Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Itik Buruk Rupa

"Nona Quella, Perdana Menteri akan datang untuk mengunjungi Anda. Bersiaplah." Seorang wanita dengan rambut hitam yang dikuncir ekor kuda menyampaikan pesan yang ia dapatkan barusan.

Gadis yang tengah memandangi pemandangan di luar paviliun segera membalik tubuhnya, menghadap ke pelayan setia yang sudah menemaninya sejak 10 tahun lalu.

"Sepertinya ada hal yang penting. Ayah tidak pernah mengunjungiku, terakhir dia datang mengunjungiku ketika usiaku 10 tahun." Ia melangkah mendekat ke pelayan yang usianya berada 4 tahun diatasnya, "Ambilkan penutup wajahku, Azyla!"

Azyla segera mendekat ke meja yang ada di ruangan itu, ia mengambilkan cadar milik Nona Mudanya dan segera memberikannya.

Sudah sejak lama Quella menggunakan cadar. Ia sudah sangat terbiasa menggunakan itu karena sejak kecil ia telah menggunakan penutup wajah.

Monster!Si buruk rupa! Wanita yang dikutuk! Dan masih banyak lagi panggilan yang akhirnya membuat Quella menutup wajahnya dengan cadar. Saat Quella kecil, wajahnya benar-benar mengerikan. Banyak bintik-bintik bernanah yang tumbuh di wajahnya, membuat siapa saja yang melihatnya merasa mual. Bukan hanya di wajah, ia juga memiliki di seluruh tubuhnya.

Karena wajah yang buruk, Quella diasingkan di paviliun di belakang taman kediaman Perdana Menteri. Ia seperti diisolasi dari keramaian. Quella tak bisa menyalahkan siapapun, ia memang lahir dengan buruk. Wajar jika ayahnya malu memiliki anak seperti dirinya.

Setelah sekian lama, akhirnya sang ayah mengunjunginya. Meski tak pernah diberikan kasih sayang oleh sang ayah, Quella tak pernah membenci ayahnya. Ia masih terus mengharapkan, bahwa suatu hari sang ayah akan mencintainya.

"Mereka datang, Nona." Azyla mundur beberapa langkah. Seorang pelayan tak boleh terlihat terlalu dekat dengan majikannya, itu menyalahi kodrat mereka meski di sini Quella tak pernah keberatan.

Kriett,, suara pintu terbuka. Kaki kanan seorang pria masuk ke dalam paviliun Lily itu. Perdana Menteri Zhou masuk ke dalam paviliun tua, di belakangnya ada beberapa wanita yang ikut masuk. Istri sah Perdana Menteri, Nyonya Aster. Serta 3 gadis cantik yang berusia lebih muda 1 tahun dari Quella. Yang pertama, Nona Allysta, putri kedua Perdana Menteri. Anak dari istri sah Perdana Menteri. Kedua, Nona Delilah, putri ketiga Perdana Menteri dengan selir Azure. Ketika, Nona Jeenath, putri keempat Perdana Menteri dengan selir Kanzha.

"Quella memberi salam pada Ayahanda." Quella, tak dibesarkan oleh orangtuanya tapi ia memiliki tata krama yang sangat baik. Ia diasuh oleh pengasuh yang luar biasa baik. Namun sayang, pengasuhnya tutup usia ketika usia Quella 16 tahun.

Perdana Menteri tak membalas salam dari Quella, ia melangkah menuju ke tempat duduk dan duduk di sana. Orang-orang yang datang bersamanya berdiri di dekat Perdana Menteri.

3 anak Perdana Menteri menatap Quella dengan mengejak. Tak ada satupun dari mereka yang menyukai Quella. Melihat Quella masih mengenakan cadar membuat mereka berpikir jika Quella sendiri jijik dengan wajahnya.

Istri pertama Perdana Menteri tak terlihat mengerikan, namun yang sesungguhnya dia adalah Rubah yang paling licik. Wajah lembutnya itu menyembunyikan ribuan kejahatan. Entah sudah berapa orang yang ia bunuh dengan menggunakan tangan dan lidahnya.

"Tujuanku datang kemari adalah untuk mengatakan bahwa aku telah mengatur pernikahanmu dengan Pangeran Kedua." Perdana Menteri Zhou menyampaikan niat kedatangannya.

Quella diam, pangeran kedua? Pangeran Ethaan? Ia akan menikah dengan pangeran yang sangat ditakuti itu? Pangeran yang mengerikan dan kejam. Seorang pangeran yang dijuluki monster.

"Jika Ayah sudah menetapkan seperti itu maka aku akan menerimanya."

