Pustaka
Bahasa Indonesia

Beautiful Pain

116.0K · Tamat
Yuyun Batalia
82
Bab
35.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Satu-satunya yang Ilyin Summer sesali dalam hidupnya adalah bertemu dan menjalin hubungan dengan Kallion Heinrich, pria yang menjadi penyebab segala kehilangan yang terjadi dalam hidupnya. Setelah berjuang melewati badai yang perlahan-lahan membunuh jiwanya, Ilyin kembali dihadapkan dengan Kallion. Luka lama Ilyin yang belum sembuh kini terbuka kembali. Ilyin mencoba untuk menghindari Kallion, tapi Kallion yang memiliki dendam terhadap Ilyin yang telah meninggalkannya tanpa kata tidak bisa membiarkan Ilyin begitu saja. "Sampai kapan kau akan menyiksaku, Kallion?" Ilyin menatap Kallion dingin. "Sampai aku benar-benar puas." Kallion menjawab tanpa perasaan.

RomansaMetropolitanPresdirBillionaireCinta Pada Pandangan PertamaPernikahanTuan MudaSalah Paham

Prolog

"Jika kau hanya ingin berdiri saja di sana maka tinggalkan tempat ini. Jangan membuang-buang waktuku!" Kallion menatap wanita di depannya dingin. Pria itu kini duduk di sofa dengan aura iblis yang selalu melekat di tubuhnya.

Ilyin mengepalkan kedua tangannya kuat, iris biru wanita itu menatap Kallion marah. Sejak tadi wanita itu sudah mendapatkan penghinaan yang bertubi-tubi dari pria yang ada di depannya.

Wanita itu melucuti pakaian yang dia kenakan saat ini, sekarang yang tersisa hanyalah bra dan celana dalam renda berwarna hitam saja.

"Sekali pelacur selamanya akan tetap menjadi pelacur!" Kallion mencemooh Ilyin.

Ilyin menelan semua penghinaan yang diarahkan oleh Kallion padanya. Wanita itu membuka pengait bra-nya lalu kemudian menjatuhkan benda itu ke lantai. Sekarang payudaranya yang bulat dan kenyal tidak tertutupi oleh apapun lagi.

Tatapan Kallion makin lama semakin berbahaya. Pria itu seperti bom yang akan meledak. Jadi, demi tunangannya Ilyin akan melakukan apa saja termasuk menjadi pelacur untuk pria lain.

Kallion berdiri dari tempat duduknya, pria itu mendekati Ilyin, tangannya meraih lengan Ilyin dengan kasar lalu pria itu menarik Ilyin ke ranjang dan menghempaskannya ke sana.

"Tunanganmu pasti akan sangat bangga padamu, Ilyin. Untuk menyelamatkan bisnisnya dari kehancuran kau rela membuka kakimu lebar-lebar untuk pria lain." Kallion membuka kancing tangan kemeja hitam yang dia kenakan, tatapannya yang penuh dengan penghinaan terus terarah pada wanita yang ada di ranjang. Pria itu melepaskan kemejanya dan melemparnya secara acak.

Otot-otot perutnya yang sempurna terlihat dengan jelas. Pria itu juga melucuti celana yang dia kenakan. Sekarang dia tidak memakai apapun lagi.

Kallion merobek celana dalam Ilyin dengan kasar, sekarang mereka berdua sama-sama telanjang. "Ilyin, katakan padaku berapa banyak pria yang sudah menjamah tubuhmu?"

"Aku bukan pelacur!" Ilyin membalas marah.

"Bukan pelacur?" Kallion tidak mempercayai kata-kata Ilyin. "Oh, tentu saja, kau bukan pelacur, kau lebih rendah dari pelacur. Kau adalah wanita jalang yang akan melemparkan tubuhmu ke pria mana pun yang kau sukai. Seperti yang kau lakukan padaku di masa lalu."

Ilyin hanya ingin malam ini cepat berakhir. Dia ingin segera meninggalkan tempat yang membuat hatinya merasa sangat sesak itu. Namun, tampaknya Kallion menginginkan yang sebaliknya. Dia ingin Ilyin berada di sana lebih lama lagi, dan terus menghina Ilyin.

Kallion yang seharusnya menyentuh Ilyin kini duduk kembali ke sofa. "Datang dan puaskan aku."

Ilyin tahu bahwa keputusannya untuk datang ke tempat ini malam ini akan mempermalukan dirinya sendiri, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Jika hidupnya saja yang akan dihancurkan dia akan menerimanya, tapi saat ini kehancuran bisnis Damian di depan mata, dan hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan bisnis tunangannya.

Menelan semua harga dirinya, Ilyin mendekati Kallion. Wanita itu berlutut di antara kedua kaki Kallion. Tangannya menyentuh daging tebal dan panas yang sudah mengeras, lalu kemudian mulai menjilatinya seperti benda keras itu adalah sebuah lolipop dengan rasa yang sangat dia sukai.

Ilyin memasukan benda itu ke dalam mulutnya, menghisapnya maju dan mundur.

Tangan Kallion meremas rambut Ilyin kasar, tidak puas dengan gerakan Ilyin, Kallion menggerakan tangannya mendorong kepala Ilyin lebih dalam lalu kemudian menariknya. Pria itu terus melakukannya secara berulang-ulang.

