam keluarga Nara (Nasha-Rayyan) masih ada remaja nanggung yang belum boleh banyak melihat adegan romantis meski tanpa kiss-kiss.
Rafina yang masih remaja dan belum kepingin ngerti apa itu main sayang-sayangan dengan lawan jenis hanya memutar bola matanya, jengah sambil bersidekap.
"Kenapa Fin?" tanya Royyan sambil menatap adik bungsunya dengan tatapan geli bin jahil.
"Gak kenapa-kenapa."
"Gak kenapa-kenapa kok mukanya bete gitu?"
"Bosen aja lihat tingkah kalian semua. Udah ah, Fina mau sama Mr. Ice dan duo krucil."
Fina langsung berlari ke taman belakang sementara tiga pasangan halal hanya menertawakannya dan kembali yayang-yayangan.
Sampai di kebun belakang, tampak Reihan sedang bermain bola bersama Royya dan Rael.
"Kenapa Fin?"
"Bosen Mas Rei," ucap Fina sambil menghempaskan bokongnya di kursi.
"Sini, Tante. Main bola," ajak Royya.
"Enggak. Kamu aja. Tante lagi malas."
"Yah, si Tante."
Fina memilih mengabaikan gerutuan Royya dan fokus pada ponselnya. Fina membuka beberapa aplikasi seperti WA, FB, IG hanya sekedar membaca chat dari grup yang ia ikuti, pantengin status teman-temannya atau mengikuti berita di akun gosip @Makancur kesayangannya. Wih, lagi berita viral rupanya mengenai pernikahan artis dengan mas kawin pake dollar. Uwow, Fina jadi ngayal pas nikah besok mas kawinnya dia dollar juga.
"Ngapain sih suka pantengin akun gosip? Mending ikutin web yang isinya bagus dan mendidik." Reihan duduk di samping Fina sambil matanya yang tajam mengawasi kedua keponakan ganteng dan cantiknya.
Fina cuma nyengir lalu berargumen.
"Buat hiburan Mas. Biar otak tetap waras dan gak stress. Beberapa bulan kemarin Fina stress banget menghadapi ujian. Belajar, belajar, belajar terus."
Reihan tersenyum mendengar keluh kesah sang adik.
"Tapi, hasilnya sesuai harapan 'kan?"
"Banget, Mas. Hehehe. Masuk sepuluh besar pararel."
"Nah, itu harusnya kamu syukuri."
"Hooh, makasih Mas Rei. Udah kasih Fina support selama ini." Fina bergelayut manja di lengan sang kakak.
"Sama-sama," ucap Reihan lalu mengelus kepala sang adik.
"Jadi ke SMADA?"
"Jadi dong, biar kek Papah, Mas Kembar sama Mbak Fiqa juga."
"Kapan pendaftaran dibuka?"
"Tiga hari lagi. Temenin ya Mas?"
"Oke."
Keromantisan kakak adik itu terganggu karena kedatangan si jahil bin tengil. Siapa lagi kalau bukan Royyan.
"Suit. Suit. Duh, yang jomblo. Gak bisa peluk yayang malah peluk adiknya. Makanya Rei, kawin sono! Ups, nikah dulu ding. Jangan kawin, bahaya. Nanti kamu digantung sama Papah."
Reihan hanya menatap cuek sang kembaran. Sedangkan Fina sudah tidak bergelayut manja lagi pada Reihan. Fina diam dan hanya menonton aksi Royyan yang menjahili Reihan. Seperti biasa Fina penasaran kali ini siapa lagi yang menang.
"Udah Rei, tuh sama Karina aja. Dia ngebet banget loh sama kamu."
"Ck." Reihan cuma mencebik.
"Eh, jangan gitu mukanya. Kan Karina cantik, cucu pemilik rumah sakit lagi. Nanti kamu bisa jadi pewarisnya loh."
"Sorry, aku bukan leleki gila jabatan sama harta. Kenapa gak kamu aja yang dulu nikain Karina."
"Aku sukanya yang ori dan tersegel, Bro. Lagian aku bukan dokter, hahaha."
"Terus ngapain nyaranin ke aku?"
"Ya, daripada kamu jomblo terus. Jangan-jangan tuh cewek udah kasih guna-guna ke kamu Bro. Biar kamu gak dapat jodoh. Biar jodohmu mentok sama Karin. Hahaha."
"Apaan sih? Masih aja percaya hal kek gitu."
"Yeee, siapa tahu Bro. Eh, terus kamu mau nikah sama siapa? Kamu udah dua sembilan loh, beberapa bulan lagi tiga puluh. Cepetan nyari bini sono. Nanti stok cewek habis, bingung kau. Hahaha."