"Kau memang harus menerimanya, Monster! Tak akan ada pria yang mau menikah denganmu, Pangeran kedua sudah cukup untukmu. Sama-sama monster!" Jeenath menatap Quella jijik.

Quella melihat ke arah orang-orang yang harusnya disebut keluarga, tapi kenyataannya mereka bukan keluarga Quella. Mereka adalah orang asing. Lihatlah senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan oleh 6 orang yang ada di sana. 6 orang yang sangat ingin mendepak Quella keluar dari kediaman Perdana Menteri.

Pandangan Quella kembali pada ayahnya, "Tapi, Ayah, apakah Ayah benar-benar melakukan ini karena khawatir aku tidak punya suami atau karena Ayah sudah tidak tahan lagi dengan keberadaanku di rumah ini?" Pertanyaan Quella membuat orang-orang di sana menghilangkan senyuman mereka. Terlalu mengejutkan bagi mereka mendengar seorang Quella mengatakan hal ini.

"Apa yang kau katakan, Quella? Tentu saja Ayahmu menginginkan kau menikah bukan ingin mengusirmu dari tempat ini." Nyonya Aster bicara dengan anggun dan bijaksana. Tak terlihat kelicikan dari kata-katanya, namun sesungguhnya wanita ini sedang ingin memanasi suaminya.

"Aku bertanya pada Ayahku, Nyonya Aster. Jangan menjawab pertanyaan yang tidak aku arahkan padamu!" Mata Quella menatap Nyonya Aster tajam. Tatapan yang membuat Aster dan 5 wanita lain di sana merasa kesemutan. Seperti gumpalan salju perlahan-lahan naik menutupi tubuh mereka.

"Bagaimana bisa kau bicara tidak sopan seperti itu pada Ibumu, Quella?" Allysta membela sang ibu, sekaan sang Ibu baru saja dianiaya oleh Quella.

Tatapan tajam Quella beralih ke Allysta, ia ingin sekali menampar wajah Allysta tapi ia yakin ia akan dapatkan kesempatan itu nanti.

"Kau memanggil kakakmu hanya dengan namanya saja. Aku memang bukan putri Nyonya Amber tapi aku ingatkan padamu, bahwa aku adalah putri sulung keluarga ini, dan seluruh kekaisaran mengetahui itu! Di mana tata kramamu, Allysta!" Quella tak pernah mendapatkan kesempatan untuk membalas kata-kata Allysta, dan sekarang dia baru bisa membalasnya. 2 minggu lagi dia akan keluar dari rumah ini, jadi untuk apa dia menahan diri. Selama ini Quella hanya bertahan karena sang Ayah, tapi nampaknya sang Ayah sudah tak menginginkan kehadirannya lagi. Ia mencarikan jodoh anaknya secara sembarangan. Jika ayahnya adalah ayah yang menyayanginya maka tentu ia tak akan berpikir untuk menikahkan anaknya dengan Pangeran Ethaan.

"Berhenti bertengkar!" Perdana Menteri mengeluarkan suara tegas, "Minggu depan kau akan bertemu dengan Pangeran kedua, jangan membuat masalah. Jangan membuat Kaisar murka!" Perdana Menteri bangkit dari tempat duduk. Ia melangkah pergi tanpa mendengarkan salam pengantar kepergian dari Quella.

3 istri Perdana Menteri mengikuti Perdana Menteri, sementara 3 putrinya masih berada di sana.

"Dasar monster!" Jeenath menghina Quella lagi.

"Sudahlah, Jeenath. Jangan membuang tenagamu. Dia akan segera pergi dari tempat ini. Kita akan mendengar berita kematiannya setelah menikah!" Mata Allysta terlihat sangat licik. Senyuman lembut di bibirnya menunjukan bahwa ia sangat senang memikirkan tentang hal itu.

"Kak Allysta benar, Jeenath. Sebaiknya kita keluar dari sini. Sebelum kita tertular penyakit kutukannya."

Jeenath menggandeng tangan Delilah dan Allysta, "Kak Delilah benar. Mari kita pergi, Kak. Kita tak pantas berlama-lama dengan si buruk rupa."

3 nona muda keluarga itu keluar dari paviliun Lily.

"Mulut mereka benar-benar minta dirobek!" Azyla mendengus kesal. Ia tak terima nonanya dihina seperti tadi.

"Tak usah melakukan hal sia-sia, Azyla. Suatu hari nanti, demi kekuasaan mereka akan saling robek mulut satu sama lain, atau mungkin saling membunuh." Quella melangkah ke tempat duduk, ia duduk di sana dengan mata yang tampak tenang.