Sesekali Ilyin tersedak, tapi Kallion tidak melepaskannya sama sekali. Saat Ilyin merasa bahwa mulutnya akan terkoyak, Kallion menjauhkan kepalanya dari kejantanan pria itu. Kemudian cairan putih kental menyembur ke arah wajahnya.

Tadi hanyalah pemanasan. Kallion kembali menarik Ilyin kembali ke ranjang. Pria itu kini berada di atas tubuh Ilyin. Dia membuka paha Ilyin lebar-lebar, tangannya menyapu paha dalam Ilyin lalu kemudian menyentuh area kewanitaan Ilyin.

Ekspresi menghina tampak lagi di wajah Kallion. "Pelacur! Kau sudah basah bahkan sebelum aku menyentuh tubuhmu."

Ilyin malu mendengar kata-kata itu. Dia seharusnya memang tidak bergairah terhadap pria yang menginjak-injak harga dirinya.

Kallion meremas sebelah payudara Ilyin dengan kasar, sementara tangannya yang lain memasuki bagian bawah tubuh Ilyin dan bermain dengan kasar di sana.

"Hentikan! Kau menyakitiku!" Ilyin bersuara tidak nyaman.

"Pelacur sepertimu tidak berhak mengeluh, Ilyin. Jangan mengucapkan apapun lagi! Gunakan saja mulutmu untuk menghisap kejantananku dan mendesah!" Kallion membalas tanpa perasaan.

Setiap detik yang dilalui oleh Ilyin sangat menyiksa. Kapan semua ini akan berakhir?

Kallion membenamkan wajahnya di payudara Ilyin, lalu kemudian melahap gundukan kenyal itu dengan rakus dan penuh birahi. Tangannya yang lain meremas sisi lain payudara Ilyin dengan kasar.

Rasa sakit dirasakan oleh Ilyin, tapi sisi lain dalam dirinya menikmati kekasaran itu.

"Ah!" Ilyin melenguh tanpa sadar. Wanita itu mengutuk dirinya sendiri. Dia sedang dijadikan pelacur oleh Kallion saat ini tapi dia menikmatinya, dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.

Dari payudara Ilyin, mulut Kallion yang panas bermain di vagina Ilyin yang sudah basah. Pria itu membelai klitoris Ilyin, menyiksa Ilyin dengan nafsu yang menggila. Lidah pria itu mulai menghisap di sana, suara-suara cabul memenuhi ruangan itu.

Tubuh Ilyin menggeliat karena siksaan Kallion, bagian bawahnya menjadi semakin basah.

Kallion membuka paha Ilyin lebih lebar. Pria itu mengarahkan kejantanannya ke lubang Ilyin yang basah lalu menghujam Ilyin dengan kasar tanpa kelembutan sama sekali.

Setiap hujaman Kallion menimbulkan rasa sakit yang membuat Ilyin menjerit. Air mata wanita itu bahkan jatuh karena rasa sakitnya.

Kallion membalik posisi Ilyin menjadi memunggunya, pria itu meremas rambut Ilyin kuat, tangannya yang lain menampar bokong bulat Ilyin sampai meninggalkan bekas.

Pria itu menggerakan pinggulnya maju dan mundur dengan cepat.

Setelah beberapa waktu, sesi panjang itu berakhir. Kallion membuang cairannya di luar. Pria itu tidak akan mengizinkan benihnya tumbuh di rahim wanita seperti Ilyin.

Kallion turun dari ranjang, pria itu mengenakan kembali pakaiannya. Lalu kemudian duduk kembali di sofa dengan ekspresi dingin di wajahnya.

Tubuh Ilyin sakit di mana-mana karena kekasaran Kallion. Wanita itu menyeret dirinya turun dari ranjang, dia memungut semua pakaiannya lalu memakainya kembali.

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau, aku harap kau tidak akan pernah mengganggu Damian lagi!" Ilyin menatap Kallion acuh tak acuh, lalu setelahnya wanita itu meninggalkan kamar hotel yang ditempat oleh Kallion.

Seperginya Ilyin, Kallion menyalakan rokok, riak kemarahan tampak di wajah pria itu. "Ilyin Summer, kau seharusnya tidak muncul di depanku lagi setelah menghilang tanpa mengatakan apapun padaku." Suara Kallion terdengar begitu dingin.

Sebelum dia datang ke negara ini, Kallion tidak memiliki keinginan untuk mencari keberadaan Ilyin sama sekali, dia tidak akan pernah mencari wanita yang telah meninggalkannya.

Namun, malam itu ketika dia melihat Ilyin di depan matanya sendiri, dia sangat ingin mencekik Ilyin sampai mati. Dia telah mempercayakan hatinya pada Ilyin, tapi wanita itu mengkhianatinya dengan meninggalkannya.

Sejak awal dia sudah tidak ingin membiarkan Ilyin masuk ke dalam kehidupannya, tapi Ilyin selalu datang mengganggunya dan membuatnya percaya pada cinta. Dia pikir Ilyin tidak akan seperti ibunya yang meninggalkannya.

Kepergian Ilyin telah membuatnya semakin enggan menerima orang lain lagi dalam hidupnya. Dia benci merasakan kehilangan. Dia benci ditinggalkan. Dan dia benci perasaan bahwa dia tidak berharga sama sekali.