Reihan hanya menatap Royyan sinis dan abai. Tapi bukan Royyan namanya kalau dia menyerah. Royyan masih gencar membully Reihan.
"Rei, kamu gak mbelok 'kan? Duh, kalau mbelok sayang banget itu junior kamu. Enak tahu kalau diajak ehem-ehem sama yayang tahu. Hihihi. Eh, beneran kamu normal 'kan?"
"Kepo."
"Hehehe, aku tahu Rei. Cowok-cowok Australia cakep-cakep. Tapi ...."
Pletak.
"Woi, sakit Rei!"
Royyan hendak membalas menjitak kening Reihan namun Reihan mengelak hingga terjadilah aksi sikut menyikut. Ciat ciat. Fina antusias pun dengan kedua keponakannya. Mereka menyoraki dua lelaki dewasa yang lagi gulat kayak bocah lima tahun. Pertempuran seperti biasa dimenangkan oleh Reihan. Membuat Fina dan Rael bersorak senang sedangkan Royya manyun karena lagi-lagi papinya kalah sama sang ayah.
Royyan meringis kesakitan. Kini dia berada di bawah kungkungan Reihan.
"Woi sakit, Rei. Gila. Kamu mau bunuh aku, aku gak mau bikin istriku jadi janda anakku jadi yatim. Lagian aku belum punya anak cowok," teriak Royyan.
Pergulatan keduanya memancing orang yang ada di dalam rumah ikutan keluar. Nasha dan Rayyan hanya memutar bola mata malas kemudian memilih kembali ke dalam rumah, mau pijit-pijitan lagi. Ayana dan Fiqa terkikik lalu memilih kembali ke rumah untuk membereskan rumah yang berantakan. Elang sendiri sudah tertawa sampai sakit perut.
"Hahaha. Masa kamu kalah mulu sih Roy. Udah hajar aja Rei! Hahaha."
Elang menghampiri anak dan keponakannya. Mereka ikut berseru menyemangati Reihan dan Royyan yang masih adu gulat.
"Horeee. Ayah memang," ucap Rael dengan binar bahagia.
"Papiiiii, papi cowok bukan sih! Kok kalah mulu sama Ayah," gerutu Royya.
Royya kemudian menatap Reihan.
"Ayah keren, Ayah hebat." Royya lalu menghampiri sang Ayah dan mengecup pipinya.
"Makasih, Sayang." Reihan tersenyum memperlihatkan lesung pipi di pipi kirinya lalu mencium pipi Royya juga.
"Woi, anak gue itu. Kamu gak berubah jadi pedofil 'kan Rei."
Reihan menatap malas kembarannya. Dia memilih mengangkat Royya dan membopongnya dengan tangan kiri.
"Mau ikut Rael?" ajak Reihan.
"Ikut, Yah."
Rael menuju Reihan dan menggenggam tangan kanan Reihan yang bebas.
"Fina ikut Mas Rei."
Fina mengikuti langkah ketiganya dan mereka segera menuju ke mobil setelah berpamitan dengan Rayyan.
Kini hanya tersisa Royyan yang masih meringis kesakitan dan Elang yang masih tersenyum lebar.
"Gila tuh orang. Kenapa aku gak pernah bisa ngalahin dia terus sih!"
"Hahaha. Makanya dia jadi abang, kamu jadi adeknya."
"Hooh."
Kedua bapak itu memilih duduk.
"Kapan ya, kembaranku mau nikah," ucap Royyan sedih.
"Ntar juga nikah, aku kok curiga si Rei lagi nungguin seseorang."
"Aku juga. Aku malah penasaran banget sama isi dompet dia. Sayang gak bisa aku ambil buat korek-korek."
"Emang ada apa di dompetnya."
"Fina bilang ada foto seseorang. Cewek, pakai seragam sekolah."
Elang mengernyitkan dahinya.
"Serius?"
"Serius, Fina sendiri yang ngomong. Dia gak sengaja lihat."
Elang nampak berpikir kemudian menepuk pundak sang ipar.
"Ehm, gak usah kepo. Kita biarin aja Reihan dengan rahasianya. Nanti juga kebuka kok. Lagian Rei 'kan udah lulus. Udah kerja juga di Margono. Gampang nanti korek-korek rahasia pribadinya."
"Betul juga sih. Ya udah ajak Aya keluar. Lumayan, siapa tahu bisa bikin adeknya Royya."
"Aku juga. Pengen cetak versi juniornya Fiqa yang cantik."
Kedua lelaki itu tertawa dan segera menjalankan aksinya. Dasar para pria bucin!
*****