"Jika saja aku tak tahu siapa aku, mungkin aku akan bertanya kenapa Ayah menjodohkan aku dengan Pangeran Ethaan." Quella menjadi gusar karena ini. Ia bercita-cita menikah dengan pria yang mencintainya. Dalam hidup ini ia hanya akan menikah satu kali. Tua dan mati bersama pasangan adalah hal romantis yang telah ia pikirkan.

"Nona, Tuan pasti memiliki alasan kenapa dia menjodohkan Anda dengan Pangeran kedua."

"Sudahlah, Azyla. Mereka benar, menikah dengan Pangeran kedua sudah cukup untukku." Quella melepaskan cadarnya. Wajahnya yang sempat gusar kini kembali tenang. Seberapapun keras ia berpikir tentang pernikahannya, itu tak akan merubah yang sudah ditetapkan. Ia tak akan membuat ayahnya berada dalam masalah.

"Jangan takut pada apapun, Nona. Aku akan selalu menemani, Nona."

Quella tersenyum lembut, satu-satunya yang ia punya saat ini adalah Azyla. Memiliki Azyla dalam hidupnya saja sudah lebih dari cukup.

Di paviliun Mawar, tempat yang dikhususkan untuk istri sah, Aster dan Allysta sedang mengepalkan kedua tangan mereka. Bagaimana bisa anak yang lahir dari rahim pelacur bisa menjawab ucapan mereka. Benar, Quella memang putri sulung dan diakui oleh kekaisaran. Tapi tetap saja, orang rendahan seperti Quella tak pantas mengangkat wajah dan menatap marah pada mereka.

Quella hanyalah anak pelacur yang telah tiada ketika usia Quella 3 tahun. Mereka tak tahu pasti rupa ibu Quella karena yang membawa Quella ke kediaman Perdana Menteri adalah seorang pemilik rumah bordil.

Pelacur dan putri bangsawan ternama, jelas saja kedudukan Aster lebih tinggi. Itulah kenapa ia sangat berkuasa dan bisa merendahkan orang sesuka hatinya.

"Kita harus memberinya pelajaran, Ibu. Monster itu telah menghina kita!" Allysta tak terima, ia menaruh dendam pada Quella. Meski Quella tak pernah mengusiknya tapi ia benar-benar membenci Quella. Yang harusnya jadi putri sulung adalah dirinya, bukan Quella. Lagipula kenapa di keluarga terhormat seperti keluarganya harus ada monster menjijikan seperti Quella.

"Ibu tentu akan membalasnya, Allys. Anak pelacur itu telah terlalu berani."

Jika jawaban ibunya seperti ini, maka Allysta yakin jika ibunya telah menyiapkan sesuatu untuk Aster.

&&

"Ini makanan Nona Quella." Pelayan lain di paviliun Lily memberikan makan malam pada Azyla. Para pelayan hanya mengurus makanan Quella dan juga bagian luar paviliun. Sementara bagian dalamnya, Azyla dan Quella yang mengurus. Hal ini disebabkan karena para pelayan takut terkena penyakit. Dan ayah Quella sendiri mengizinkan para pelayan untuk hanya mengurus makanan dan bagian luar paviliun.

Azyla mengambil nampan yang teradapat menu makan malam Quella. Ia membawanya lalu meletakannya di atas meja.

"Mereka mencoba membuat tubuhku lumpuh." Quella tersenyum melihat menu makan malamnya.

"Apakah makanannya diracuni, Nona?"

"Buang itu, Azyla. Bawa buah-buahan untukku. Kita akan makan buah untuk malam ini. Dan besok pagi kau harus menyebarkan berita bahwa aku berbaring seharian di ranjang."

"Baik, Nona."

Quella menggelengkan kepalanya, orang-orang itu terlalu meremehkannya. Ia bisa mengenal racun hanya dari baunya saja. Ia dibesarkan oleh seorang yang ahli tentang racun, maka sudah pasti ia memiliki ilmu tentang segala jenis racun.

Selama ini racun yang dikirim ke kediaman itu tak pernah berhasil melukai Quella. Ia selalu memerintahkan Azyla untuk menyebarkan rumor ia sakit.

"Akan ada saatnya aku membalas kalian, hanya tinggal menunggu waktunya saja." Quella tersenyum misterius. Ia sudah tidak tahan untuk menggunakan racun yang ia racik untuk para wanita di kediaman Perdana Menteri. 6 orang itu harus mencicipi penemuannya tanpa terkecuali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel