Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

Malam itu Arin mendapat kabar kalau Rachel belum bisa pulang. Dia akan kembali menginap di rumah Tom bersama adiknya Tom. Dan kesempatan itu di pergunakan Arin sebaik-baiknya untuk memperbaiki hubungannya bersama Ethan.

Sudah sejak sore tadi Arin berusaha keras mendandani penthouse dengan nuansa romantis. Ribuan lilin ia tata dengan rapi di sekeliling ruangan menuju kamar mereka. Arin tampak tengah merias dirinya secantik mungkin. Ia membiarkan rambutnya yang sedikit ikal di bagian bawah tergerai indah. Ia juga memoles wajahnya dengan bedak dan lipstik warna merah yang sungguh merona. Sebelumnya ia tak pernah berdandan seperti ini dan memakai lipstik merah. Tetapi demi suaminya dia akan lakukan apapun. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, sangat cantik.

Ia tersenyum penuh kepuasan saat melihat hasil yang ia dapatkan. Ia sedikit merapihkan rambutnya dan jubah tipis yang menutupi tubuhnya yang seksi dan molek. Ia sudah siap untuk menyerahkan diri dan hidupnya pada Ethan. Dan ia berharap Ethan tak akan menolaknya. Hanya ini yang bisa ia lakukan dan membuat Ethan merasa dirinya berpihak padanya. Arin terlalu bingung dan masih belum bisa mempercayai semua hal tentang Daddynya dan Ethan.

Ethan baru saja menuruni mobilnya, ia menatap bangunan tinggi pencakar langit di depannya. Sebenarnya ia masih belum siap bertemu dengan Arin, tetapi hati dan pikirannya terus saja tertuju pada wanita itu. Rasa sakit itu ada, tetapi tetap saja Ethan selalu ingin melihat Arin walau tak saling tegur sapa.

Ethan berjalan menuju ke lobby dan berjalan terus hingga sampai di lift. Ia memasuki lift setelah pintu lift terbuka lebar dan menekan tombol dimana penthouse nya berada.

Ting

Pintu lift terbuka lebar dan Ethan menatap pintu coklat besar di depannya. Ia membuka pintu itu dan mengernyit bingung saat melihat suasana di dalam begitu temaram dan hanya hiasan lilin cantik sepanjang lantai dan juga lampu hias natal yang di tata rapi di atas hiasan pohon dan tangga. Ethan melepaskan sepatu dan menyimpan tas miliknya. Dan berjalan perlahan mengikuti jalur lilin itu. Ia masih menatap sekeliling yang begitu gelap hanya pencahayaan dari lilin dan lampu hias pohon natal. Ia menaiki undakan tangga hingga langkahnya terhenti tepat di depan kamar berpintu putih.

Ia masih menimbang-nimbang antara harus masuk atau tidak. Jantungnya terasa berdebar seperti biasa saat hendak bertemu dengan Arin. Ethan tak bisa memungkiri kalau dia sangatlah mencintai Arin. Tetapi rasa kecewa dan dendam perlahan memupuk cinta itu menjadi sebuah kebencian.

Ethan menekan knop pintu dan membukanya perlahan. Ia masuk dan melihat Arin berdiri di hadapannya dengan senyuman manis yang begitu menawan. Ethan sempat terpaku di tempatnya menatap Arin yang begitu cantik. Ia terlihat memakai gaun tidur tipis berwarna cream yang transparan hingga memperlihatkan bra dan underware yang ia gunakan. Arin tampak tersenyum merekah menyambut Ethan.

Ethan menatap sekeliling kamar dimana sudah di sulap juga dengan nuansa yang yang sangat romantis, bahkan pinntu penghubung balkon di biarkan terbuka lebar membuat angin berhembus masuk membuat tirai putih itu melambai-lambai. Di balkon juga ia mampu melihat meja bundar kecil dengan dua buah kursi. Dan satu botol anggur di atas meja. Hiasan lampu dan lilin masih mendominasi pencahayaan di ruangan ini. Ranjangnya pun terlihat taburan kelopak bunga mawar merah dan sebucket bunga di antara kedua bantal.

"Emm H-ai," sapa Arin tampak sekali gugup. Pandangan Ethan kini kembali tertuju pada Arin di depannya. Arin masih menampilkan senyumannya. "A-aku-" Arin mendadak tak mampu berkata-kata di depan Ethan.

Ethan berjalan mendekati Arin, masih dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Sebenarnya itulah yang membuat Arin gugup sekaligus takut. Ia tidak bisa menerka-nerka apa yang sedang di pikirkan Ethan. Apa Ethan menyukai semua ini atau tidak.

Arin semakin gugup saat Ethan sudah berhenti tepat di hadapannya, hanya berjarak satu langkah saja. Tak ada yang membuka suara satu sama lain. Ethan juga masih diam membisu dengan ekspresi tak terbacanya.

Perlahan Arin mengangkat kedua tangannya, dan membelai rahang tegas Ethan yang di tumbuhi jambang lembut. Ia membelainya dengan kedua tangannya, tatapannya masih terpaku dengan tatapan dingin dan kaku milik Ethan.

Tangannya merambat ke bawah dan mengusap dada bidang Ethan di balik jasnya. Ia melepaskan jas yang di gunakan Ethan hingga jatuh ke lantai lalu ia perlahan membuka kancing kemeja Ethan dengan gerakan pelan nan menggoda. Ia mengusap dada Ethan yang kini terbuka dan begitu keras.

Arin kembali menatap mata Ethan yang masih menatapnya dingin. Kedua tangannya kembali membelai rahang Ethan dan sedikit berjinjit untuk mengecup bibir keras nan dingin milik Ethan. Arin berusaha mencium dan memangut bibir Ethan sebisanya. Sejujurnya Ethanlah pria pertama yang menyentuhnya dan memberikan ciuman pertama padanya dulu saat mereka masih berpacaran. Arin melakukan inipun hasil belajar dari youtobe dan instingnya.

Setelah puas dengan bibir Ethan yang masih keras dan dingin bahkan tak bergerak sama sekali, Arin perlahan mengecupi rahang Ethan yang tegas dan mulai merambat ke telinga dan lehernya. Ethan sedikit memejamkan matanya menikmati apa yang Arin lakukan.

Tangan Ethan terangkat membelai lengan Arin dan mendorong jubah tipis hingga jatuh ke lantai. Kini Arin hanya memakai gaun tipis tanpa lengan yang transparan. Tangan Ethan merambat ke leher Arin dan pipi Arin dengan lembut membuat Arin memejamkan matanya menikmati sentuhan dari tangan hangat nan keras milik Ethan. Ia mulai terbuai saat deru nafas hangat Ethan menyentuh telinganya.

"AH!"

Arin memekik sakit dan segera membuka matanya saat tangan Ethan mencengkram kuat lehernya. "E-ethan!"

"Kau ingin menggodaku, Jalang?" bisik Ethan tepat di telinga Arin. Arin semakin sulit bernafas dan memukuli tangan Ethan di lehernya.

"Aku akan memperlihatkan bagaimana rasanya bermain sex. Kau tak pantas merasakan bercinta, tetapi kau hanya boleh merasakan sex dariku seperti yang Ayahmu lakukan pada Kakakku!"

Arin memekik saat tubuhnya di dorong keras hingga terjatuh ke atas ranjang dan dengan tanpa belas kasihan Ethan mengangkat gaun tipis itu dan menarik CD yang di gunakan Arin dengan paksa hingga memperlihatkan mahkota miliknya. Arin yang kaget segera menutup bagian bawahnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa menutupinya? Bukankah aku suamimu dan berhak atas tubuhmu. Jangan lupa kau sudah menjual tubuhmu padaku dengan ikatan sebuah pernikahan!" ucapan kasar Ethan membuat Arin terpaku dengan tatapan yang sangat terluka.

Ethan melepaskan pakaiannya dan Arin segera memalingkan wajahnya saat melihat milik Ethan yang gagah dan tegak.

"Ahhhhh!!!!!"

Jeritan menyakitkan keluar dari mulut Arin diiringi air matanya saat tanpa belas kasih Ethan menerobos langsung miliknya yang masih perawan. Rasa sakit, ngilu, perih bercampur jadi satu. Ia bahkan menggigit bibir bawahnya hingga berdarah.

Ethan diam sesaat saat merasakan sesuatu baru saja di tembus olehnya dalam satu sentakan. Sekilas tatapannya melembut saat melihat Arin yang menangis, tetapi seketika bayangan Kakaknya yang menjerit kesakitan dan meminta ampun terlintas di kepalanya. Dan tatapan itu kembali menggelap tajam.

Ethan kembali menghujat miliknya pada Arin tanpa belas kasih dan tak memperdulikan raungan dan jeritan kesakitan dari Arin. Ia tetap menghujat miliknya pada Arin dengan tatapan tajam dan wajah yang mengeras penuh dendam.

Setelah cukup lama, ia mendapatkan pelepasannya. Ia melepaskan miliknya dari Arin dan terlihat darah pada miliknya dan sebagian membasahi sprei ranjang. Dengan tanpa perduli Ethan berjalan menuju ke kamar mandi.

"AHH!" pekik Ethan penuh emosi seraya meninju dinding hingga tangannya memerah memar. Ia kesal, marah dan benci pada takdir dan dirinya sendiri. Ia benci hidup ini, ia membenci segalanya.

Di atas ranjang Arin langsung meringkuk kesakitan dengan isakannya. Rasanya panas, perih, ngilu dan hatinya jauh lebih sakit. Bukan malam pertama yang indah yang dia dapatkan. Suasana romantis tetapi hanya penyiksaan yang dia dapatkan.

Ia kecewa Ethan tega melakukan itu padanya. Mereka kenal dan bersama cukup lama, tetapi tak ada sedikitpun rasa percaya Ethan padanya. Hatinya sangatlah sakit....

****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel